Sabtu, 28 Februari 2009
Kurikulum Indonesia
Wednesday, October 29, 2008
STANDAR ISI, STRUKTUR KURIKULUM SD/MI
Drs, Edy Maryanto,M.M
THE EDY MARYANTO CENTER
CENTER OF EXCELENT
KONSULTASI BISNIS PENDIDIKAN
DELAPAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
1. STANDAR ISI
2. STANDAR PROSES
3. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
4. STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
5. STANDAR SARANA DAN PRASARANA
6. STANDAR PENGELOLAAN
7. STANDAR PEMBIAYAAN
8. STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN
STANDAR ISI
1.KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM
2.BEBAN BELAJAR
3.KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
4.KALENDER PENDIDIKAN
1. KERANGKA DASAR & STRUKTUR KURIKULUM
KELOMPOK MATA PELAJARAN AGAMA DAN AKHLAK MULIA
KELOMPOK MATA PELAJARAN KEWARGANEGARAAN DAN KEPRIBADIAN
KELOMPOK MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
KELOMPOK MATA PELAJARAN ESTETIKA
KELOMPOK MATA PELAJARAN JASMANI, OLAH RAGA, DAN KESEHATAN
STRUKTUR KURIKULUM SD/MI
(tabel belum diposting)
PENGEMBANGAN DIRI
*)ekivalen 2 jam pembelejaran Bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, minat, dan kondisi masing-masing peserta didik. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh guru, konselor, atau tenaga kependidikan.
2. BEBAN BELAJAR
BEBAN BELAJAR MENGGUNAKAN JAM PEMBELAJARAN SETIAP MINGGU SETIAP SEMESTER DENGAN:
1) SISTEM TATAP MUKA
{@ 35 (SD), 40 (SMP). 45 (SMA) menit},
2) PENUGASAN TERSTRUKTUR &
3) KEGIATAN MANDIRI TIDAK TERSTRUKTUR
2) + 3) maks 60% waktu tatap muka
BEBAN BELAJAR
KEGIATAN TATAP MUKA KESELURUHAN
(tabel belum diposting)
3. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
SEKOLAH DAN KOMITE SEKOLAH MENGEMBANGKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DAN SILABUSNYA BERDASARKAN:
KERANGKA DASAR KURIKULUM, DAN
STANDAR KOMPETENSI,
DI BAWAH SUPERVISI DINAS KAB/KOTA (SD, SMP, PAKET A & B),
DAN/ATAU DINAS PROVINSI (SMA, SMK, PLB, PAKET C)
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DIKEMBANGKAN SESUAI DENGAN:
SATUAN PENDIDIKAN,
POTENSI DAERAH/ KARAKTERISTIK DAERAH,
SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT SETEMPAT, &
PESERTA DIDIK
STANDAR ISI, STRUKTUR KURIKULUM SD/MI
Drs, Edy Maryanto,M.M
THE EDY MARYANTO CENTER
CENTER OF EXCELENT
KONSULTASI BISNIS PENDIDIKAN
DELAPAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
1. STANDAR ISI
2. STANDAR PROSES
3. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
4. STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
5. STANDAR SARANA DAN PRASARANA
6. STANDAR PENGELOLAAN
7. STANDAR PEMBIAYAAN
8. STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN
STANDAR ISI
1.KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM
2.BEBAN BELAJAR
3.KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
4.KALENDER PENDIDIKAN
1. KERANGKA DASAR & STRUKTUR KURIKULUM
KELOMPOK MATA PELAJARAN AGAMA DAN AKHLAK MULIA
KELOMPOK MATA PELAJARAN KEWARGANEGARAAN DAN KEPRIBADIAN
KELOMPOK MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
KELOMPOK MATA PELAJARAN ESTETIKA
KELOMPOK MATA PELAJARAN JASMANI, OLAH RAGA, DAN KESEHATAN
STRUKTUR KURIKULUM SD/MI
(tabel belum diposting)
PENGEMBANGAN DIRI
*)ekivalen 2 jam pembelejaran Bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, minat, dan kondisi masing-masing peserta didik. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh guru, konselor, atau tenaga kependidikan.
2. BEBAN BELAJAR
BEBAN BELAJAR MENGGUNAKAN JAM PEMBELAJARAN SETIAP MINGGU SETIAP SEMESTER DENGAN:
1) SISTEM TATAP MUKA
{@ 35 (SD), 40 (SMP). 45 (SMA) menit},
2) PENUGASAN TERSTRUKTUR &
3) KEGIATAN MANDIRI TIDAK TERSTRUKTUR
2) + 3) maks 60% waktu tatap muka
BEBAN BELAJAR
KEGIATAN TATAP MUKA KESELURUHAN
(tabel belum diposting)
3. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
SEKOLAH DAN KOMITE SEKOLAH MENGEMBANGKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DAN SILABUSNYA BERDASARKAN:
KERANGKA DASAR KURIKULUM, DAN
STANDAR KOMPETENSI,
DI BAWAH SUPERVISI DINAS KAB/KOTA (SD, SMP, PAKET A & B),
DAN/ATAU DINAS PROVINSI (SMA, SMK, PLB, PAKET C)
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DIKEMBANGKAN SESUAI DENGAN:
SATUAN PENDIDIKAN,
POTENSI DAERAH/ KARAKTERISTIK DAERAH,
SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT SETEMPAT, &
PESERTA DIDIK
Kurikulum Indonesia
Wednesday, October 29, 2008
STANDAR ISI, STRUKTUR KURIKULUM SD/MI
Drs, Edy Maryanto,M.M
THE EDY MARYANTO CENTER
CENTER OF EXCELENT
KONSULTASI BISNIS PENDIDIKAN
DELAPAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
1. STANDAR ISI
2. STANDAR PROSES
3. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
4. STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
5. STANDAR SARANA DAN PRASARANA
6. STANDAR PENGELOLAAN
7. STANDAR PEMBIAYAAN
8. STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN
STANDAR ISI
1.KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM
2.BEBAN BELAJAR
3.KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
4.KALENDER PENDIDIKAN
1. KERANGKA DASAR & STRUKTUR KURIKULUM
KELOMPOK MATA PELAJARAN AGAMA DAN AKHLAK MULIA
KELOMPOK MATA PELAJARAN KEWARGANEGARAAN DAN KEPRIBADIAN
KELOMPOK MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
KELOMPOK MATA PELAJARAN ESTETIKA
KELOMPOK MATA PELAJARAN JASMANI, OLAH RAGA, DAN KESEHATAN
STRUKTUR KURIKULUM SD/MI
(tabel belum diposting)
PENGEMBANGAN DIRI
*)ekivalen 2 jam pembelejaran Bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, minat, dan kondisi masing-masing peserta didik. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh guru, konselor, atau tenaga kependidikan.
2. BEBAN BELAJAR
BEBAN BELAJAR MENGGUNAKAN JAM PEMBELAJARAN SETIAP MINGGU SETIAP SEMESTER DENGAN:
1) SISTEM TATAP MUKA
{@ 35 (SD), 40 (SMP). 45 (SMA) menit},
2) PENUGASAN TERSTRUKTUR &
3) KEGIATAN MANDIRI TIDAK TERSTRUKTUR
2) + 3) maks 60% waktu tatap muka
BEBAN BELAJAR
KEGIATAN TATAP MUKA KESELURUHAN
(tabel belum diposting)
3. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
SEKOLAH DAN KOMITE SEKOLAH MENGEMBANGKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DAN SILABUSNYA BERDASARKAN:
KERANGKA DASAR KURIKULUM, DAN
STANDAR KOMPETENSI,
DI BAWAH SUPERVISI DINAS KAB/KOTA (SD, SMP, PAKET A & B),
DAN/ATAU DINAS PROVINSI (SMA, SMK, PLB, PAKET C)
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DIKEMBANGKAN SESUAI DENGAN:
SATUAN PENDIDIKAN,
POTENSI DAERAH/ KARAKTERISTIK DAERAH,
SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT SETEMPAT, &
PESERTA DIDIK
STANDAR ISI, STRUKTUR KURIKULUM SD/MI
Drs, Edy Maryanto,M.M
THE EDY MARYANTO CENTER
CENTER OF EXCELENT
KONSULTASI BISNIS PENDIDIKAN
DELAPAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
1. STANDAR ISI
2. STANDAR PROSES
3. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
4. STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
5. STANDAR SARANA DAN PRASARANA
6. STANDAR PENGELOLAAN
7. STANDAR PEMBIAYAAN
8. STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN
STANDAR ISI
1.KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR KURIKULUM
2.BEBAN BELAJAR
3.KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
4.KALENDER PENDIDIKAN
1. KERANGKA DASAR & STRUKTUR KURIKULUM
KELOMPOK MATA PELAJARAN AGAMA DAN AKHLAK MULIA
KELOMPOK MATA PELAJARAN KEWARGANEGARAAN DAN KEPRIBADIAN
KELOMPOK MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI
KELOMPOK MATA PELAJARAN ESTETIKA
KELOMPOK MATA PELAJARAN JASMANI, OLAH RAGA, DAN KESEHATAN
STRUKTUR KURIKULUM SD/MI
(tabel belum diposting)
PENGEMBANGAN DIRI
*)ekivalen 2 jam pembelejaran Bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, minat, dan kondisi masing-masing peserta didik. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing oleh guru, konselor, atau tenaga kependidikan.
2. BEBAN BELAJAR
BEBAN BELAJAR MENGGUNAKAN JAM PEMBELAJARAN SETIAP MINGGU SETIAP SEMESTER DENGAN:
1) SISTEM TATAP MUKA
{@ 35 (SD), 40 (SMP). 45 (SMA) menit},
2) PENUGASAN TERSTRUKTUR &
3) KEGIATAN MANDIRI TIDAK TERSTRUKTUR
2) + 3) maks 60% waktu tatap muka
BEBAN BELAJAR
KEGIATAN TATAP MUKA KESELURUHAN
(tabel belum diposting)
3. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
SEKOLAH DAN KOMITE SEKOLAH MENGEMBANGKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DAN SILABUSNYA BERDASARKAN:
KERANGKA DASAR KURIKULUM, DAN
STANDAR KOMPETENSI,
DI BAWAH SUPERVISI DINAS KAB/KOTA (SD, SMP, PAKET A & B),
DAN/ATAU DINAS PROVINSI (SMA, SMK, PLB, PAKET C)
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DIKEMBANGKAN SESUAI DENGAN:
SATUAN PENDIDIKAN,
POTENSI DAERAH/ KARAKTERISTIK DAERAH,
SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT SETEMPAT, &
PESERTA DIDIK
Trik Menghadapi Ujian
Ketika kamu melakukan ujian, kamu sedang mendemonstrasikan kemampuanmu dalam memahami materi kuliah, atau dalam melakukan tugas-tugas tertentu. Bila kamu ragu terhadap kejujuran ujian, atau kredibilitas ujian tersebut untuk menguji kemampuanmu, temuilah
dosen pembimbingmu.
Ujian memberikan dasar evaluasi dan penilaian
terhadap perkembangan belajarmu.
Ada beberapa kondisi lingkungan,
termasuk sikap dan kondisimu sendiri, yang mempengaruhimu dalam melakukan ujian.
Sepuluh tips untuk membantu kamu dalam mengerjakan ujian:
• Datanglah dengan persiapan yang matang dan lebih awal.
Bawalah semua alat tulis yang kamu butuhkan, seperti pensil, pulpen, kalkulator, kamus, jam (tangan), penghapus, tip ex, penggaris, dan lain-lainnya. Perlengkapan ini akan membantumu untuk tetap konsentrasi selama mengerjakan ujian.
• Tenang dan percaya diri.
Ingatkan dirimu bahwa kamu sudah siap sedia dan akan mengerjakan ujian dengan baik.
• Bersantailah tapi waspada.
Pilihlah kursi atau tempat yang nyaman untuk mengerjakan ujian. Pastikan kamu mendapatkan tempat yang cukup untuk mengerjakannya. Pertahankan posisi duduk tegak.
• Preview soal-soal ujianmu dulu (bila ujian memiliki waktu tidak terbatas)
Luangkan 10% dari keseluruhan waktu ujian untuk membaca soal-soal ujian secara mendalam, tandai kata-kata kunci dan putuskan berapa waktu yang diperlukan untuk menjawab masing-masing soal. Rencanakan untuk mengerjakan soal yang mudah dulu, baru soal yang tersulit. Ketika kamu membaca soal-soal, catat juga ide-ide yang muncul yang akan digunakan sebagai jawaban.
• Jawab soal-soal ujian secara strategis.
Mulai dengan menjawab pertanyaan mudah yang kamu ketahui, kemudian dengan soal-soal yang memiliki nilai tertinggi. Pertanyaan terakhir yang seharusnya kamu kerjakan adalah:
o soal paling sulit
o yang membutuhkan waktu lama untuk menulis jawabannya
o memiliki nilai terkecil
• Ketika mengerjakan soal-soal pilihan ganda, ketahuilah jawaban yang harus dipilih/ditebak.
Mula-mulai, abaikan jawaban yang kamu tahu salah. Tebaklah selalu suatu pilihan jawaban ketika tidak ada hukuman pengurangan nilai, atau ketika tidak ada pilihan jawaban yang dapat kamu abaikan. Jangan menebak suatu pilihan jawaban ketika kamu tidak mengetahui secara pasti dan ketika hukuman pengurangan nilai digunakan. Karena pilihan pertama akan jawabanmu biasanya benar, jangan menggantinya kecuali bila kamu yakin akan koreksi yang kamu lakukan.
• Ketika mengerjakan soal ujian esai, pikirkan dulu jawabannya sebelum menulis.
Buat kerangka jawaban singkat untuk esai dengan mencatat dulu beberapa ide yang ingin kamu tulis. Kemudian nomori ide-ide tersebut untuk mengurutkan mana yang hendak kamu diskusikan dulu.
• Ketika mengerjakan soal ujian esai, jawab langsung poin utamanya.
Tulis kalimat pokokmu pada kalimat pertama. Gunakan paragraf pertama sebagai overview esaimu. Gunakan paragraf-paragraf selanjutnya untuk mendiskusikan poin-poin utama secara mendetil. Dukung poinmu dengan informasi spesifik, contoh, atau kutipan dari bacaan atau catatanmu.
• Sisihkan 10% waktumu untuk memeriksa ulang jawabanmu.
Periksa jawabanmu; hindari keinginan untuk segera meninggalkan kelas segera setelah kamu menjawab semua soal-soal ujian. Periksa lagi bahwa kamu telah menyelesaikan semua pertanyaan. Baca ulang jawabanmu untuk memeriksa ejaan, struktur bahasa dan tanda baca. Untuk jawaban matematika, periksa bila ada kecerobohan (misalnya salah meletakkan desimal). Bandingkan jawaban matematikamu yang sebenarnya dengan penghitungan ringkas.
• Analisa hasil ujianmu.
Setiap ujian dapat membantumu dalam mempersiapkan diri untuk ujian selanjutnya. Putuskan strategi mana yang sesuai denganmu. Tentukan strategi mana yang tidak berhasil dan ubahlah. Gunakan kertas ujian sebelumnya ketika belajar untuk ujian akhir.
dosen pembimbingmu.
Ujian memberikan dasar evaluasi dan penilaian
terhadap perkembangan belajarmu.
Ada beberapa kondisi lingkungan,
termasuk sikap dan kondisimu sendiri, yang mempengaruhimu dalam melakukan ujian.
Sepuluh tips untuk membantu kamu dalam mengerjakan ujian:
• Datanglah dengan persiapan yang matang dan lebih awal.
Bawalah semua alat tulis yang kamu butuhkan, seperti pensil, pulpen, kalkulator, kamus, jam (tangan), penghapus, tip ex, penggaris, dan lain-lainnya. Perlengkapan ini akan membantumu untuk tetap konsentrasi selama mengerjakan ujian.
• Tenang dan percaya diri.
Ingatkan dirimu bahwa kamu sudah siap sedia dan akan mengerjakan ujian dengan baik.
• Bersantailah tapi waspada.
Pilihlah kursi atau tempat yang nyaman untuk mengerjakan ujian. Pastikan kamu mendapatkan tempat yang cukup untuk mengerjakannya. Pertahankan posisi duduk tegak.
• Preview soal-soal ujianmu dulu (bila ujian memiliki waktu tidak terbatas)
Luangkan 10% dari keseluruhan waktu ujian untuk membaca soal-soal ujian secara mendalam, tandai kata-kata kunci dan putuskan berapa waktu yang diperlukan untuk menjawab masing-masing soal. Rencanakan untuk mengerjakan soal yang mudah dulu, baru soal yang tersulit. Ketika kamu membaca soal-soal, catat juga ide-ide yang muncul yang akan digunakan sebagai jawaban.
• Jawab soal-soal ujian secara strategis.
Mulai dengan menjawab pertanyaan mudah yang kamu ketahui, kemudian dengan soal-soal yang memiliki nilai tertinggi. Pertanyaan terakhir yang seharusnya kamu kerjakan adalah:
o soal paling sulit
o yang membutuhkan waktu lama untuk menulis jawabannya
o memiliki nilai terkecil
• Ketika mengerjakan soal-soal pilihan ganda, ketahuilah jawaban yang harus dipilih/ditebak.
Mula-mulai, abaikan jawaban yang kamu tahu salah. Tebaklah selalu suatu pilihan jawaban ketika tidak ada hukuman pengurangan nilai, atau ketika tidak ada pilihan jawaban yang dapat kamu abaikan. Jangan menebak suatu pilihan jawaban ketika kamu tidak mengetahui secara pasti dan ketika hukuman pengurangan nilai digunakan. Karena pilihan pertama akan jawabanmu biasanya benar, jangan menggantinya kecuali bila kamu yakin akan koreksi yang kamu lakukan.
• Ketika mengerjakan soal ujian esai, pikirkan dulu jawabannya sebelum menulis.
Buat kerangka jawaban singkat untuk esai dengan mencatat dulu beberapa ide yang ingin kamu tulis. Kemudian nomori ide-ide tersebut untuk mengurutkan mana yang hendak kamu diskusikan dulu.
• Ketika mengerjakan soal ujian esai, jawab langsung poin utamanya.
Tulis kalimat pokokmu pada kalimat pertama. Gunakan paragraf pertama sebagai overview esaimu. Gunakan paragraf-paragraf selanjutnya untuk mendiskusikan poin-poin utama secara mendetil. Dukung poinmu dengan informasi spesifik, contoh, atau kutipan dari bacaan atau catatanmu.
• Sisihkan 10% waktumu untuk memeriksa ulang jawabanmu.
Periksa jawabanmu; hindari keinginan untuk segera meninggalkan kelas segera setelah kamu menjawab semua soal-soal ujian. Periksa lagi bahwa kamu telah menyelesaikan semua pertanyaan. Baca ulang jawabanmu untuk memeriksa ejaan, struktur bahasa dan tanda baca. Untuk jawaban matematika, periksa bila ada kecerobohan (misalnya salah meletakkan desimal). Bandingkan jawaban matematikamu yang sebenarnya dengan penghitungan ringkas.
• Analisa hasil ujianmu.
Setiap ujian dapat membantumu dalam mempersiapkan diri untuk ujian selanjutnya. Putuskan strategi mana yang sesuai denganmu. Tentukan strategi mana yang tidak berhasil dan ubahlah. Gunakan kertas ujian sebelumnya ketika belajar untuk ujian akhir.
Pembelajaran Bermakna Tipe STAD
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kemajuan teknologi pada saat ini tidak lepas dari peran pendidikan, dan pendidikan merupakan bagian hakiki dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, masalah pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Masalah pendidikan seringkali menjadi topik perbincangan yang menarik dan hangat, baik di kalangan masyarakat luas, lebih-lebih lagi pakar pendidikan. Hal ini merupakan hal yang wajar karena semua orang berkepentingan dan ikut terlibat dalam proses pendidikan
Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah telah lama dilakukan. Berbagai inovasi dan program pendidikan juga telah dilaksanakan oleh guru, antara lain penyediaan buku ajar atau diktat, memperbanyak frekuensi tugas, memberikan nilai plus kepada siswa yang aktif dalam proses pembelajaran mau pun penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS). Namun demikian berbagai indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan belum meningkat secara signifikan bahkan dapat dikatakan relatif rendah.
Bukanlah suatu pekerjaan yang mudah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dicita-citakan oleh guru. Mengajarkan suatu bahan pelajaran dengan baik kepada siswa memerlukan pengorganisasian semua komponen pembelajaran. Ada beberapa komponen yang harus diperhatikan dan diterapkan dalam pembelajaran, diantaranya; materi/topik yang akan diajarkan, metode/strategi pembelajaran, pemanfaatan lingkungan, skemata siswa serta alat evaluasi.
Namun kenyataannya, dari hasil penelitian yang telah banyak dilakukan di sekolah-sekolah menunjukkan, sampai saat ini masih banyak guru yang belum bisa dan mampu menerapkan komponen-komponen pembelajaran (Yasa, 2007). Hal inilah yang menyebabkan proses pembelajaran yang terjadi maih bersifat teoritis dan berpusat pada guru (teacher centered). Dalam pembelajaran ini fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum maupun teori-teori yang diterima siswa hampir semuanya berasal dari “kata guru” dan guru merupakan kendali utama dalam pembelajaran. Siswa seolah-olah belajar sebagai pendengar yang baik.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan suatu perubahan di dalam pendekatan pembelajaran. Pembelajaran yang menuntut siswa sekedar untuk menghafal fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum maupun teori-teori harus ditinggalkan. Menurut teori Ausabel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif siswa (Dahar, 1989; Suparno, 1997; Nursyamsi, 2008). Dengan demikian, konsep yang dipelajari akan dipahami di dalam diri siswa. Pada kesempatan ini, penulis membuat makalah refleksi tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini dan bagaimana merancang pembelajaran yang bermakna.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimanakah deskripsi dari pembelajaran bermakna?
1.2.2 Bagaimanakah merancang suatu pembelajaran yang bermakna dalam proses pembelajaran?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui deskripsi pembelajaran bermakna.
1.3.2 Untuk dapat merancang pembelajaran yang bermakna dalam proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Pembelajaran Bermakna
Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan yang memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam bentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi. Jadi, mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri (Bettecourt dalam Suparno, 1997).
Belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman baik alami maupun manusiawi. Mengkonstruksi pengetahuan itu adalah siswa sendiri melalui suatu proses aktif, bukan guru yang membangun pengetahuan dipikiran siswa. Dengan demikian, pengetahuan tersebut tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa. Tetapi dalam belajar siswa selalu memberi makna terhadap apa yang dipelajari dengan cara menyesuaikannya dengan pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki (Suparno, 1997).
Ausubel (dalam Nursyamsi, 2008) berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Agar terjadi belajar bermakna maka dalam diri siswa harus ada konsep-konsep relevan yang disebut subsumer (Sholahuddin, 2006).
2.2 Merancang Pembelajaran Bermakna
Teori belajar bermakna Ausebel, menekankan bahwa pentingnya siswa mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta yang baru ke dalam sistem pengertian yang telah dimiliki. Dalam proses ini siswa dapat mengembangkan skema yang ada atau dapat mengubahnya. Seorang guru pada saat pembelajaran harus mampu merancang pembelajaran bermakna dengan memperhatikan serta menerapkan komponen-komponen pembelajaran yang terdiri dari; materi/topik yang akan diajarkan, metode/strategi pembelajaran, pemanfaatan lingkungan, skemata siswa serta alat evaluasi.
Langkah awal yang harus dipertimbangkan dalam merancang suatu pembelajaran bermakna adalah menentukan materi atau topik yang akan diajarkan kepada siswa. Selama ini materi yang diajarkan oleh guru hanya berasal dari buku ajar (teks book) saja. Selain itu, materi yang diajarkan kurang dikaitkan dengan kehidupan dunia nyata siswa (tidak konstekstual), sehingga dalam proses pembelajaran guru berperan sangat doniman sedangkan siswa hanya sebagai pendengar yang baik saja. Dalam hal ini, seorang guru harus dapat memilih topik yang tepat dengan pembelajaran, artinya topik dipilih atau ditentukan sesuai dengan kehidupan nyata siswa sehingga apa yang dipelajari akan menjadi bermakana dan tidak bersifat menghafal saja.
Dalam seluruh kegiatan pembelajaran strategi pembelajaran memegang peran penting. Tanpa strategi yang tepat seluruh proses pembelajaran akan sia-sia belaka. Oleh karena itu, guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran dan benar-benar menguasai metode pembelajaran yang akan digunakan dengan baik. Hal ini sering menjadi kesulitan bagi guru, karena guru sudah terbiasa menguasai satu metode pembelajaran tertentu. Seolah-olah metode yang digunakan guru sudah mendarah daging dalam jiwanya serta sulit sekali untuk diubah. Tentunya semua ini akan menimbulkan kerugian bagi siswa, karena mengajar bukan hanya sekadar menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa, tetapi lebih ditekankan pada bagaimana suatu bahan pelajaran itu disajikan pada siswa. Dalam proses pembelajarannya guru masih menerapkan metode/strategi klasikal dan ceramah menjadi pilihan utama sebagai metode pembelajaran. Pola pembelajaran atau urutan sajian materi dalam pembelajaran yang biasa dilakukan selama ini adalah (1) pembelajaran diawali penjelasan singkat materi oleh guru, siswa diajarkan fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori yang semuanya harus dihafal, (2) pemberian contoh soal dan (3) diakhiri dengan latihan soal. Pola ini akan membuat siswa kurang aktif di kelas dalam proses pembelajaran serta tidak akan memperlihatkan adanya interaksi siswa di dalam kelas.
Strategi mengajar seperti ini harus ditinggalkan oleh guru, karena kurang merangsang siswa untuk belajar aktif. Saat ini telah banyak dikembangkan model-model pembelajaran inovatif yang sudah terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa, hasil belajar siswa, dan mampu mengurangi miskonsepsi yang dimiliki siswa. Jadi, guru harus mampu menerapkan berbagai strategi pembelajaran sehingga memberikan pengalaman dan kesempatan untuk siswa belajar membangun sendiri pengetahuan yang dimiliki.
Pemanfaatan lingkungan sangat erat kaitannya dengan merencanakan strategi pembelajaran yang diterapkan. Dalam proses pembelajaran selama ini, guru sangat jarang mengajak siswa untuk mengeksplorasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sebagai sumber pelajaran. Pembelajaran guru hanya berorientasi pada buku pelajaran, menyampaikan materi, memberikan contoh soal dan memberikan latihan soal selalu diambil dari buku pelajaran maupun LKS yang dipegang oleh guru dan siswa. Keteribatan guru dalam pembelajaran sangat dominan, di mana guru sebagai sumber utama pengetahuan. Dominasi guru dapat dilihat saat guru menjelaskan materi pembelajaran, memberikan tugas-tugas dan menyimpulkan materi pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan proses pembelajaran yang terjadi bersifat teoritis dan berpusat pada guru (teacher centered). Kebiasaan guru seperti ini harus diubah, peroses pembelajaran harus berpusat pada siswa (student centred). Hal ini bertujuan agar apa yang dipelajari siswa bersifat nyata dan sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Selama ini guru mengganggap belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum maupun teori-teori yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih berpegang pada teori tingkah laku (behavioristik). Teori ini didasari asumsi bahwa peserta didik (siswa) adalah manusia pasif yang bisa dikontrol dan hanya melakukan respon terhadap stimulus yang datang dari luar. Guru akan merasa bangga ketika anak didiknya mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagaian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diberikan oleh guru. Guru tidak pernah melihat pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa, sehingga guru akan mengajar sesuai dengan kemauannya sendiri.
Seseorang dikatakan belajar jika mampu mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang ia telah punyai. Dalam proses itu seseorang dapat mengembangkan skema yang ada atau mengubahnya (Ausubel dalam Suparno, 1997). Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Dengan demikian, dalam merancang pembelajaran yang bermakan perlu mempertimbangkan skema yang dimiliki siswa agar siswa benar-benar paham dengan apa yang mereka pelajari.
Selain materi/topik yang akan diajarkan, metode/strategi pembelajaran, pemanfaatan lingkungan, skemata, evaluasi juga merupakan hal yang sangat esensial dalam pembelajaran. Dalam satu kali proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan sudah tepat. Menurut Suastra (2007) dalam merancang suatu pembelajaran yang bermakna, guru harus melakukan penilaian yang otentik (Authentic Assessment), penilaian yang dilakukan tidak terbatas hanya dengan tes saja, apalagi jenis tes yang digunakan didominasi oleh tes objektif. Menurut Fogarty (dalam Marhaeni, 2005) tes objektif sangat sedikit kontribusinya terhadap pembelajaran sehingga tidak tepat digunakan untuk semua penilaian yang dilakukan di sekolah. Model penilaian ini tidak dapat mengukur kemampuan siswa yang sebenarnya karena hanya terfokus pada beberapa aspek saja sehingga tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan dan kelebihannya masing-masing.
Dalam pembelajaran, seorang guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar. Dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif, memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang diuraikan di atas, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
1. Belajar bermakna merupakan suatu proses belajar yang mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang yang sedang belajar.
2. Merancang pembelajaran yang bermakna, ada beberapa komponen pembelajaran yang harus diterapkan diantaranya; materi/topik yang akan diajarkan, metode/strategi pembelajaran, pemanfaatan lingkungan, skemata siswa serta alat evaluasi yang digunakan.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan tersebut, maka dapat diajukan beberapa saran guna peningkatan kualitas pembelajaran ke depan antara lain sebagai berikut.
3.2.1 Dominasi guru dalam pembelajaran sebaiknya dikurangi, artinya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran, yaitu dengan lebih mengoptimalkan metode diskusi saat siswa menemukan fakta, konsep, prinsip, hukum, maupun teori dalam mengerjakan permasalahan sehingga peran guru sebagai sumber informasi baru bisa diminimalkan atau dengan kata lain keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar bisa lebih diintensifkan. Diskusi bisa dilakukan dengan teman sebangku atau pun diskusi kelompok.
3.2.2 Dalam proses belajar mengajar peran guru hanya sebagai mediator, fasilitator dan moderator, bukan sebagai pemindah pengetahuan. Proses belajar harus membantu siswa dalam membangun pengetahuannya, karena pengetahuan itu dibentuk sendiri oleh siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan yang dihadapinya. Dalam proses belajar mengajar haruslah berpusat pada siswa (student center), artinya siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya, bukan guru yang aktif memberikan pengetahuan pada siswa
DAFTAR PUSTAKA
Afdhee, 2008. Kegagalan Guru dalam Melakukan Evaluasi (Artikel). http://school-development.com/2008/Kegagalanguru.html (diakses Tanggal 19 Pebruari 2008)
Dahar, R. W. 1989. Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga
Marhaeni, A. A. I. N. 2005. Pengaruh Asesmen Portofolio dan Motivasi Berprestasi dalam Belajar Bahasa Inggris terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris. Disertasi (tidak diterbitkan). Universitas Negeri Jakarta Program Pasca Sarjana Program Studi PEP
Nursyamsi,A. 2008. Teori Belajar. Http://neozonk.blogspot.com/2008/02/teori-belajar.html (diakses Tanggal 19 Pebruari 2008)
Santyasa, I W. 2005. Implementasi pembelajaran inovatif dalam praktik pengalaman lapangan. Makalah. Disajikan dalam pembekalan awal pelaksanaan program hibah kemitraan LPPL IKIP Negeri Singaraja dengan Sekolah Laboratorium IKIP Negeri Singaraja, 18-20 Juli 2005, di Singaraja
Sholahuddin, A. 2006. Implementasi Teori Ausubel pada Pembelajaran Senyawa Karbon di SMU. http://www.duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=71&itemid=26
Suastra, I W. 2007. Mengembangkan Penilaian Otentik (Authentic Assessment) dalam Pembelajaran Fisika. Makalah. Disampaikan pada seminar dengan tema “Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif dan Asesmen sebagai Antisipasi Pelaksanaan KTSP di SMP/SMA”, tanggal 24 – 25 September 2007, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
Suparno, P. 1997. Filsafat konstruktivisme dalam pendidikan. Yogyakarta: Kanisius
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta
Yasa, I P. 2007. Inovasi Model Belajar Sains Sesuai Tuntutan Standar Proses Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Makalah. Disampaikan pada seminar dengan tema “Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif dan Asesmen sebagai Antisipasi Pelaksanaan KTSP di SMP/SMA”, tanggal 24 – 25 September 2007, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
`
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kemajuan teknologi pada saat ini tidak lepas dari peran pendidikan, dan pendidikan merupakan bagian hakiki dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, masalah pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Masalah pendidikan seringkali menjadi topik perbincangan yang menarik dan hangat, baik di kalangan masyarakat luas, lebih-lebih lagi pakar pendidikan. Hal ini merupakan hal yang wajar karena semua orang berkepentingan dan ikut terlibat dalam proses pendidikan
Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah telah lama dilakukan. Berbagai inovasi dan program pendidikan juga telah dilaksanakan oleh guru, antara lain penyediaan buku ajar atau diktat, memperbanyak frekuensi tugas, memberikan nilai plus kepada siswa yang aktif dalam proses pembelajaran mau pun penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS). Namun demikian berbagai indikator menunjukkan bahwa mutu pendidikan belum meningkat secara signifikan bahkan dapat dikatakan relatif rendah.
Bukanlah suatu pekerjaan yang mudah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dicita-citakan oleh guru. Mengajarkan suatu bahan pelajaran dengan baik kepada siswa memerlukan pengorganisasian semua komponen pembelajaran. Ada beberapa komponen yang harus diperhatikan dan diterapkan dalam pembelajaran, diantaranya; materi/topik yang akan diajarkan, metode/strategi pembelajaran, pemanfaatan lingkungan, skemata siswa serta alat evaluasi.
Namun kenyataannya, dari hasil penelitian yang telah banyak dilakukan di sekolah-sekolah menunjukkan, sampai saat ini masih banyak guru yang belum bisa dan mampu menerapkan komponen-komponen pembelajaran (Yasa, 2007). Hal inilah yang menyebabkan proses pembelajaran yang terjadi maih bersifat teoritis dan berpusat pada guru (teacher centered). Dalam pembelajaran ini fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum maupun teori-teori yang diterima siswa hampir semuanya berasal dari “kata guru” dan guru merupakan kendali utama dalam pembelajaran. Siswa seolah-olah belajar sebagai pendengar yang baik.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan suatu perubahan di dalam pendekatan pembelajaran. Pembelajaran yang menuntut siswa sekedar untuk menghafal fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum maupun teori-teori harus ditinggalkan. Menurut teori Ausabel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif siswa (Dahar, 1989; Suparno, 1997; Nursyamsi, 2008). Dengan demikian, konsep yang dipelajari akan dipahami di dalam diri siswa. Pada kesempatan ini, penulis membuat makalah refleksi tentang proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini dan bagaimana merancang pembelajaran yang bermakna.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimanakah deskripsi dari pembelajaran bermakna?
1.2.2 Bagaimanakah merancang suatu pembelajaran yang bermakna dalam proses pembelajaran?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui deskripsi pembelajaran bermakna.
1.3.2 Untuk dapat merancang pembelajaran yang bermakna dalam proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Pembelajaran Bermakna
Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan yang memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi dengan pelajar dalam bentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi. Jadi, mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri (Bettecourt dalam Suparno, 1997).
Belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman baik alami maupun manusiawi. Mengkonstruksi pengetahuan itu adalah siswa sendiri melalui suatu proses aktif, bukan guru yang membangun pengetahuan dipikiran siswa. Dengan demikian, pengetahuan tersebut tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa. Tetapi dalam belajar siswa selalu memberi makna terhadap apa yang dipelajari dengan cara menyesuaikannya dengan pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki (Suparno, 1997).
Ausubel (dalam Nursyamsi, 2008) berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung. Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Agar terjadi belajar bermakna maka dalam diri siswa harus ada konsep-konsep relevan yang disebut subsumer (Sholahuddin, 2006).
2.2 Merancang Pembelajaran Bermakna
Teori belajar bermakna Ausebel, menekankan bahwa pentingnya siswa mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta yang baru ke dalam sistem pengertian yang telah dimiliki. Dalam proses ini siswa dapat mengembangkan skema yang ada atau dapat mengubahnya. Seorang guru pada saat pembelajaran harus mampu merancang pembelajaran bermakna dengan memperhatikan serta menerapkan komponen-komponen pembelajaran yang terdiri dari; materi/topik yang akan diajarkan, metode/strategi pembelajaran, pemanfaatan lingkungan, skemata siswa serta alat evaluasi.
Langkah awal yang harus dipertimbangkan dalam merancang suatu pembelajaran bermakna adalah menentukan materi atau topik yang akan diajarkan kepada siswa. Selama ini materi yang diajarkan oleh guru hanya berasal dari buku ajar (teks book) saja. Selain itu, materi yang diajarkan kurang dikaitkan dengan kehidupan dunia nyata siswa (tidak konstekstual), sehingga dalam proses pembelajaran guru berperan sangat doniman sedangkan siswa hanya sebagai pendengar yang baik saja. Dalam hal ini, seorang guru harus dapat memilih topik yang tepat dengan pembelajaran, artinya topik dipilih atau ditentukan sesuai dengan kehidupan nyata siswa sehingga apa yang dipelajari akan menjadi bermakana dan tidak bersifat menghafal saja.
Dalam seluruh kegiatan pembelajaran strategi pembelajaran memegang peran penting. Tanpa strategi yang tepat seluruh proses pembelajaran akan sia-sia belaka. Oleh karena itu, guru harus mampu menguasai berbagai metode pembelajaran dan benar-benar menguasai metode pembelajaran yang akan digunakan dengan baik. Hal ini sering menjadi kesulitan bagi guru, karena guru sudah terbiasa menguasai satu metode pembelajaran tertentu. Seolah-olah metode yang digunakan guru sudah mendarah daging dalam jiwanya serta sulit sekali untuk diubah. Tentunya semua ini akan menimbulkan kerugian bagi siswa, karena mengajar bukan hanya sekadar menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa, tetapi lebih ditekankan pada bagaimana suatu bahan pelajaran itu disajikan pada siswa. Dalam proses pembelajarannya guru masih menerapkan metode/strategi klasikal dan ceramah menjadi pilihan utama sebagai metode pembelajaran. Pola pembelajaran atau urutan sajian materi dalam pembelajaran yang biasa dilakukan selama ini adalah (1) pembelajaran diawali penjelasan singkat materi oleh guru, siswa diajarkan fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori yang semuanya harus dihafal, (2) pemberian contoh soal dan (3) diakhiri dengan latihan soal. Pola ini akan membuat siswa kurang aktif di kelas dalam proses pembelajaran serta tidak akan memperlihatkan adanya interaksi siswa di dalam kelas.
Strategi mengajar seperti ini harus ditinggalkan oleh guru, karena kurang merangsang siswa untuk belajar aktif. Saat ini telah banyak dikembangkan model-model pembelajaran inovatif yang sudah terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa, hasil belajar siswa, dan mampu mengurangi miskonsepsi yang dimiliki siswa. Jadi, guru harus mampu menerapkan berbagai strategi pembelajaran sehingga memberikan pengalaman dan kesempatan untuk siswa belajar membangun sendiri pengetahuan yang dimiliki.
Pemanfaatan lingkungan sangat erat kaitannya dengan merencanakan strategi pembelajaran yang diterapkan. Dalam proses pembelajaran selama ini, guru sangat jarang mengajak siswa untuk mengeksplorasi lingkungan yang ada di sekitar siswa sebagai sumber pelajaran. Pembelajaran guru hanya berorientasi pada buku pelajaran, menyampaikan materi, memberikan contoh soal dan memberikan latihan soal selalu diambil dari buku pelajaran maupun LKS yang dipegang oleh guru dan siswa. Keteribatan guru dalam pembelajaran sangat dominan, di mana guru sebagai sumber utama pengetahuan. Dominasi guru dapat dilihat saat guru menjelaskan materi pembelajaran, memberikan tugas-tugas dan menyimpulkan materi pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan proses pembelajaran yang terjadi bersifat teoritis dan berpusat pada guru (teacher centered). Kebiasaan guru seperti ini harus diubah, peroses pembelajaran harus berpusat pada siswa (student centred). Hal ini bertujuan agar apa yang dipelajari siswa bersifat nyata dan sesuai dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Selama ini guru mengganggap belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum maupun teori-teori yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih berpegang pada teori tingkah laku (behavioristik). Teori ini didasari asumsi bahwa peserta didik (siswa) adalah manusia pasif yang bisa dikontrol dan hanya melakukan respon terhadap stimulus yang datang dari luar. Guru akan merasa bangga ketika anak didiknya mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagaian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diberikan oleh guru. Guru tidak pernah melihat pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa, sehingga guru akan mengajar sesuai dengan kemauannya sendiri.
Seseorang dikatakan belajar jika mampu mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang ia telah punyai. Dalam proses itu seseorang dapat mengembangkan skema yang ada atau mengubahnya (Ausubel dalam Suparno, 1997). Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Dengan demikian, dalam merancang pembelajaran yang bermakan perlu mempertimbangkan skema yang dimiliki siswa agar siswa benar-benar paham dengan apa yang mereka pelajari.
Selain materi/topik yang akan diajarkan, metode/strategi pembelajaran, pemanfaatan lingkungan, skemata, evaluasi juga merupakan hal yang sangat esensial dalam pembelajaran. Dalam satu kali proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan sudah tepat. Menurut Suastra (2007) dalam merancang suatu pembelajaran yang bermakna, guru harus melakukan penilaian yang otentik (Authentic Assessment), penilaian yang dilakukan tidak terbatas hanya dengan tes saja, apalagi jenis tes yang digunakan didominasi oleh tes objektif. Menurut Fogarty (dalam Marhaeni, 2005) tes objektif sangat sedikit kontribusinya terhadap pembelajaran sehingga tidak tepat digunakan untuk semua penilaian yang dilakukan di sekolah. Model penilaian ini tidak dapat mengukur kemampuan siswa yang sebenarnya karena hanya terfokus pada beberapa aspek saja sehingga tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan dan kelebihannya masing-masing.
Dalam pembelajaran, seorang guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar. Dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif, memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang diuraikan di atas, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
1. Belajar bermakna merupakan suatu proses belajar yang mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang yang sedang belajar.
2. Merancang pembelajaran yang bermakna, ada beberapa komponen pembelajaran yang harus diterapkan diantaranya; materi/topik yang akan diajarkan, metode/strategi pembelajaran, pemanfaatan lingkungan, skemata siswa serta alat evaluasi yang digunakan.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan tersebut, maka dapat diajukan beberapa saran guna peningkatan kualitas pembelajaran ke depan antara lain sebagai berikut.
3.2.1 Dominasi guru dalam pembelajaran sebaiknya dikurangi, artinya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran, yaitu dengan lebih mengoptimalkan metode diskusi saat siswa menemukan fakta, konsep, prinsip, hukum, maupun teori dalam mengerjakan permasalahan sehingga peran guru sebagai sumber informasi baru bisa diminimalkan atau dengan kata lain keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar bisa lebih diintensifkan. Diskusi bisa dilakukan dengan teman sebangku atau pun diskusi kelompok.
3.2.2 Dalam proses belajar mengajar peran guru hanya sebagai mediator, fasilitator dan moderator, bukan sebagai pemindah pengetahuan. Proses belajar harus membantu siswa dalam membangun pengetahuannya, karena pengetahuan itu dibentuk sendiri oleh siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan yang dihadapinya. Dalam proses belajar mengajar haruslah berpusat pada siswa (student center), artinya siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya, bukan guru yang aktif memberikan pengetahuan pada siswa
DAFTAR PUSTAKA
Afdhee, 2008. Kegagalan Guru dalam Melakukan Evaluasi (Artikel). http://school-development.com/2008/Kegagalanguru.html (diakses Tanggal 19 Pebruari 2008)
Dahar, R. W. 1989. Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga
Marhaeni, A. A. I. N. 2005. Pengaruh Asesmen Portofolio dan Motivasi Berprestasi dalam Belajar Bahasa Inggris terhadap Kemampuan Menulis Bahasa Inggris. Disertasi (tidak diterbitkan). Universitas Negeri Jakarta Program Pasca Sarjana Program Studi PEP
Nursyamsi,A. 2008. Teori Belajar. Http://neozonk.blogspot.com/2008/02/teori-belajar.html (diakses Tanggal 19 Pebruari 2008)
Santyasa, I W. 2005. Implementasi pembelajaran inovatif dalam praktik pengalaman lapangan. Makalah. Disajikan dalam pembekalan awal pelaksanaan program hibah kemitraan LPPL IKIP Negeri Singaraja dengan Sekolah Laboratorium IKIP Negeri Singaraja, 18-20 Juli 2005, di Singaraja
Sholahuddin, A. 2006. Implementasi Teori Ausubel pada Pembelajaran Senyawa Karbon di SMU. http://www.duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=71&itemid=26
Suastra, I W. 2007. Mengembangkan Penilaian Otentik (Authentic Assessment) dalam Pembelajaran Fisika. Makalah. Disampaikan pada seminar dengan tema “Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif dan Asesmen sebagai Antisipasi Pelaksanaan KTSP di SMP/SMA”, tanggal 24 – 25 September 2007, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
Suparno, P. 1997. Filsafat konstruktivisme dalam pendidikan. Yogyakarta: Kanisius
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta
Yasa, I P. 2007. Inovasi Model Belajar Sains Sesuai Tuntutan Standar Proses Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Makalah. Disampaikan pada seminar dengan tema “Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif dan Asesmen sebagai Antisipasi Pelaksanaan KTSP di SMP/SMA”, tanggal 24 – 25 September 2007, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
`
Pengembangan IPA terpadu
BURAM
PANDUAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/ MADRASAH TSANAWIYAH
(SMP/MTs)
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas
Jl. Gunung Sahari Raya No. 4, Jakarta Pusat
Telp. : (62-21)3804248,3453440,34834862
Fax. : (62-21) 3508084, 34834862
www.puskur.net
DAFTAR ISI
Daftar Isi
Halaman
Bab I. Pendahuluan 1
A. Latar Belakang .…………………………………………………………………………. 1
B. Tujuan ………………………………………………………………………………………… 2
C. Ruang Lingkup …………………………………………………………………………… 2
D. Sistematika 2
Bab II. Kerangka Berpikir 4
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ………………………………………….. 4
B. Karakteristik Bidang kajian IPA …………………………………………………. 6
C. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu ……………………………………………. 7
D. Konsep Pembelajaran Keterpaduan dalam IPA …………………………. 8
Bab III. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu 13
A. Perencanaan ………………………………………………………………………………. 13
B. Model Pelaksanaan Pembelajaran ……………………………………………… 15
C. Penilaian …………………………………………………………………………………….. 17
Bab IV Implikasi Pembelajaran IPA Terpadu 20
A. Guru 20
B. Peserta Didik 22
C. Bahan Ajar 23
D. Sarana dan Prasarana 24
Lampiran:
1. Peta Kompetensi Dasar Yang Berpotensi IPA Terpadu …………………. 25
2. Contoh Silabus Pembelajaran IPA Terpadu ….......................... 27
3. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu ……….... 35
i
A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar merupakan kurikulum hasil refleksi, pemikiran, dan pengkajian ulang dari kurikulum yang telah berlaku sebelumnya. Kurikulum baru ini diharapkan dapat membantu mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masa depan. Standar kompetensi dan kompetensi dasar diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam kondisi yang penuh dengan berbagai perubahan, persaingan, ketidakpastian, dan kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum ini disusun untuk menciptakan tamatan yang kompeten, cerdas dalam membangun integritas sosial, serta mewujudkan karakter nasional.
Dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, telah dilakukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan. Sebagai salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum dikembangkan berbagai model implementasi kurikulum.
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud,
1996:3). Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995:615).
Melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk mencari, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan membentuk skema kognitif, sehingga anak memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.
Pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan TEMA atau TOPIK tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran IPA terpadu, suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA. Misalnya tema lingkungan dapat dibahas dari
1
sudut makhluk hidup dan proses kehidupan, energi dan perubahannya, dan materi dan sifatnya. Pembahasan tema juga dimungkinkan hanya dari aspek makhluk hidup dan proses kehidupan dan energi dan perubahannya, atau materi dan sifatnya dan makhluk hidup dan proses kehidupan, atau energi dan perubahannya dan materi dan sifatnya saja. Dengan demikian melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan lebih efektif.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan Model Pembelajaran IPA Terpadu untuk SMP/MTs ini pada dasarnya untuk memberikan pedoman yang dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi guru dan pihak terkait. Secara rinci, penyusunan model ini di antaranya bertujuan untuk:
1. memberikan wawasan bagi guru tentang apa, mengapa, dan bagaimana pembelajaran IPA terpadu pada tingkat SMP/MTs;
2. memberikan bekal keterampilan kepada guru untuk dapat menyusun rencana pembelajaran (memetakan kompentensi, menyusun silabus, dan menjabarkan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran) dan penilaian;
3. memberikan bekal kemampuan kepada guru agar memiliki kemampuan melaksanakan pembelajaran IPA terpadu;
4. memberikan wawasan, pengetahuan, dan pemahaman bagi pihak terkait
(misalnya kepala sekolah dan pengawas), sehingga mereka dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran dan ketepatan pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan Model ini meliputi pengertian IPA Terpadu, Karakteristik Pembelajarn IPA Terpadu, pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu dan penilaian di kelas sehingga dicapai tujuan yang diinginkan.
Pembelajaran IPA secara terpadu harus menggunakan tema yang relevan dan berkaitan. Materi yang dipadukan sebaiknya masih dalam lingkup bidang kajian IPA.
Tema yang dibahas disajikan dalam konteks IPA-lingkungan-teknologi- masyarakat, yang melibatkan aktivitas peserta didik secara berkelompok maupun mandiri. Aktivitas peserta didik perlu ditunjang oleh media pembelajaran yang memadai, agar peserta didik dapat memahami tema secara komprehensif dan mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
D. Sistematika
Model Pembelajaran IPA Terpadu memuat beberapa keterpaduan antar- Kompetensi Dasar. Model ini juga mencakup apa dan bagaimana seorang guru di SMP/MTs mengembangkan dan melaksanakan model tersebut. Sistematika
2
anduan pengembangan pembelajaran IPA Terpadu SMP/MTs terdiri atas bagian- bagian sebagai berikut.
Bab satu, merupakan pendahuluan yang memuat penjelasan tentang latar belakang serta pentingnya keberadaan panduan. Selain itu juga mengungkapkan tujuan serta sistematika sajian.
Bab dua, berisi penjelasan tentang kerangka berpikir yang mencakup tentang pengertian, karakteristik, tujuan, konsep keterpaduan IPA, dan model keterpaduan berdasarkan topik.
Bab tiga, berisi tentang strategi pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu, yang menjelaskan tahapan tentang perencanaan (meliputi pemetaan Kompetensi Dasar, pemilihan topik, penjabaran Kompetensi Dasar ke dalam indikator, penyusunan silabus, dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran), pelaksanaan pembelajaran (meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir serta tindak lanjut), dan penilaian.
Bab empat, berisi tentang implikasi pembelajaran IPA Terpadu yang menjelaskan peran guru, peserta didik, serta sarana dan prasarana pembelajaran.
Lampiran:
Model pembelajaran IPA Terpadu SMP/MTs
3
BAB II KERANGKA BERPIKIR
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, bumi antariksa, makhluk hidup dan proses kehidupan, dan materi dan sifatnya yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya.
Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.
Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA
meliputi empat unsur utama yaitu:
1. sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;
2. proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
3. produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
4. aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari- hari.
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.
4
Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.
Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak.
Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai bidang kajian IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau karena mereka tak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan efektif.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai peserta didik yang dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.
Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan agar guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum.
Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.
B. Karakteristik Bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum terjadi, dan
5
kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan prinsip umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen.
Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry skills” yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.
Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1) memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, (2) menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah
(hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah, (3) latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam, (4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah.
6
C. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu
Tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai peserta didik masih dalam lingkup bidang kajian energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, dan makhluk hidup dan proses kehidupan. Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran IPA yang disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Selain itu, peserta didik melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah dalam energi dan perubahannya, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, dan bumi-alam semesta memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien dan efektif.
Keterpaduan bidang kajian dapat mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan materi maupun metodologi.
2. Meningkatkan minat dan motivasi
Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaan yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan dan kemampuan guru, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema yang disampaikan.
Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistimik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya.
3. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga
7
menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.
D. Konsep Pembelajaran Terpadu Dalam IPA
1. Konsep Pembelajaran IPA Terpadu
Dalam arti luas pembelajaran terpadu meliputi pembelajaran yang terpadu dalam satu disiplin ilmu, terpadu antarmata pelajaran, serta terpadu dalam dan lintas peserta didik (Fogarty,1991: xiii). Pembelajaran terpadu akan memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik, karena dalam pembelajaran terpadu peserta didik akan memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep-konsep lain yang sudah dipahami yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Dari sejumlah model pembelajaran terpadu menurut Fogorty (1991) tiga diantaranya seseuai untuk dikembangkan dalam pembelajaran IPA ditingkat pendidikan di Indonesia. Ketiga model yang dimaksud adalah model keterhubungan (connected), model jaring laba-laba (webbad), dan model keterpaduan (integrated). Perbandingan deskripsi karakter, kelebihan dan keterbatasan ketiga model tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Perbandingan Diagram dan Deskripsi
Tiga Model Pembelajaran Terpadu
Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan
Model
Keterhubungan
(connected)
Model jaring laba-laba
(Webbed)
Menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, ide yang satu dengan ide yang lain tetapi masih dalam lingkup satu bidang studi misalnya IPA atau IPS
Dimulai dengan menentukan tema yang kemudian dikembangkan subtemanya dengan
Peserta didik akan lebih mudah menemukan keterkaitan
karena masih dalam lingkup satu bidang studi
Tema yang familiar membuat motivasi belajar meningkat
Model ini kurang menampakkan keterkaitan interdisiplin
Sulit menemukan tema
8
Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan
memperhatikan kaitannya dengan disiplin ilmu atau bidang studi lain
Memberikan pengalaman berpikir serta bekerja interdisipliner
Model
Keterpaduan
(integrated)
Dimulai dengan identifikasi
konsep, keterampilan, sikap yang overlap pada beberapa disiplin ilmu atau beberapa bidang studi. Tema berfungsi sebagai konteks pembelajaran
Hubungan antarbidang studi jelas terlihat melalui kegiatan belajar
Fokus terhadap kegiatan
belajar, terkadang mengabaikan target penguasaan konsep
Menuntut wawasan yang luas dari guru
Sumber: Rustaman et al, 2003: 122 dan Fogarty, 1991: xv
2. Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Walaupun standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA dikembangkan dalam bidang kajian, pada tingkat pelaksanaan guru memiliki keleluasaan dalam membelajarkan peserta didiknya untuk mencapai kompetensi tersebut. Salah satu contoh yang akan dikembangkan dalam model ini adalah guru dapat mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dekat dan relevan untuk dikemas dalam satu tema dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran yang terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan kegiatan dalam bentuk tema sebaiknya dilakukan pada jenjang kelas yang sama dan masih dalam lingkup IPA sehingga memudahkan untuk penilaian.
Kekuatan/manfaat yang dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran terpadu antara lain sebagai berikut.
(a) Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, karena ketiga bidang kajian tersebut (Energi dan perubahannya, Materi dan sifatnya, dan Makhluk hidup dan proses kehidupan) dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
(b) Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antarkonsep Energi dan perubahannya, Materi dan sifatnya, dan Makhluk hidup dan proses kehidupan.
(c) Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.
(d) Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA.
(e) Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan.
9
(f) Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, dan memudahkan memahami hubungan materi IPA dari satu konteks ke konteks lainnya.
(g) Akan terjadi peningkatan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
Di samping kekuatan/manfaat yang dikemukakan itu, model pembelajaran IPA Terpadu juga memiliki kelemahan. Perlu disadari, bahwa sebenarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk semua konsep, oleh karena itu model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang akan diajarkan. Begitu pula dengan pembelajaran terpadu dalam IPA memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut ini.
(a) Aspek Guru: berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi, bersedia mengembangkan diri untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja.
(b) Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik
(mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali).
(c) Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, termasuk juga fasilitas internet untuk menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Semua ini dapat diatasi karena internet mudah diakses dan warnet mudah ditemukan.
(d) Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru mempunyai kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
(e) Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), dalam menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dengan penilaian yang bervariasi serta berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
10
Sekalipun pembelajaran terpadu mengandung beberapa kelemahan selain keunggulannya, sebagai sebuah bentuk inovasi dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih lanjut. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan di atas, perlu dibahas bersama antara guru bidang kajian terkait dengan sikap terbuka. Kesemuanya ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran IPA.
2. Pemaduan Konsep Dalam Pembelajaran IPA
Salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri atas beberapa bidang kajian adalah menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan peserta didik mendapat pengalaman belajar yang dapat menghubungkaitkan konsep- konsep dari berbagai bidang kajian. Pengertian terpadu di sini mengandung makna menghubungkan IPA dengan berbagai bidang kajian (Carin 1997;236). Lintas bidang kajian dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu seperti makhluk hidup dan proses kehidupan, energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, geologi, dan astronomi. Sebenarnya IPA dapat juga dipadukan dengan bidang kajian lain di luar bidang kajian IPA dan hal ini lebih sesuai untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Mengingat pembahasan materi IPA pada tingkat lebih tinggi semakin luas dan mendalam, maka pada jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, akan lebih baik bila keterpaduan dibatasi pada bidang kajian yang termasuk bidang kajian IPA saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yang terlibat, yang akan membuka peluang timbulnya kesulitan dalam pembelajaran dan penilaian, mengingat semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin dalam dan luas pula pemahaman konsep yang harus diserap oleh peserta didik.
Pembelajaran terpadu diawali dengan penentuan TEMA, karena penentuan tema akan membantu peserta didik dalam beberapa aspek yaitu:
(a) peserta didik yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri;
(b) peserta didik menjadi lebih percaya diri dan termotivas dalam belajar bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya;
(c) peserta didik lebih memahami dan lebih mudah mengingat karena mereka
‘mendengar’, ‘berbicara’, ‘membaca’, ‘menulis’ dan ‘melakukan’
kegiatan menyelidiki masalah yang sedang dipelajarinya;
(d) memperkuat kemampuan berbahasa peserta didik;
(e) belajar akan lebih baik bila peserta didik terlibat secara aktif melalui tugas proyek, kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru, dan dunia nyata.
Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan pembelajaran terpadu dalam IPA, sebaiknya memilih tema yang menghubungkaitkan antara IPA–lingkungan- teknologi-masyarakat.
Berikut ini diberikan contoh pembelajaran IPA Terpadu dengan tema yang bernuansa IPA-lingkungan-teknologi-masyarakat.
11
Contoh 1:
Pengaruh asap rokok terhadap lingkungan
(pencemaran udara)
Pengaruh bahan kimia dalam kehidupan sehari- hari
Lingkungan Materi dan sifatnya
Rokok
Perokok aktif
Pengaruh rokok bagi kesehatan
Gangguan pada sistem pernapasan
Perokok pasif
Kesehatan Makhluk hidup dan
proses kehidupan
Gambar 2.1. Jaringan tema rokok
Contoh 2:
Matahari sebagai sumber energi
Aliran Energi
ENERGI
Hukum Kekekalan Energi
Perubahan bentuk energi di alam
Gambar 2.2 Jaringan Tema Energi
Contoh 3:
Pembakaran bahan-bahan fosil
Penebangan pohon Pelapukan
12
Proses-proses Yang Terjadi di Lapisan Biosfer
Penipisan Ozon
Efek Rumah Kaca
Pemanasan Global
Gambar 2.3 Jaringan Tema Proses-proses Yang Terjadi di Lapisan Biosfer
13
BAB III
STARTEGI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU
A. PERENCANAAN
Secara konseptual yang dimaksud terpadu pada pengembangan pembelajaran IPA dapat berupa contoh, aplikasi, pemahaman, analisis, dan evaluasi dalam mata pelajaran IPA.
Konsep-konsep yang dapat dipadukan pada semester yang berlainan pembelajarannya dapat dilaksanakan pada semester yang sama (tertentu) dengan tidak meninggalkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada semester lainnya. Sebaiknya tidak memadukan standar komnpetensi dan kompetensi dasar karena akan menyulitkan dalam penilaian.
Keberhasilan pembelajaran terpadu akan lebih optimal jika perencanaan mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik sudah tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA.
Ada berbagai model dalam mengembangkan pembelajaran IPA Terpadu yang dapat dilihat pada alur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu berikut ini:
Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan
Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema atau topik pemersatu
Mempelajari Standar kompetensi dan kompetensi dasar bidang kajian
Merumuskan indikator pembelajaran terpadu
Memilih/menetapkan tema atau topik pemersatu
Menyusun silabus pembelajaran terpadu
Memetakan KD dan tema pemersatu
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran terpadu
Gambar 3.1 Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu
14
Langkah (1):
Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan. Pada saat menetapkan beberapa bidang kajian yang akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar oleh peserta didik dan kebermaknaan belajar. Contoh lihat lampiran.
Langkah (2):
Langkah berikutnya dalam pengembangan model pembelajaran terpadu adalah mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari bidang kajian yang akan dipadukan dan melakukan pemetaan pada semua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar bidang kajian IPA per kelas yang dapat dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh. Contoh lihat lempiran.
Beberapa ketentuan dalam pemetaan Kompetensi Dasar dalam pengembangan model pembelajaran IPA terpadu adalah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasikan beberapa Kompetensi Dasar dalam berbagai Standar
Kompetensi yang memiliki potensi untuk dipadukan.
b. Beberapa Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan dalam pembelajaran. Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan/disajikan secara tersendiri.
c. Kompetensi Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua Standar Kompetensi yang ada pada mata pelajaran IPA pada kelas yang sama, melainkan memungkinkan hanya dua atau tiga Kompetensi Dasar saja.
d. Kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik/tema masih bisa dipetakan dengan topik/tema lainnya.
Langkah (3):
Setelah pemetaan Kompetensi Dasar selesai, langkah selanjutnya dilakukan penentuan tema pemersatu antar-Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Tema yang dipilih harus relevan dengan Kompetensi Dasar yang telah dipetakan dan dapat dirumuskan dengan melihat isu-isu yang terkini, misalnya penyakit demam berdarah, HIV/AIDS, dan lainnya, kemudian baru dilihat koneksitasnya dengan kompetensi dasar dari berbagai bidang kajian IPA. Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran IPA pada satu tingkatan kelas terdapat beberapa topik yang akan dibahas. Contoh lihat lampiran
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema pada pembelajaran IPA Terpadu antara lain meliputi hal-hal berikut.
a. Tema, dalam pembelajaran IPA Terpadu, merupakan perekat antar- Kompetensi Dasar yang terdapat dalam bidang kajian IPA.
b. Tema yang ditentukan selain relevan dengan Kompetensi-kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu tingkatan kelas, juga sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi peserta didik, dalam arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat.
c. Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar- Kompetensi Dasar pada bidang kajian yang telah dipetakan.
15
Langkah (4):
Membuat matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema/topik pemersatu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kaitan antara tema/topik dengan kompetensi dasar yang dapat dipadukan. Contoh lihat lampiran.
Langkah (5):
Setelah membuat matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema pemersatu, maka Kompetensi-kompetensi Dasar tersebut dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan untuk penyusunan silabus. Contoh lihat lampiran.
Langkah (6):
Menyusun silabus pembelajaran IPA terpadu, dikembangkan dari berbagai indikator bidang kajian IPA menjadi beberapa kegiatan pembelajaran yang konsep keterpaduan atau keterkaitan menyatu antara beberapa bidang kajian IPA. Komponen penyusunan silabus terdiri dari Standar Kompetensi IPA, Kompetensi Dasar, Indikator, Kegiatan Pembelajaran, Alokasi Waktu, Penilaian, dan Sumber Belajar. Contoh lihat lampiran.
Langkah (7):
Setelah teridentifikasi peta Kompetensi Dasar dan tema yang terpadu, selanjutnya adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada pembelajaran IPA Terpadu, sesuai dengan Standar Isi, keterpaduan terletak pada strategi pembelajaran. Hal ini disebabkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah ditentukan dalam Standar Isi.
Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari pengalaman belajar peserta didik yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu. Komponennya terdiri atas: identitas mata pelajaran, Kompetensi Dasar yang hendak dicapai, materi pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat media yang digunakan, penilaian dan tindak lanjut, serta sumber bahan yang digunakan. Contoh lihat lampiran.
B. MODEL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Model pembelajaran dalam hal ini adalah menjabarkan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran terpadu, dikemas dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup/tindak lanjut.
1. Kegiatan Awal/Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran terpadu. Fungsinya terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif, yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan awal ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia relatif singkat yaitu antara 5-10 menit. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut, diharapkan guru dapat
16
menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik sehingga peserta didik siap mengikuti pembelajaran dengan seksama.
Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini di antaranya untuk menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception), dan penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek atau memeriksa kehadiran peserta didik (presence, attendance), menumbuhkan kesiapan belajar peserta didik (readiness), menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar peserta didik, dan membangkitkan perhatian peserta didik. Melaksanakan apersepsi (apperception) dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban peserta didik, dilanjutkan dengan mengulas materi pelajaran yang akan dibahas. Melaksanakan penilaian awal dapat dilakukan dengan cara lisan pada beberapa peserta didik yang dianggap mewakili seluruh peserta didik, bisa juga penilaian awal ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan apersepsi.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran terpadu yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta didik
(learning experience). Pengalaman belajar dapat terjadi melalui kegiatan tatap muka dan kegiatan non-tatap muka. Kegiatan tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang peserta didik dapat berinteraksi langsung dengan guru maupun dengan peserta didik lainnya. Kegiatan nontatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik dengan sumber belajar lain di luar kelas atau di luar sekolah.
Kegiatan inti pembelajaran terpadu bersifat situasional, yakni disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu, di antaranya adalah sebagai berikut ini.
a) Kegiatan yang paling awal: Guru memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik beserta garis besar materi yang akan disampaikan. Cara yang paling praktis adalah menuliskannya di papan tulis dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingnya kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik tersebut.
b) Alternatif kegiatan belajar yang akan dialami peserta didik. Guru menyampaikan kepada peserta didik kegiatan belajar yang harus ditempuh peserta didik dalam mempelajari tema atau topik yang telah ditentukan. Kegiatan belajar hendaknya lebih mengutamakan aktivitas peserta didik, atau berorientasi pada aktivitas peserta didik. Guru sebagai fasilitator memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk belajar. Peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri apa yang dipelajarinya. Prinsip
17
belajar sesuai dengan ’konstruktivisme’ hendaknya dilaksanakan dalam pembelajaran terpadu
Dalam membahas dan menyajikan materi/bahan ajar terpadu, pembalajaran harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik, penyajian dan perubahan konsep harus dilakukan secara terpadu melalui penghubungan konsep di bidang kajian yang satu dengan konsep di bidang kajian lainnya. Guru harus berupaya untuk menyajikan bahan ajar dengan strategi mengajar yang bervariasi, yang mendorong peserta didik pada upaya penemuan pengetahuan baru, melalui pembelajaran yang bersifat perorangan, kelompok, dan klasikal.
3. Kegiatan Akhir/Penutup dan tindak lanjut
Kegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses dan hasil belajar peserta didik. Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini relatif singkat, oleh karena itu guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu di antaranya:
a) Mengajak peserta didik untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
b) Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah sebagai penerapan dan perluasan materi yang telah dipelajari, menjelaskan kembali bahan yang dianggap sulit oleh peserta didik, membaca materi pelajaran tertentu, memberikan motivasi atau bimbingan belajar.
c) Mengemukakan topik yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. d) Memberikan evaluasi lisan atau tertulis.
C. PENILAIAN
Objek dalam penilaian pembelajaran terpadu mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Dalam penilaian proses belajar upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru dan peserta didik, sedangkan dalam penilaian hasil belajar proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu. Hasil belajar tersebut pada hakikatnya merupakan pencapaian kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat dilakukan, diukur, dan diamati. Penilaian proses dan hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar.
Penilaian yang dikembangkan mencakup teknik, bentuk dan instrumen yang digunakan terdapat pada lampiran. Model penilaian ini disesuaikan dengan penilaian berbasis kelas pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Objek penilaian mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik.
18
1. Teknik Penilaian
Teknik penilaian merupakan cara yang digunakan dalam melaksanakan penilaian tersebut. Teknik-teknik yang dapat diterapkan untuk jenis tagihan tes meliputi: (1) Kuis dan (2) Tes Harian.
Untuk jenis tagihan nontes, teknik-teknik penilaian yang dapat diterapkan adalah: (1) observasi, (2) angket, (3) wawancara,(4) tugas, (5) proyek, dan
(6) portofolio.
2. Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen merupakan alat yang digunakan dalam melakukan penilaian/pengukuran/evaluasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik. Bentuk-bentuk instrumen yang dikelompokkan menurut jenis tagihan dan teknik penilaian adalah:
Tes: isian, benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda, uraian, dan unjuk kerja
Nontes: panduan dan lembar/format rambu-rambu observasi, kuesioner, rambu-rambu wawancara, dan rubrik.
3. Instrumen
Instrumen merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi untuk mengukur tingkat ketercapaian kompetensi atau pencapaian kompetensi.
Apabila penilaian menggunakan tehnik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja dan tugas rumah yang berupa proyek, harus disertai rubrik penilaian.
Jenis penilaian terpadu terdiri atas tes dan bukan tes. Sistem penilaian dengan menggunakan tes merupakan sistem penilaian konvensional. Sistem ini kurang dapat menggambarkan kemampuan peserta didik secara menyeluruh, sebab hasil belajar digambarkan dalam bentuk angka yang gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu untuk melengkapi gambaran kemajuan belajar secara menyeluruh maka dilengkapi dengan non-tes, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
19
PENILAIAN
Non tes
Pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai
Tes
Tes lisan Tes tertulis Tes perbuatan
Skala sikap
Daftar periksa
Kuesioner
Catatan anekdot
Portofolio
Catatan sekolah
Tes tertulis/ uraian
Tertutup/ terbatas/ terstruktur
Bebas terbuka
Tes tertulis/
objektif
Pilihan ganda
Benar salah
Menjodohkan
Isian singkat
Isian panjang
Isian khusus
Gambar 3.2 Model penilaian pembelajaran terpadu
Guru dapat mempraktikkan beberapa teknik penilaian, baik yang termasuk dalam ranah kognitif, afektik, maupun psikomotor. Tugas berupa laporan baik secara individu maupun kelompok sebaiknya berupa tugas aplikasi, misalnya merupakan hasil pengamatan di luar kelas. Dapat pula berupa tugas sintesis dan evaluasi, misalnya tugas pemecahan masalah lingkungan dan usulan cara penanggulangannya. Melalui penugasan ini maka kemampuan berpikir dan kepekaan peserta didik akan terasah.
Untuk keperluan pelaporan hasil penilaian guru dapat memberikan bobot bagi setiap tugas yang diberikan tergantung pada pertimbangan guru sesuai dengan karakteristik tugas, baik tes maupun nontes. Penilaian untuk pelaporan mengacu pada pedoman penilaian. Oleh karena keterpaduan pembelajaran IPA meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, makhluk hidup dan proses kehidupan, maka dalam pelaporan hasil penilaian tidak menjadi masalah. Ketiganya akan dipadukan menjadi nilai bidang kajian IPA .
20
BAB IV
IMPLIKASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU
Sesuatu yang baru diperkenalkan atau merupakan inovasi tentu tidak mudah untuk dilaksanakan, karena memerlukan penyesuaian diri dan kemauan untuk beradaptasi. Begitu pula dengan pembelajaran IPA Terpadu. Pembelajaran terpadu biasa dilakukan jenjang pendidikan usia dini dan/atau di Sekolah Dasar, namun tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu jenjang SMP/MTs dan SMA/MA. Hasil uji coba menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan.
A. Guru
Pembelajaran IPA Terpadu merupakan pendekatan yang mencoba menggabungkan antara berbagai bidang kajian IPA, yaitu fisika, kimia, dan biologi, maka dalam pelaksanaannya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan. Hal ini memberikan implikasi terhadap guru yang mengajar di kelas.
Di sekolah pada umumnya guru-guru yang tersedia terdiri atas guru-guru disiplin ilmu seperti fisika, kimia, dan biologi. Guru dengan latar belakang tersebut tentunya sulit untuk beradaptasi ke dalam pengintegrasian bidang kajian IPA, karena mereka yang memiliki latar belakang fisika tidak memiliki kemampuan yang optimal pada Kimia dan Biologi, begitu pula sebaliknya. Di samping itu, pembelajaran IPA juga menimbulkan konsekuensi terhadap berkurangnya beban jam pelajaran yang diemban guru-guru yang tercakup ke dalam bidang kajian IPA, sementara ketentuan yang berkaitan dengan kewajiban atas beban jam mengajar untuk setiap guru masih tetap.
Untuk itu, dalam pembelajaran IPA terpadu dapat dilakukan dengan dua cara, yakni: (a) team teaching, dan (b) guru tunggal. Hal tersebut disesuaikan dengan keadaan guru dan kebijakan sekolah masing-masing.
1. Team Teaching
Pembelajaran terpadu dalam hal ini diajarkan dengan cara team teaching; satu topik pembelajaran dilakukan oleh lebih dari satu orang guru. Setiap guru memiliki tugas masing-masing sesuai dengan keahlian dan kesepakatan. Kelebihan sistem ini antara lain adalah: (1) pencapaian KD pada setiap topik efektif karena dalam tim terdiri atas beberapa guru yang ahli dalam masing- masing bidang kajian (Fisiska dan Biologi), (2) pengalaman dan pemahaman peserta didik lebih kaya daripada dilakukan oleh satu orang guru karena dalam satu tim dapat mengungkapkan berbagai konsep dan pengalaman, dan
(3) peserta didik akan lebih cepat memahami karena diskusi akan berjalan dengan nara sumber dari berbagai disiplin ilmu.
Kelemahan dari sistem ini antara lain adalah jika tidak ada koordinasi, maka setiap guru dalam tim akan saling mengandalkan sehingga pencapaian KD tidak akan terpenuhi. Selanjutnya, jika kurang persiapan, penampilan di kelas akan tersendat-sendat karena skenario tidak berjalan dengan semestinya, sehingga para guru tidak tahu apa yang akan dilakukan di dalam kelas.
21
Untuk itu maka diperlukan beberapa langkah seperti berikut.
(a) Dilakukan penelaahan untuk memastikan berapa KD dan SK yang harus dicapai dalam satu topik pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan berapa guru bidang studi IPA yang dapat dilibatkan dalam pembelajaran pada topik tersebut.
(b) Setiap guru bertanggung jawab atas tercapainya KD yang termasuk dalam SK yang ia mampu, seperti misalnya SK-1 oleh guru dengan latar belakang biologi, SK-2 oleh guru dengan latar belakang fisika, dan seterusnya.
(c) Disusun skenario pembelajaran dengan melibatkan semua guru yang termasuk ke dalam topik yang bersangkutan, sebagai koordinator dipilih sesuai dengan presentase materi tertinggi/terbanyak sehingga setiap anggota memahami apa yang harus dikerjakan dalam pembelajaran tersebut.
(d) Sebaiknya dilakukan simulasi terlebih dahulu jika pembelajaran dengan sistem ini merupakan hal yang baru, sehingga tidak terjadi kecanggungan di dalam kelas.
(e) Evaluasi menjadi tanggung jawab guru koordinator sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dicapai, sehingga nilai dari setiap Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi menjadi nilai mata pelajaran IPA, sedangkan guru yang lain diharapkan memberikan soal.
(f) Remedial menjadi tanggung jawab masing-masing guru sesuai dengan nilai yang diperoleh.
Dalam bab sebelumnya telah diuraikan, bahwa yang terpenting adalah kerja sama antarguru IPA yang ada di suatu sekolah dalam membuat perencanaan pembelajaran, mulai dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran hingga kesepakatan dalam bentuk penilaian. Bila hal ini dapat dilaksanakan, maka pembelajaran terpadu dapat meningkatkan kerja sama antar guru IPA, baik yang ada di sekolah maupun dalam lingkup MGMP. Kerja sama ini meliputi saling mempelajari materi dari bidang kajian yang lain. Selain meningkatkan kerja sama, pembelajaran terpadu juga meningkatkan keharusan bagi guru untuk memperluas wawasan pengetahuannya.
2. Guru Tunggal
Pembelajaran IPA dengan satu orang guru merupakan hal yang ideal dilakukan. Hal ini disebabkan: (1) IPA merupakan satu mata pelajaran, (2) guru dapat merancang skenario pembelajaran sesuai dengan topik yang ia kembangkan tanpa konsolidasi terlebih dahulu dengan guru yang lain, dan (3) oleh karena tanggung jawab dipikul seorang diri, maka potensi untuk saling mengandalkan tidak akan muncul.
Namun demikian, terdapat beberapa kelemahan dalam pembelajaran IPA terpadu yang dilakukan oleh guru tunggal, yakni: (1) oleh karena mata pelajaran IPA terpadu merupakan hal yang baru, sedangkan guru-guru yang tersedia merupakan guru bidang studi sehingga sangat sulit untuk melakukan
22
penggabungan terhadap berbagai bidang studi tersebut, (2) seorang guru bidang studi fisika tidak menguasai secara mendalam tentang kimia dan biologi sehingga dalam pembelajaran IPA terpadu akan didominasi oleh bidang studi yang selama ini diajarkannya (sesuai dengan latar belakangnya), serta (3) jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.
Untuk tercapainya pembelajaran IPA Terpadu yang dilakukan oleh guru tunggal tersebut, maka dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut.
(a) Guru-guru yang tercakup ke dalam mata pelajaran IPA diberikan pelatihan bidang-bidang studi di luar bidang keahliannya, seperti guru bidang studi Fisika diberikan pelatihan tentang bidang studi Kimia dan Biologi.
(b) Koordinasi antarbidang studi yang tercakup dalam mata pelajaran IPA tetap dilakukan, untuk mereviu apakah skenario yang disusun sudah dapat memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan bidang studi di luar yang ia mampu.
(c) Disusun skenario dengan metode pembelajaran yang inovatif dan memunculkan nalar para peserta didik sehingga guru tidak terjebak ke dalam pemaparan yang parsial bidang studi.
(d) Persiapan pembelajaran disusun dengan matang sesuai dengan target pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan topik yang dihasilkan dari pemetaan yang telah dilakukan.
Pembelajaran terpadu oleh guru tunggal dapat memperkecil masalah pelaksanaannya yang menyangkut jadwal pelajaran. Secara teknis, pengaturannya dapat dilakukan sejak awal semester atau awal tahun pelajaran. Hal yang perlu dihindarkan adalah pembahasan materi yang tidak seimbang karena wawasan pengetahuan tentang materi pelajaran yang lain kurang memadai. Hal utama yang harus dilakukan guru adalah memahami model pembelajaran terpadu secara konseptual maupun praktikal.
B. Peserta didik
Dilihat dari aspek peserta didik, pembelajaran IPA Terpadu memiliki peluang untuk pengembangan kreativitas akademik. Hal ini disebabkan model ini menekankan pada pengembangan kemampuan analitik terhadap konsep-konsep yang dipadukan, karena dapat mengembangkan kemampuan sintesis konsep dan aplikasi konsep, kemampuan asosiatif, serta kemampuan eksploratif dan elaboratif.
Selain itu, model pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa indikator dan Kompetensi Dasar. Dengan mempergunakan model pembelajaran IPA Terpadu, secara psikologik, peserta
23
didik digiring berpikir secara luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan-hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya, peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik. Dengan demikian, pembelajaran model ini menuntun kemampuan belajar peserta didik lebih baik, baik dalam aspek intelegensi maupun kreativitas. Pembelajaran terpadu perlu dilakukan dengan variasi metode yang tidak membosankan. Aktivitas pembelajaran harus lebih banyak berpusat pada peserta didik agar dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.
C. Bahan Ajar
Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran termasuk dalam pembelajaran terpadu. Oleh karena pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam ilmu alam maka pembelajaran ini memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensif dibandingkan dengan pembelajaran monolitik. Dalam satu topik pembelajaran, diperlukan sejumlah sumber belajar yang sesuai dengan jumlah Standar Kompetensi yang merupakan jumlah bidang kajian yang tercakup di dalamnya.
Sumber belajar utama yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA Terpadu dapat berbentuk teks tertulis seperti buku, majalah, brosur, surat kabar, poster dan informasi lepas, atau berupa lingkungan sekitar seperti: lingkungan alam, lingkungan sosial sehari-hari. Seorang guru yang akan menyusun materi perlu mengumpulkan dan mempersiapkan bahan kepustakaan atau rujukan (buku dan pedoman yang berkaitan dan sesuai) untuk menyusun dan mengembangkan silabus. Pencarian informasi ini, sebenarnya dapat pula memanfaatkan perangkat teknologi informasi mutakhir seperti multimedia dan internet. Aktivitas peserta didik dalam penugasan dapat memberi nilai tambah yang menguntungkan.
Bahan yang akan digunakan dapat berbentuk buku sumber utama atau buku penunjang lainnya. Di samping itu, bahan bacaan penunjang seperti jurnal, hasil penelitian, majalah, koran, brosur, serta alat pembelajaran yang terkait dengan indikator dan Kompetensi Dasar ditetapkan. Sebagai bahan penunjang, dapat juga digunakan disket, kaset, atau CD yang berkaitan dengan bahan yang akan dipadukan. Guru, dalam hal ini, dituntut untuk rajin dan kreatif mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembelajaran. Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran terpadu tergantung pada wawasan, pengetahuan, pemahaman, dan tingkat kreativitasnya dalam mengelola bahan ajar. Semakin lengkap bahan yang terkumpulkan dan semakin luas wawasan dan pemahaman guru terhadap materi tersebut maka berkecenderungan akan semakin baik pembelajaran yang dilaksanakan.
Bahan yang sudah terkumpul selanjutnya dipilah, dikelompokkan, dan disusun ke dalam indikator dari Kompetensi Dasar. Setelah bahan-bahan yang diperlukan terkumpul secara memadai, seorang guru selanjutnya perlu mempelajari secara cermat dan mendalam tentang isi bahan ajar yang berkaitan dengan langkah kegiatan berikutnya.
24
D. Sarana dan Prasarana
Dalam pembelajaran IPA terpadu diperlukan berbagai sarana dan prasarana pembelajaran yang pada dasarnya relatif sama dengan pembelajaran yang lainnya, hanya saja ia memiliki kekhasan tersendiri dalam beberapa hal. Dalam pembelajaran IPA Terpadu, guru harus memilih secara jeli media yang akan digunakan, dalam hal ini media tersebut harus memiliki kegunaan yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang studi yang terkait dan tentu saja terpadu. Karena digunakan untuk pembelajaran konsep yang direkatkan oleh tema, maka penggunaan sarana pembelajaran dapat lebih efisien jika dibandingkan dengan pemisahan bidang kajian.
Namun demikian, dalam pembelajaran ini tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan sarana yang relatif lebih banyak dari pembelajaran monolitik. Hal ini disebabkan untuk memberikan pengalaman yang terpadu, peserta didik harus diberikan ilustrasi dan demonstrasi yang komprehensif untuk satu topik tertentu. Guru dalam pembelajaran ini diharapkan dapat mengoptimalkan sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA Terpadu.
25
LAMPIRAN PETA STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR IPA TERPADU
A. PETA STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR YANG BERPOTENSI IPA TERPADU
Kelas VII Semester 1
Fisika Kimia Biologi Tema
STANDAR KOMPETENSI: 3
Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi Dasar: 3.1
Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
Kompetensi Dasar: 4.1
Membandingkan sifat fisika dan sifat kimia zat
Wujud Zat dan
Kelarutan
-
STANDAR KOMPETENSI: 3
Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi Dasar: 3.4
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
Kompetensi Dasar: 4.2
Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia
Kompetensi Dasar: 4.4
Mengidentifikasi terjadinya reaksi kimia melalui percobaan sederhana
Suhu, Kalor, dan
Penyulingan
-
26
Kelas VIII Semester 1
Fisika Kimia Biologi Tema
- STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan
Kompetensi Dasar: 4.3
Mendeskripsikan bahan kimia alami dan buatan dalam kemasan yang terdapat dalam bahan makanan
STANDAR KOMPETENSI: 4
- Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan
Kompetensi Dasar: 4.5
Menghindarkan diri dari pengaruh zat adiktif dan psikotropika.
STANDAR KOMPETENSI: 1
Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia
Kompetensi Dasar: 1.4
Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
STANDAR KOMPETENSI: 1
Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia
Kompetensi Dasar: 1.5
Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
Bahan Kimia dalam
Makanan
Rokok dan Kesehatan
27
LAMPIRAN PETA STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR IPA TERPADU
B. PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR, DAN INDIKATOR IPA TERPADU
Kelas VII Semester 1
Fisika Kimia Biologi Tema indikator
Mengamati terjadinya
STANDAR KOMPETENSI: 3
Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi Dasar: 3.1
Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
Kompetensi Dasar: 4.1
Membandingkan sifat fisika dan sifat kimia zat
Wujud Zat dan
Kelarutan
-
perubahan wujud suatu zat
Menggambarkan susunan dan gerak partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran
Menentukan titik didih, titik leleh dan titik beku bahan- bahan materi dan sifatnya di rumah tangga berdasarkan data percobaan.
Menunjukkan perbedaan antara titik didih dan titik leleh.
Menyebutkan faktor- faktor yang mempengaruhi kelarutan zat berdasarkan data percobaan.
Menjelaskan variabel kontrol dan variabel
28
Fisika Kimia Biologi Tema indikator
manipulasi dalam proses pelarutan
29
Fisika Kimia Biologi Tema indikator
Menunjukkan pengaruh
STANDAR KOMPETENSI: 3
Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi Dasar: 3.4
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
Kompetensi Dasar: 4.2
Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia
Kompetensi Dasar: 4.4
Mengidentifikasi terjadinya reaksi kimia melalui percobaan sederhana
Suhu, Kalor, dan
Penyulingan
kalor terhadap:
- perubahan suhu benda
- perubahan wujud zat
Menyebutkan:
faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan
Menentukan banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat
Menentukan banyaknya kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih
dan melebur
Menerapkan hubungan
Q = m. C . ∆t;
Q = m. U dan
Q = m. L untuk memecahkan masalah sederhana
Merancang dan membuat peralatan sederhana yang memanfaatkan prinsip kalor *)
Menerapkan azas Black untuk menyelesaikan masalah sehubungan dengan kalor *)
Mengidentifikasi pemisahan
30campuran,
berdasarkan ukuran partikel dan titik didih.
Kelas VIII Semester 1
Fisika Kimia Biologi Tema Indikator
Mengidentifikasi
- STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan
Kompetensi Dasar: 4.3
Mendeskripsikan bahan kimia alami dan buatan dalam kemasan yang terdapat dalam bahan makanan
STANDAR KOMPETENSI: 1
Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia
Kompetensi Dasar: 1.4
Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
Bahan Kimia dalam
Makanan
contoh bahan-bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap yang terdapat dalam bahan makanan dan minuman kemasan.
Mengidentifikasi contoh bahan-bahan kima buatan yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet, penyedap, dan pengembang) yang terdapat dalam bahan makanan kemasan.
Mendeskripsikan jenis makanan bagi bayi berdasar kandungan zat yang ada di dalamnya
STANDAR KOMPETENSI: 4
- Memahami kegunaan bahan
STANDAR KOMPETENSI: 1
Memahami berbagai
Rokok dan Kesehatan Menjelaskan dampak negatif rokok bagi
31
Fisika Kimia Biologi Tema Indikator
kimia dalam kehidupan
Kompetensi Dasar: 4.5
Menghindarkan diri dari pengaruh zat adiktif dan psikotropika.
sistem dalam kehidupan manusia
Kompetensi Dasar: 1.5
Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
kesehatan, ekonomi, dan sosial.
Menjelaskan cara menghindarkan diri dari rokok Menjelaskan proses inspirasi dan ekspirasi pada proses pernapasan
Mendata contoh kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan yang biasa dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari dan upaya mengatasinya
32
SILABUS PEMBELAJARAN IPA TERPADU
SATUAN PENDIDIKAN : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan Alam
KELAS : VII/1
TEMA : Wujud zat dan kelarutan
Bidang
Kajian
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Indikator Teknik Bentuk Instrumen Contoh
Instrumen
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Energi dan perubah annya
3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Melakukan percobaan untuk menyelidiki terjadinya perubahan wujud
Mendiskusikan susunan dan gerak partikel pada berbagai perubahan wujud
Mengamati terjadinya perubahan wujud suatu zat
Menggambarkan susunan dan gerak partikel pada berbagai wujud zat
melalui penalaran
Tes unjuk kerja
Tes tulis
Uji petik proses dan produk
Uraian
Rubrik (skala penilaian) Lakukan percobaan tentang terjadinya perubahan wujud zat dan kelarutan zat
Gambarkan susunan partikel zat padat
Berikan contoh penerapan perubahan wujud dalam kehidupan sehari-hari
4 jp Buku IPA
Bahan referensi lainnya
Lingkung- an sekitar
Materi dan sifatnya
4.1 Membanding- kan fisika dan kimia zat
Menganalisis data titik didih, titik leleh dan titik beku beberapa bahan
Menentukan titik didih, titik leleh dan titik
Tes tertulis Uraian Tuliskan perbedaan antara titik didih dengan
33
Bidang
Kajian
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Indikator Teknik Bentuk Instrumen Contoh
Instrumen
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
materi dan sifatnya di rumah tangga
Melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat dan menentukan variabel kontrol dan variabel manipulasinya
beku bahan- bahan materi dan sifatnya di rumah tangga berdasarkan data percobaan.
Menunjukkan perbedaan antara titik didih dan titik leleh.
Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat berdasarkan data percobaan.
Menjelaskan variabel kontrol dan variabel manipulasi dalam proses pelarutan
Tes harian Unjuk kerja
titik leleh Perhatikan data dalam tabel/grafik. Berikan kesimpulan berkenaan
dengan titik didih, titik leleh, dan titik beku
Ukur suhu air di gelas materi dan sifatnya I dan gelas materi dan sifatnya II menggunakan termometer. Apakah terjadi perubahan wujud ketika proses pelarutan.
34
SATUAN PENDIDIKAN : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan Alam
KELAS : VII/1
TEMA : Suhu, Kalor, dan Penyulingan
Bidang
Kajian
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Indikator
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Energi dan perubahan- nya
3.4 Mendeskripsi- kan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapan-nya dalam kehidupan sehari-hari
Melakukan percobaan untuk menyelidiki:
- Pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud zat
- Faktor-faktor yang mempercepat penguapan
- Cara memisahkan campuran
- Cara menjernihkan air
Mendiskusikan:
- Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
- Variabel kontrol, manipulasi
Menunjukkan pengaruh kalor terhadap:
- perubahan suhu benda
- perubahan wujud zat
Menyebutkan:
faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan
Menentukan banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat
Menentukan banyaknya kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur
Menerapkan hubungan Q
= m. C . ∆t;
Q = m. U dan
Q = m. L untuk memecahkan masalah sederhana
Merancang dan
Unjuk
Kerja
Tes tertulis
Uji petik prosedur dan produk
Uraian
Lakukan percobaan pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud zat
Apa hubungan antara titik didih, titik beku, dengan perubahan wujud? Jelaskan!
8 jp Buku IPA
Lingkungan
Sekitar
35
Bidang
Kajian
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Indikator
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Materi dan sifatnya
4.2 Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia
4.4 Mengidentifi- kasi terjadinya reaksi kimia melalui percobaan sederhana
dalam proses kelarutan
- Pemisahan campuran berdasarkan ukuran partikel dan titik didih
Melakukan percobaan terjadinya reaksi kimia berdasarkan: perubahan warna, perubahan suhu, terbentuknya endapan, dan
membuat peralatan sederhana yang memanfaatkan prinsip kalor *)
Menerapkan azas Black untuk menyelesaikan masalah sehubungan dengan kalor *)
Mengidentifikasi pemisahan campuran, berdasarkan ukuran partikel dan titik didih.
Melakukan percobaan untuk memisahkan
campuran yang sesuai dengan metode yang dipilih (penyaringan, destilasi, penguapan, dan sublimasi).
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan perubahan warna.
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan perubahan suhu
Tes unjuk kerja
Tes unjuk kerja
Tes identifikasi
Unjuk kerja prosedur dan produk
Kelompokkan bahan berikut
(setelah didiskusikan) sesuai dengan: a. ukuran
partikel b. titik didih
Lakukan percobaan terjadinya reaksi kimia
Tuliskan langkah- langkah kerja
36
Bidang
Kajian
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Indikator
terbentuknya gas (reaksi eksoterm dan reaksi endoterm).
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan terbentuknya endapan.
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan terbentuknya gas.
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
yang dilakukan sampaikamu menyimpulkan. Petunjuk apa yang digunakan bahwa itu reaksi kimia?
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
37
SATUAN PENDIDIKAN : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan Alam
KELAS : VIII/1
TEMA : Bahan Kimia Dalam Makanan
Bidang
Kajian
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Indikator
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Materi dan sifatnya
4.3 Mendeskripsikan bahan kimia alami dan bahan kimia buatan dalam kemasan yang terdapat dalam bahan makanan
Mengklasifikasikan bahan kimia dalam makanan dan minuman dalam kemasan
Mengidentifikasi contoh bahan-bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap yang terdapat dalam bahan makanan dan minuman kemasan.
Mengidentifikasi contoh bahan-bahan kima buatan yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet, penyedap, dan pengembang) yang terdapat dalam bahan makanan kemasan.
Tes unjuk kerja
Tes identifikasi
Kelompokkan bahan-bahan makanan kemasan yang mengandung: a. bahan
pengawet b. bahan
penyedap c. bahan
pewarna Catatlah jenis- jenis bahan yang ditambahkan dalam makanan dan minuman kemasan minimal 10!
4 jp Buku IPA
Lingkungan sekitar
38
Bidang
Kajian
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Indikator
Mengidentifikasi bahan kimia dalam kemasan susu bayi dan kaitannya dengan kesehatan
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Uraian
Tes tertulis
Contoh
Instrumen
Kelompokkan bahantersebut termasuk bahan pengawet, penyedap, atau pewarna!
Sebutkan bahan- bahan kimia yang terdapat dalam kemasan makanan ringan, contoh: keripik kentang
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Makhluk hidup dan proses kehidupan
1.4 Mendeskripsi- kan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
Mendeskripsikan jenis makanan bayi berdasar kandungan zat yang ada di dalamnya
Jelaskan efek samping bahan kimia dalam kemasan susu bayi
39
oiSATUAN PENDIDIKAN : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan Alam
KELAS : VIII/1
TEMA : Rokok dan Kesehatan
Bidang
Kajian
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Indikator
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Materi dan sifatnya
Makhluk hidup dan proses kehidupan
4.5 Menghindarkan diri dari pengaruh zat adiktif dan psikotropika.
1.5 Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya
dengan kesehatan
Menggali informasi dampak negatif rokok dan penyakit pada sistem pernapasan
Menulis artikel atau membuat leaflet tentang cara menghindarkan diri dari asap rokok
Menjelaskan dampak negatif rokok bagi kesehatan, ekonomi, dan sosial.
Menjelaskan cara menghindarkan diri dari rokok
Menjelaskan proses inspirasi dan ekspirasi pada proses pernapasan
Mendata contoh kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan yang biasa dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya
Tugas Tugas rumah
Buatlah kliping atau leaflet tentang bahaya rokok
Carilah informasi tentang bahaya rokok dari iklan-iklan yang dipasang atau ditayangkan di TV
Buat daftarnya secara berurut!
2 jp Buku IPA
Bahan referensi lainnya
40
Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas : VII/1
Tema : Wujud zat dan kelarutan
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran (2 kali pertemuan)
A. Standar Kompetensi:
Energi dan Perubahannya (3) : Memahami wujud zat dan perubahannya
Materi dan sifatnya (4) : Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
B. Kompetensi Dasar dan Contoh Indikator:
Energi dan Perubahannya (3.1):
Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Mengamati terjadinya perubahan wujud suatu zat
Menggambarkan susunan dan gerak partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran
Materi dan sifatnya (4.1):
Membandingkan sifat fisika dan sifat kimia zat
Menentukan titik didih, titik leleh, dan titik beku bahan-bahan materi dan sifatnya di rumah tangga berdasarkan data percobaan.
Menunjukkan perbedaan antara titik didih dan titik leleh.
Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat berdasarkan data percobaan.
Menjelaskan variabel kontrol dan variabel manipulasi dalam proses pelarutan
C. Tujuan:
Setelah melakukan percobaan tentang wujud zat dan kelarutannya, peserta didik dapat:
1. menggambarkan susunan dan gerak paertikel berbagai wujud zat
2. menentukan titik didih, tiitk leleh, dan titik beku beberapa bahan kimia di rumah tangga
3. menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat
41
D. Pendekatan dan metode pembelajaran :
- Pendekatan : Kontekstual
- Metode : Diskusi kelompok
E. Langkah Pembelajaran:
Pertemuan I: Wujud zat dan kelarutan
Pengetahuan Prasyarat : Kelarutan zat dipengaruhi oleh beberapa faktor
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal Motivasi: Coba perhatikan bila satu sendok gula dimasukkan dalam segelas air dan diaduk! Apa yang terjadi pada gula tadi?
Kegiatan Inti Peserta didik secara berkelompok melakukan kegiatan percobaan perubahan wujud zat
Diskusi kelompok tentang perubahan gerak partikel pada berbagai perubahan wujud
Presentasi hasil kegiatan
Kegiatan Akhir/ Penutup
Guru dan peserta didik bersama-sama membuat rangkuman/kesimpulan dari kegiatan
Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik
Pertemuan II
Prasyarat pengetahuan: Perbedaan titik didih dan titik beku
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal Motivasi: Coba perhatikan apa yang dapat kamu lihat jika ke dalam gelas berisi es batu ini dimasukkan ke teh!
Kegiatan Inti Peserta didik secara berkelompok melakukan percobaan memasak agar-agar
Diskusi kelompok tentang hasil kegiatan memanaskan serbuk agar-agar yang dicampur gula dan air dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhinya
42
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Presentasi hasil kegiatan
Kegiatan Akhir/ Penutup
Guru dan peserta didik bersama-sama membuat rangkuman/kesimpulan dari kegiatan
Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik
G. Lembar Kerja
1. Mengamati perubahan wujud zat
Alat dan bahan:
- gelas, sendok
- air
- garam dapur kasar
- gula batu
- gula merah
- permen (gula-gula)
Langkah kerja:
a. Masukkan bahan-bahan tersebut ke dalam gelas yang berisi air secara terpisah
b. Amati bagaimana perubahan yang terjadi, catat keadaan awal dan keadaan akhir
c. Diskusikan hasil kegiatan dengan kelompok
2. Memasak agar-agar
Alat dan bahan:
- satu bungkus agar-agar
- panci
- kaki tiga
- asbes
- air menurut takaran
43
- pengaduk/sendok
Langkah kerja:
a. Masukkan agar-agar dengan segelas air, amati apa yang terjadi?
b. panaskan sampai mendidih, amati apa yang terjadi?
c. masukkan dalam wadah-wadah yang kecil
d. biarkan sampai dingin/mendingin, apa yang terjadi?
Bahan Diskusi:
1. Termasuk perubahan apakah kegiatan yang kalian lakukan?
2. Buatlah kesimpulan dari kegiatan tersebut!
F. Penilaian
1. Teknik : Tes harian
2. Bentuk Instrumen : Soal Uraian, unjuk kerja (performance)
Rubrik Penilaian (Mengamati Perubahan Wujud zat)
Nama peserta didik: .............................................
No Aspek
1 Ketepatan menggunakan bahan
2 Ketepatan membandingkan bahan dengan pelarut
3 Kerjasama dengan teman sekelompok
4 Berpartisipasi dalam membuat kesimpulan
5 Menghargai pendapat teman
Skor
5 4 3 2 1
44
No Aspek
1 Ketepatan menggunakan alat
2 Ketepatan melarutkan bahan
3 Memasukkan bahan yang sudah dilarutkan dalam wadah yang sesuai
4 Dapat bekerja sama antara teman kelompok
5 Berpartisipasi dalam kerja kelompok
6 Menghargai pendapat teman
7 Dapat menyumbangkan pendapat dan menyimpulkan hasil kegiatan
Skor
5 4 3 2 1
Jumlah Nilai
Nilai = Jumlah skor x 100
Skor maksimal
Uraian:
Jelaskan perbedaan tiitk didih dan tiitk leleh!
Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat!
G. Sumber belajar: buku IPA dan lingkungan sekitar
45
Mata Pelajaran : IPA Satuan Pendidikan : SMP/MTs Kelas/Semester : VII/1
Tema : Suhu, Kalor, dan Penyulingan
Alokasi Waktu : 8 jam pelajaran (4 kali pertemuan)
A. Standar Komptensi:
Energi dan Perubahannya (3) : Memahami wujud zat dan perubahannya
Materi dan sifatnya (4) : Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
B. Komptensi Dasar dan Contoh Indikator: Energi dan Perubahannya (3.4) :
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari- hari
Menunjukkan pengaruh kalor terhadap:
- perubahan suhu benda
- perubahan wujud zat
- perubahan ukuran/volume
Menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan
Menentukan banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat
Menentukan banyaknya kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur
Menerapkan hubungan Q = m. C . ∆t;
Q = m. U dan
Q = m. L untuk memecahkan masalah sederhana
Menerapkan azas Black untuk menyelesaikan masalah sehubungan dengan kalor *)
Materi dan Sifatnya: (4.2) :
Melakukan pemisahan campuran dengan beberapa cara berdasarkan sifat fisika dan kimia
46
Mengidentifikasi pemisahan campuran, berdasarkan ukuran partikel dan titik didih.
Melakukan percobaan untuk memisahkan campuran yang sesuai dengan metode yang dipilih (penyaringan, destilasi, penguapan, dan sublimasi).
Materi dan Sifatnya: (4.2):
Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan perubahan warna.
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan perubahan suhu (reaksi eksoterm dan reaksi endoterm).
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan terbentuknya endapan. Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan terbentuknya gas.
C. Tujuan :
Setelah melakukan percobaan tentang pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan wujud, peserta didik dapat:
1. mendeskripsikan bahwa kalor yang diberikan pada suatu benda dapat menyebabkan terjadinya perubahan suhu maupun perubahan wujud suatu benda
2. menjelaskan bahwa pada saat terjadi perubahan wujud suhu zat tetap, karena kalor yang diterima tidak untuk menaikkan suhu melainkan untuk mengubah wujud zat.
3. menjelaskan perbedaan antara perubahan fisika dengan perubahan kimia
4. menjelaskan cara memisahkan campuran (penyaringan, destilasi, penguapan, dan sublimasi). Misalnya
untuk penjernihan air
5. menjelaskan bahwa reaksi kimia dapat menyebabkan terjadinya perubahan suhu, perubahan warna, terbentuknya endapan , dan terbentuknya gas, berdasarkan reaksi tersebut
6. menjelaskan faktor-faktor yang mempercepat penguapan
7. menerapkan hubungan Q = m. C . ∆t; Menerapkan azas Black untuk menyelesaikan masalah sehubungan dengan kalor
D. Pendekatan dan metode pembelajaran :
- Pendekatan : Kontekstual
- Metode : Diskusi kelompok
47
E. Langkah Pembelajaran :
Pertemuan 1 (Pengertian dan Pengaruh kalor) : 2 jam pelajaran
Pengetahuan Prasyarat : Kalor dapat menaikkan suhu dan mengubah wujud suatu benda
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal Motivasi : mengapa tangan terasa panas ketika menyentuh ceret panas ?
Kegiatan Inti Peserta didik dibentuk kelompok
Peserta didik diminta diskusi bahwa “secara alamiah kalor dapat berpindah dari benda bersuhu yang lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah” dan melakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa kalor yang diberikan zat padat dapat mengubah suhu dan mengubah wujud zat ”
Contoh LK ”Kalor yang diberikan pada zat padat dapat mengubah suhu dan wujud suatu zat”
Alat dan bahan :
Es
Kaki tiga
Pembakar spiritus
Termometer
Langkah kerja :
1. Masukkan air ledeng ke dalam bejana kaca tahan panas, kemudian masukkan es batu ke dalamnya.
2. Panaskan bagian dasar bejana dengan pembakar spiritus
3. Amati secara seksama angka yang ditunjukkan oleh termometer mulai dari es batu masih tampak, sampai beberapa saat setelah air mendidih. Cacat hasil pengamatan!
4. Nyatakan tentang pengaruh kalor pada suatu zat!
Secara kelompok peserta didik diminta untuk menyimpulkan hasil kegiatan di atas.
48
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Akhir/ Penutup
Guru membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan :
- Kalor merupakan bentuk energi yang berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika kedua benda bersentuhan.
Contoh: Gelas akan menjadi panas ketika diisi air panas, karena ada energi yang berpindah dari air panas ke gelas, sebaliknya gelas menjadi dingin ketika diisi dengan air es, karena ada energi yang berpindah dari gelas ke air es yang mengalami kenaikan suhu.
- Kalor yang diberikan pada suatu benda dapat menyebabkan kenaikkan suhu atau dapat mengubah wujud suatu zat.
Contoh :
Es yang dipanaskan (diberi kalor) akan naik suhunya dan akhirnya mencair. Ketika es masih berbentuk padat suhunya masih di bawah 0⁰C, ketika melebur suhunya tepat pada
0⁰C (es berubah wujud menjadi cair)
Ketika air itu dipanaskan lagi, maka lama-kelamaan air akan mendidih, dsb
Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik
F. Penilaian Pertemuan I
1. Teknik : Tes harian
2. Bentuk Instrumen : Soal Uraian, unjuk kerja)
3. Soal/Instrumen :
a. Pemahaman dan penerapan konsep
Pemahaman konsep berkomunikasi :
49
No No
Nama Peserta
Aspek yang dinilai
Jumlah Skor
Urut
Induk
didik A B C D E F
01 0652 Tita 3 2 3 2 2 3 15
Keterangan aspek yang dinilai :
A. Kemampuan menyampaikan informasi, memberikan pendapat/ide, keruntutan, kejelasan
B. Kemampuan mengajukan pertanyaan
C. Kemampuan mengajukan argumentasi untuk menanggapi pendapat teman
D. Kemampuan menggunakan bahasa yang baku
E. Kelancaran berbicara
F. Keterbukaan terhadap saran/kritik
Cara Penilaian (Rubrik)
1. Tidak baik, jika salah, baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst
2. Baik, benar tetapi kurang jelas (jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst).
3. Sangat baik, benar dan sangat jelas(jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst)
b. Pemahaman dan penerapan konsep akademis:
a. Apakah yang dimaksud dengan kalor?
b. Dapatkah kamu memanaskan suatu benda tanpa menaikkan suhunya? Jelaskan!
c. Dapatkah kamu menaikkan suhu benda tanpa memanaskannya?
50
c. Penilaian kinerja ilmiah (performance/unjuk kerja )
No
Urut
No
Induk
Nama Peserta didik
ASPEK YANG DINILAI
A B C D Skor Maks
NO Penjelasan aspek yang dinilai
A Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan
B Cara memasukkan air dan es ke dalam bejana
C Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus
D Cara membaca skala termometer
Kriteria skor (Rubrik):
3: Tepat, jika:
a. Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan tepat cepat (terampil )
b. Cara memasukkan air dan es ke dalam bejana hati-hati (air tidak tumpah)
c. Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus (hati-hati dan menutup lampu spiritus ketika akan dimatikan)
d. Cara membaca skala termometer (pandangan mata tegak lurus)
2: Kurang tepat, jika:
a. Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan tepat dan tidak cepat (kurang terampil)
b. Cara memasukkan air dan es ke dalam bejana kurang hati-hati (air tumpah)
c. Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus (kurang hati-hati dan menutup lampu spiritus ketika akan dimatikan)
d. Cara membaca skala termometer (pandangan mata kurang tegak lurus)
51
1: Tidak Tepat, jika:
a. Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan tepat lambat (sama sekali tidak terampil)
b. Cara memasukkan air dan es ke dalam bejana tidak hati-hati (air tumpah)
c. Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus (tidak hati-hati dan tidak menutup lampu spiritus untuk mematikan, melainkan ditiup)
d. Cara membaca skala termometer (pandangan mata tidak tegak lurus/salah membaca)
Skor Yang diperoleh
NILAI = --------------------------- X 100
Skor Maksimal
G. Alat dan bahan:
Es
Kaki tiga
Bejana kaca tahan panas
Pembakar spiritus
Termometer
Air ledeng
H. Sumber Belajar:
Buku IPA, lingkungan sekitar
E. Langkah Pembelajaran:
Pertemuan 2 (Menguap, Mengembun dan Mendidih ) : 2 jam pelajaran
52
Pengetahuan Prasyarat : Kalor dapat menaikkan suhu dan mengubah wujud suatu benda
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal Motivasi : Peserta didik diminta diskusi Mengapa badan menjadi dingin sehabis mandi?
Kegiatan Inti Peserta didik dibentuk kelompok
Peserta didik diminta melakukan diskusi tentang “ Menguap, Mengembun dan Mendidih”
Peserta didik diminta melakukan demonstrasi. untuk menunjukkan bahwa “sewaktu menguap zat memerlukan kalor“
Contoh LK ”Kalor yang diberikan pada zat padat dapat mengubah suhu dan wujud suatu zat”
Alat dan bahan:
Bejana kaca dan larutan alkohol berkadar rendah secukupnya.
Langkah kerja :
a. Tuangkan alkohol ke dalam bejana kaca dan celupkan jari telunjuk ke dalam alkohol tersebut!
b. Angkat segera jarimu dan perhatikan keadaan pada jari telunjukmu!
Secara kelompok peserta didik diminta untuk menyimpulkan kegiatan di atas.
Kegiatan Akhir/ Penutup
Guru membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan :
- Kalor yang diberikan pada suatu benda dapat menyebabkan terjadinya perubahan wujud atau dapat juga menaikkan suhu.
- Pada saat terjadi perubahan wujud suhu zat tetap, hal ini disebabkan karena kalor yang diberikan tidak untuk menaikkan suhu tetapi untuk mengubah wujud dan ketika zat mengalami perubahan suhu, wujud zat tetap karena kalor yang diterima tidak untuk mengubah wujud tetapi untuk menaikkan suhu.
53
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Pengayaan:
Diagram perubahan wujud:
Gas
5
3 2
6
1
Padat Cair
4
Keterangan :
Perubahan wujud yang memerlukan kalor :
1. Melebur adalah mengubah wujud dari padat menjadi cair.
2. Menguap adalah mengubah wujud dari cair ke gas
3. Menyublim adalah mengubah wujud dari padat menjadi gas
Perubahan wujud yang melepaskan kalor :
4. Membeku mengubah wujud dari cair menjadi padat
5. Mengembun mengubah wujud dari cair menjadi gas.
6. Deposisi (mengkristal) adalah perubahan wujud dari gas menjadi padat
Guru membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan : Bukti pada waktu menguap zat memerlukan kalor adalah :
- jari tangan terasa dingin sehabis dicelupkan ke dalam alkohol, karena alkohol yang menempel pada tangan akan menguap, menguap memerlukan kalor, kalor diambil dari tangan sehingga tangan menjadi dingin.
- Badan terasa dingin sehabis mandi, karena air yang menempel pada badan akan menguap,
54
Tahapan Kegiatan Kegiatan
menguap memerlukan kalor, kalor diambil dari badan sehingga badan menjadi dingin.
Faktor-faktor yang mempercepat penguapan :
1. memanaskan
Dengan enrgi panas molekul-molekul akan lebih cepat bergerak, sehingga pakaian yang dijemur akan cepat kering.
2. memperluas permukaan
dengan memperluas permukaan berarti memperbanyak molekul-molekul yang zat cair yang dekat dengan permukaan, akibatnya molekul-molekul zat cair lebih mudah meninggalkan permukaan atau menguap.
3. meniupkan udara di atas permukaan
meniupkan udara di atas permukaan juga membawa molekul-molekul zat cair dekat ke permukaan, sehingga molekul-molekul tersebut lebih mudah meninggalkan permukaan dan menguap.
4. menyemburkan zat cair
semburan air memberikan suatu luas permukaan yang sangat besar, sehingga molekul- molekul mudah menguap.
5. mengurangi tekanan pada permukaan
dengan mengurangi tekanan di atas permukaan, berarti memberi jarak antarmolekul menjadi renggang.
Prinsip kerja lemari es menggunakan prinsip proses pendinginan yang disebabkan oleh penguapan.
- Freon digunakan sebagai zat cair yang menguap di dalam lemari es. Freon dipompa mengitari lingkaran pipa, di dalam pipa-pipa sebagian freon berwujud gas dan berwujud cair.
- Ketika freon melalui pipa di luar lemari es, freon dimampatkan dan diubah dari gas menjadi cair. Pada saat ini freon melepaskan kalor maka dinding lemari es terasa panas. Freon cair
55
Tahapan Kegiatan Kegiatan
kemudian disalurkan melalui rangkaian pipa di dalam ruang beku, freon cair menguap memerlukan kalor, kalor diambil dari ruang sekitar sehingga ruang beku terasa dingin dan makanan, minuman di dalam lemari es pun terasa dingin.
- Zat cair dikatakan mendidih apabila gelembung-gelembung uap terjadi di dalam seluruh zat cair dan dapat meninggalkan zat cair.
- Pada saat mendidih (terjadi perubahan wujud dari cair menjadi gas) suhu zat tetap, hal ini dibuktikan jika air dipanaskan hingga mendidih yaitu pada suhu 100⁰C suhu air tidak akan naik lagi meskipun dipanaskan terus-menerus. 100⁰C disebut titik didih air. Begitu juga jika gas berubah wujudnya menjadi cair (mengembun) saat melepaskan kalor, suhu juga tetap dan titik embun pun sama dengan titik didih. Jadi tepat pada suhu 100⁰C air berubah wujud dari cair menjadi gas sebaliknya tepat pada suhu 100⁰C gas berubah wujud menjadi cair
(mengembun). Akibatnya titik didih sama dengan titik embun dan kalor uap sama dengan kalor embun.
- Kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud 1 kg zat cair menjadi uap pada titik didihnya disebut kalor uap.
- Besarnya kalor yang diperlukan oleh suatu zat cair bergantung pada massa dan besarnya kalor uap suatu zat cair. Dapat dirumuskan:
Q = m . U Keterangan:
Q = kalor yang diperlukan (menguap) atau dilepaskan (mengembun). Satuan: joule (J) M = massa zat cair, satuan: kg
U = kalor uap, satuan: J/kg
- Pengaruh tekanan terhadap titik didih, titik didih zat cair akan naik jika tekanan di atas permukaan dinaikkan.
Contoh: Panci pemasak bertekanan (pressure cooker) dapat memasak daging lebih cepat empuk, karena air dalam panci mendidih lebih dari 100⁰C atau kira-kira 120⁰C dan
56
Tahapan Kegiatan Kegiatan
tekanannya sampai 2 atm. Akibatnya daging cepat empuk
- Naiknya titik didih karena tekanan di atas permukaan diperbesar :
Otoklaf
ketel uap
- Penurunan tekanan di atas permukaan dapat menurunkan titik didih, oleh karena itu makin tinggi tempat di permukaan bumi suhunya makin rendah karena makin tinggi tempat tekanannya makin rendah.
- Ketidakmurnian zat dapat menaikan titik didih.
- Contoh : air gula, air garam mendidih lebih dari 100⁰C, oleh karena itu jika memasak sayuran menggunakan garam dimaksudkan selain gurih rasanya juga cepat empuk.
Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik
F. Penilaian Pertemuan II
1. Teknik : Tes harian
2. Bentuk Instrumen : Soal Uraian, unjuk kerja (performance)
3. Soal/Instrumen :
a. Pemahaman dan penerapan konsep
Pemahaman konsep berkomunikasi :
No
Urut
No
Induk Nama Peserta
Aspek yang dinilai
Jumlah Skor
didik A B C D E F
Keterangan aspek yang dinilai :
A Kemampuan menyampaikan informasi
57
B Kemampuan memberikan pendapat/ide
C Kemampuan mengajukan pertanyaan
D Kemampuan mengajukan argumentasi untuk menolak pendapat teman
E Kemampuan menggunakan bahan yang baku
F Kelancaran berbicara
Cara Penilaian (Rubrik)
1) Tidak baik, jika salah baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst
2) Baik , jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar tetapi kurang jelas.
3) Sangat baik, jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar dan sangat jelas
b. Pemahaman dan penerapan konsep akademis
Mengapa makanan yang simpan di lemari es tidak cepat busuk ?
c. Penilaian kinerja ilmiah (performance/unjuk kerja)
No
Urut
No
Induk Nama Peserta
ASPEK YANG DIUKUR
Skor Maks
didik A B C D
NO Penjelasan aspek yang dinilai
A Cara menuangkan alkohol ke dalam bejana
B Cara memasukkan jari ke dalam alkohol
Kriteria skor ( Rubrik ) :
2 : Tepat, jika:
cara menuangkan alkohol ke dalam bejana tepat (alkohol tidak tumpah) dan cara memasukkan jari ke dalam
58
alkohol tepat.
1 : Tidak tepat, jika:
cara menuangkan alkohol ke dalam bejana tidak rapi (alkohol tumpah) dan cara memasukkan jari ke dalam alkoholpun salah (tidak mengerti maksudnya)
Skor Yang diperoleh
NILAI = --------------------------- X 100
Skor Maxsimal
G. Alat dan bahan :
1 Bejana kaca
2 Alkohol berkadar rendah
H. Sumber Belajar :
1 Buku IPA, lingkungan sekitar
E. Langkah Pembelajaran:
Pertemuan 3 (Melebur, membeku dan Penyulingan Air) 2 jp
Pengetahuan Prasyarat :
1. Menguap adalah perubahan wujud dari cair menjadi gas.
2. Melebur adalah perubahan wujud dari padat menjadi cair
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal Motivasi : Bagaimana cara membuat air mawar yang seringdigunakan untuk kecantikan para wanita ?
Kegiatan Inti Peserta didik dibentuk kelompok
Peserta didik diminta melakukan demonstrasi atau percobaan ”Mengamati proses melebur dan mebeku “ , mengamati proses ketidakmurnian zat terhadap titik lebur zat “
59
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Peserta didik diminta melakukan diskusi tentang “ pemanfaatan sifat kalor ”
Contoh LK
1) Mengamati proses melebur dan mebeku
Alat dan bahan :
- Bejana, kaki tiga, lampu spiritus, air, lilin termometer, tabung reaksi dan penjepit.
Langkah kerja :
a. Melebur
Panaskan air dalam bejana kaca tahan panas, celupkan sebuah tabung yang mengandung lilin padat ke dalam air. Baca suhu lilin setiap setengah menit sampai semua lilin melebur.
b. Membeku
Keluarkan tabung yang telah berisi lilin cair dari air mendidih dalam bejana, biarkan lilin mendingin di udara an bacalah suhu lilin setiap setengah menit.
c. Mengamati proses ketidakmurnian zat terhadap titik lebur zat
- masukkan butir-butir es ke dalam gelas, tambahkan air ke dalam gelas sehingga es dan air kira-kira sama banyak
- aduk campuran es dan air, amati apa yang terjadi dan ukur suhunya!
- masukkan sesendok garam dapur ke dalam campuran air dan es itu, amati apa yang terjadi dan aduk hingá merata dan ukur kembali suhunya
- bandingkan suhu nomor 2 dengan nomor 3
2) Penyulingan air ( bisa didemontrasikan ) Alat dan bahan :
60
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Alat penylingan air yang terdiri atas:
- Labu didih
- Kondensator
- Bejana
- Thermometer
- Lampu spirtus
- Kaki tiga dan air tidak murni secukupnya
Urutan kerja :
(1) Pasanglah alat dan bahan seperti gambar !
(2) Iisi labu didih dengan air tidak murni kemudian dipanaskan di atas lampu spiritus sampai mendidih.
(3) Tampung uap air murni hasil sulingan ke dalam bejana ( gelas )
Secara kelompok peserta didik diminta untuk menyimpulkan dari kegiatan di atas.
Kegiatan Akhir/ Penutup
Guru membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan :
- Untuk melebur memerlukan kalor, pada saat melebur suhu zaat tetap. Sebaliknya untuk membeku zat melepaskan kalor dan pada saat membeku suhu zat tetap.
- Kalor yang diperlukan untuk meleburkan 1 kg zat padat menjadi 1 kg zat cair pada titik leburnya disebut kalor lebur, Sebaliknya kalor yang dilepaskan pada waktu 1 kg zat cair menjadi 1 kg zat padat pada titik bekunya disebut kalor beku.
- Untuk zat yang sama titik lebur sama dengan titik bekunya, sehingga kalor lebur sama dengan kalor beku.
- Kalor yang diperlukan untuk melebur sebanding dengan massa benda dan besarnya kalor lebur , sehingga dapat ditulis rumus :
Q = m x l
Keterangan :
61
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Q : banyaknya kalor untuk melebur, satuan = joule (J)
m : massa benda, satuan = kg
L : kalor lebur, satuan = J/kg
- Pengaruh tekanan terhadap titik lebur: Titik lebur zat akan turun jika tekanan di atas permukaan zat diperbesar
Contoh: Peristiwa regelasi (regelation), adalah meleburnya balok es yang diberi beban dan membeku kembali sesaat setelah beban dihilangkan
- Pengaruh ketidakmurnian terhadap titik lebur zat. Titik lebur zat akan turun dengan menambah garam pada campuran es dengan air hingga – 20⁰C.
Contoh: Pembuataan es krim, karena penambahan garam es melebur di bawah 0⁰C. Untuk melebur zat memerlukan kalor, kalor diambil dari dalam es itu sendiri karena tidak ada suplai dari luar. Akibatnya suhu es akan turun di bawah 0⁰C meskipun sudah dalam wujud cair, Penyulingan air
- Penyulingan (destilasi) memanfaatkan prinsip penguapan pada titik didihnya. Penyulingan termasuk cara memisahkan campuran melalui titik didihnya. Penyulingan dengan cara seperti dapat digunakan untuk membuat air mawar. Caranya air tidak murni tadi ditambah bunga mawar, maka uap air yang ditampung menjadi air mawar. Contoh lain penggunaan penguapan adalah cara membuat garam dari air laut. Cara membuat garam dari air laut:
Air laut dibendung di areal tertentu, kemuadian terkena sinar matahari
uap air menguap sehingga terjadilah garam yang dikenal dengan garam dapur.
- Azas Black
Apabila dua zat yang berbeda suhunya dicampur, maka kedua zat yang bercampur akan memiliki suhu yang sama. Hal ini disebabkan kalor akan berpindah dari zat yang suhunya lebih tinggi ke zat yang suhunya lebih rendah. Berdasarkan hukum kekekalan energi tidak ada energi yang hilang, sehingga dapat disimpulkan bahwa kalor yang
62
Tahapan Kegiatan Kegiatan
diperlukan sama dengan kalor yang diterima. Qterima = Qlepas
Azas ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah menghitung suhu akhir campuran, dan dapat dirumuskan:
Qterima = Qlepas
M x c x (ta – suhu awal zat yang suhunya lebih rendah) = m x c x (suhu awal zat yang suhunya lebih tinggi - ta )
Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik
F. Penilaian Pertemuan III
1. Teknik : Tes harian
2. Bentuk Instrumen : Soal Uraian, unjuk kerja (performance)
3. Soal/Instrumen :
a. Pemahaman dan penerapan konsep
Pemahaman konsep berkomunikasi :
No
Urut
No
Induk
Nama Peserta didik
Aspek yang dinilai
A B C D E F Jumlah Skor
Keterangan aspek yang dinilai :
A Kemampuan menyampaikan informasi
B Kemampuan memberikan pendapat/ide
C Kemampuan mengajukan pertanyaan
D Kemampuan mengajukan argumentasi untuk menolak pendapat teman
63
E Kemampuan menggunakan bahan yang baku
F Kelancaran berbicara
Cara Penilaian (Rubrik)
1 : Tidak baik, jika salah baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst
2 : Baik, jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar tetapi kurang jelas.
3 : Sangat baik, jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar dan sangat
jelas
b. Pemahaman dan penerapan konsep akademis
(1) Jelaskan bahwa penguapan dapat digunakan untuk memisahkan campuran!
(2) Apa pengaruh ketidakmurnian zat terhadap titik beku suatu zat?
(3) Bagaimana prinsip pembuatan es krim?
c. Penilaian kinerja ilmiah (performance/unjuk kerja)
No No
Nama Peserta
Aspek yang dinilai
Skors Maks
Urut
Induk
didik A B C D
Melebur dan membeku :
NO Penjelasan aspek yang dinilai
A Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan
B Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus
C Cara mencelupkan dan mengangkat tabung reaksi yang berisi lilin dari air dalam bejana
D Cara membaca skala thermometer
64
Kriteria skor (Rubrik) :
3 : Tepat, jika :
a Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan tepat terlihat terampil. b Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus tepat dengan aturan.
c Cara mencelupkan dan mengangkat tabung reaksi yang berisi lilin dari air dalam bejana, hati-hati dan
tidak salah atau tumpah
d Cara membaca skala thermometer, pandangan mata tegak lurus
2 : Kurang Tepat, jika :
a. Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan, kurang mantap (ragu-ragu)
b. Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus, kurang tepat
c. Cara mencelupkan dan mengangkat tabung reaksi yang berisi lilin dari air dalam bejana, kurang hati-hati sehingga ada air tumpah
d. Cara membaca skala thermometer, kurang tepat
1: Tidak Tepat, jika :
a. Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan, ada kesalahan b. Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus, salah
c. Cara mencelupkan dan mengangkat tabung reaksi yang berisi lilin dari air dalam bejana, tidak hati-hati sehingga ada air tumpah
d. Cara membaca skala thermometer, salah
Penyulingan:
No Penjelasan aspek yang dinilai
A Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan
65
B Cara memasukkan air tidak murni (air ledeng ke dalam labu didih)
C Cara membaca skala pada thermometer
D Cara menampung uap air murni dalam suatu wadah
Kriteria skor Rubrik) :
3: Tepat, jika :
a. Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan tepat dan terlihat terampil
(tidak ragu-ragu)
b. Cara memasukkan air tidak murni (air ledeng ke dalam labu didih), hati-hati tidak tumpah.
c. Cara membaca skala pada thermometer (pandangan tegak lurus ke arah skala thermometer.
d. Cara menampung uap air murni dalam suatu wadah dengan hati-hati tidak ada yang tumpah.
2 : Kurang Tepat, jika :
a. Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan kurang tepat dan terlihat kurang trampil (ragu-ragu), tetapi benar.
b. Cara memasukkan air tidak murni (air ledeng ke dalam labu didih), kurang hati-hati tidak tumpah-tumpah.
c. Cara membaca skala pada thermometer (pandangan tegak lurus kea rah skala thermometer tetapi tidak tepat).
d. Cara menampung uap air murni dalam suatu wadah dengan kurang hati-hati ada yang tumpah.
1 : Tidak Tepat, jika:
a. Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan tidak tepat dan terlihat ragu-ragu dan salah.
b. Cara memasukkan air tidak murni (air ledeng ke dalam labu didih), tidak hati-hati sehingga ada yang tumpah- tumpah.
c. Cara membaca skala pada thermometer (pandangan tidak tegak lurus ke arah skala thermometer sehingga salah).
d. Cara menampung uap air murni dalam suatu wadah dengan cerobong ada yang tumpah.
Skor Yang diperoleh
NILAI = --------------------------- X 100
66
Skor Maksimal
G. Alat dan bahan:
Alat penylingan air yang terdiri atas:
1 Labu didih
2 Kondensator
3 Bejana
4 Thermometer
5 Lampu spirtus
6 Kaki tiga
7 Dan air tidak murni secukupnya
H. Sumber Belajar :
Buku IPA, lingkungan sekitar
I. Strategi Pembelajaran
Pertemuan 4 (Reaksi kimia): 2 jp
Pengetahuan Prasyarat: Sifat zat
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal Motivasi : Tahukah kamu bagaimana cara mempercepat kematangan buah, misalnya buah mangga, buah pisang sehingga selain warnanya menjadi bagus juga cepat matang?
Kegiatan Inti Peserta didik dibentuk kelompok
- Peserta didik diminta melakukan percobaan tentang “perubahan fisika dan perubahan kimia” serta ” Mengenal ciri-ciri reaksi kimia ”.
67
Tahapan Kegiatan Kegiatan
- Secara kelompok peserta didik diminta untuk menyimpulkan dari kegiatan di atas.
Contoh LK
1) Perubahan fisika dan perubahan kimia Alat dan bahan : lilin, kawat, lampu spiritus Langkah kerja :
a. Panaskan kawat dengan lampu spiritus, setelah beberapa saat biarkan kawat menjadi dingin!
b. Amati apa yang terjadi setelah kawat itu dingin kembali? Patahkan lilin menjadi beberapa potong, apakah fisik lilin berubah?
c. Bakarlah kertas, sampai menjadi abu, amati apa yang terjadi! Apakah menghasilkan zat yang baru?
d. Buat kesimpulan dari kegiatan di atas! Informasi :
Perubahan yang tidak menghasilkan zat baru atau tidak merubah identitas zat disebut perubahan fisika, sedangkan perubahan yang menghasilkan zat yang baru (berbeda) disebut perubahan kimia.
2) Mengenal ciri-ciri reaksi kimia
Alat dan bahan : Pb (NO3), KL, gelas kimia, karbit, air secukupnya, thermometer
Langkah kerja :
a. Reaksi antara Pb (NO3) dengan KL
1. Ambil 20 ml larutan Pb (NO3), masukkan dalam gelas kimia 100 ml
2. Ambil 20 ml larutan Kl , campurkan dengan larutan Pb (NO3) , dalam gelas kimia 100
ml
3. Amati perubahan yang terjadi!
b. Reaksi antara karbit dengan air
68
Tahapan Kegiatan Kegiatan
1. Ambil 20 ml air , masukkan dalam gelas kimia 100 ml
2. Ukur suhu air tersebut!
3. Ambil cuplikan karbit dan masukkan dalam air yang telah disiapkan
4. Amati perubahan yang terjadi dan ukur suhu air pada saat reaksi berlangsung!
3) Analisa :
a. Reaksi manakah yang menghasilkan endapan?
b. Reaksi manakah yang menghasilkan perubahan warna?
c. Reaksi manakah yang menghasilkan gas?
d. Apakah reaksi antara karbit dan air mengakibatkan perubahan suhu?
Kegiatan Akhir/ Penutup
Guru membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan :
1. Perubahan fisika adalah perubahan yang tidak menghasilkan zat baru atau tidak merubah identitas zat.
Contoh:
- Besi dipanaskan sampai membara, setelah dingin menjadi besi kembali
- Semua perubahan; membeku, mendidih, menguap, sublimasi, mengembun termasuk perubahan fisika.
2. Perubahan kimia adalah perubahan yang menghasilkan zat yang baru (berbeda).
- Contoh:
- Besi berkarat, telor membusuk, roti dibakar, kembang api meledak dst.
3. Ciri-ciri reaksi kimia:
a. menghasilkan endapan
Contoh: Air keruh diberi tawas, akan terjadi pengendapan, sehingga air menjadi jernih. b. menghasilkan perubahan warna
Contoh: Besi bereaksi dengan udara dan air warnanya berubah menjadi kehitaman. c. menghasilkan gas
Contoh: Karbit dicampur akan menghasilkan gas, gas ini yang digunakan untuk
69
Tahapan Kegiatan Kegiatan
mempercepat pemasakan buah. d. mengakibatkan perubahan suhu
Contoh: petasan yang meledak menghasilkan perubahan suhu, ledakan itulah hasil reaksi kimia.
4. Reaksi kimia yang menghasikan energi disebut reaksi eksoterm. Contoh: semua pembakaran
5. Reaksi kimia yang memerlukan energi disebut reaksi endoterm. Contoh: fotosintesis
Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik
F. Penilaian Pertemuan IV
1. Teknik : Tes harian
2. Bentuk Instrumen : Soal Uraian, unjuk kerja (performance)
3. Soal/Instrumen:
a. Pemahaman dan penerapan konsep
Pemahaman dan penerapan konsep berkomunikasi:
No No
Nama Peserta
Aspek yang dinilai
Jumlah Skor
Urut
Induk
didik A B C D E F
Keterangan aspek yang dinilai:
70
A. Kemampuan menyampaikan informasi B. Kemampuan memberikan pendapat/ide C. Kemampuan mengajukan pertanyaan
D. Kemampuan mengajukan argumentasi untuk menolak pendapat teman
E. Kemampuan menggunakan bahan yang baku
F. Kelancaran berbicara
Cara Penilaian (Rubrik)
1) Tidak baik, jika salah baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst
2) Baik, jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar tetapi kurang jelas.
3) Sangat baik, jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar dan sangat jelas
Pemahaman dan penerapan konsep akademis
1. Sebutkan contoh sehari-hari yang termasuk perubahan fisika maupun perubahan kimia!
2. Jelaskan bagaimana cara agar buah cepat matang!
b. Penilaian kinerja ilmiah (performance/unjuk kerja)
Aspek yang dinilai
No
Urut
No
Induk
Nama Peserta didik
A B Jumlah Skor
No Penjelasan aspek yang dnilai
A Cara membakar kawat di atas lampu spiritus
B Cara membuat reaksi pada Pb (NO3) dengan KL
Kriteria skor (Rubrik):
71
3 : Tepat, jika:
1 Cara membakar kawat di atas lampu spiritus, benar baik cara memegang maupun cara mematikan dan menyalakan lampu spiritus.
2 Cara membuat reaksi pada Pb (NO3) dengan KL, terlihat terampil baik ukuran maupun cara mencampurnya.
2 : Kurang Tepat, jika:
1 Cara membakar kawat di atas lampu spiritus, benar baik cara memegang maupun cara mematikan sedangkan menyalakan lampu spiritus kurang tepat.
2 Cara membuat reaksi pada Pb (NO3) dengan KL, terlihat kurang terampil (ragu-ragu) baik ukuran maupun cara mencampurnya.
2 : Tidak Tepat, jika:
1 Cara membakar kawat di atas lampu spiritus, benar baik cara memegang maupun cara mematikan sedangkan menyalakan lampu spiritus salah.
2 Cara membuat reaksi pada Pb (NO3) dengan KL, terlihat tidak trampil (sangat ragu-ragu)
Skor Yang diperoleh
NILAI = --------------------------- X 100
Skor Maxsimal
G. Alat dan Bahan:
lilin, kawat, lampu spiritus, Pb (NO3) , KL, gelas kimia, karbit, air secukupnya, thermometer
H. Sumber Belajar:
Buku IPA, lingkungan sekitar
72
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas : VIII
Tema : Bahan Kimia dalam Makanan
A. Standar Kompetensi
Materi dan perubahannya (4) : Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan
Makhluk hidup dan proses kehidupan (1) : Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia
B. Kompetensi Dasar dan Contoh Indikator
Materi dan perubahannya (4.3):
Mendeskripsikan bahan kimia alami dan buatan dalam kemasan yang terdapat dalam bahan makanan
Mengidentifikasi contoh bahan-bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap yang terdapat dalam bahan makanan dan minuman kemasan.
Mengidentifikasi contoh bahan-bahan kima buatan yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet, penyedap, dan pengembang) yang terdapat dalam bahan makanan kemasan.
Makhluk hidup dan Proses Kehidupan(1.4):
Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
Mendeskripsikan jenis makanan bagi bayi berdasar kandungan zat yang ada di dalamnya
C. Tujuan :
Setelah melakukan kegiatan belajar-mengajar, peserta didik dapat :
1. Mengidentifikasi bahan kimia alami.
2. mengidentifikasi bahan kimia buatan
3. membedakan bahan kimia alami dan bahan kimia buatan
73
D. Pendekatan dan metode pembelajaran
- Pendekatan : Kontekstual
- Metode : Diskusi
E. Langkah Pembelajaran
Prasyarat pengetahuan: Jenis zat yang dibutuhkan manusia
Tahap Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal Motivasi : Pernahkan kalian memperhatikan bahan apa saja yang terkandung dalam sebuah kemasan makanan atau minuman?
Kegiatan Inti Sebelum jam pelajaran/hari sebelumnya peserta didik perkelompok diberi tugas untuk membawa kemasan makanan dan minuman.
Setiap kelompok membawa kemasan kosong yang berbeda-beda.
Kegiatan di kelas :
a. Peserta didik perkelompok mengidentifikasi bahan kimia yang terdapat pada kemasan makanan dan minuman, mencatatnya dan mendiskusikan serta mempresentasikan, sehingga semua peserta didik memiliki data bahan kimia yang terkandung dalam semua kemasan makanan dan minuman.
b. Guru menunjukkan bahan-bahan kimia alami.
Kemudian peserta didik perkelompok mendiskusikan bahan kimia alami yang dapat digunakan pada bahan makanan. Dan menggantikan bahan kimia alami dan bahan kimia buatan
Peserta didik perkelompok mendiskusikan berbagai jenis makanan yang sehat.
Kegiatan Akhir / Penutup Peserta didik diminta membuat kesimpulan. Contoh kesimpulan :
I. Bahan kimia alami :
1. Bahan kimia alami yang dibuat sebagai pewarna:
a. Daun suji: warna hijau b. Kunyit: warna kuning
c. Daun Jati: warna merah kecoklatan
74
Tahap Kegiatan Kegiatan
d. Keluak: warna coklat kehitaman e. Bit: warna merah dll.
2. Bahan kimia alami sebagai pemanis:
a. gula pasir
b. gula jawa, gula aren c. gula batu
3. Bahan kimia alami sebagai pengawet:
a. gula
b. garam dapur dll
4. Bahan kimia alami sebagai penyedap:
a. kayu manis: biasanya untuk minuman
b. daun panda : membuat aroma dalam makanan kecil dll
II. Bahan kimia buatan dalam kemasan:
5. Bahan kimia kemasan sebagai pewarna:
a. Tartrazine b. Carmoisine
c. F D & C Yellow no.5
d. F D & C Red no.2
e. F D & C Blue no.1
f. F D & C Green no.2 dll
6. Bahan kimia kemasan sebagai pemanis a. Aspartam
b. Siklamat
c. Sakarin dll.
7. Bahan kimia kemasan sebagai pengawet
a. Asam benzoat: pengawet minuman sari buah, minuman karbonat, sambal botol dll. Sebagai anti mikroba.
b. Asam cuka 25% : pengawet acar, asinan dll. Menghambat pertumbuhan jamur.
c. Asam sorbat: pengawet minuman sari buah, produk keju dll. Mencegah pertumbuhan jamur.
75
Tahap Kegiatan Kegiatan
d. Garam nitrat dan nitrit: pengawet daging.
8. Bahan kimia kemasan sebagai penyedap:
a. monosodium glutamat (MSG)
MSG atau vetsin berasal dari glutamat yang terbuat dari sisa pembuatan gula tebu, jagung, tapioka. Komposisi MSG terdisi dari natrium, glutamat dan air.
F. Penilaian
1. Teknik : Tes kajian
2. Bentuk Instrumen : Soal uraian
3. Instrumen
a. Penilaian pemahaman konsep komunikasi
No
Urut
No
Induk Nama Peserta
Aspek yang Dinilai
Jumlah Skor
didik A B C D
Keterangan aspek yang dinilai:
A. Kemampuan menyampaikan informasi B. Kemampuan mengajukan pertanyaan C. Kemampuan mengajukan argumentasi D. Kelancaran berbicara
Cara penilaian:
3 : Sangat baik
2 : Baik
1 : Kurang baik
Nilai : Skor yang diperoleh x 100 Range nilai : 80 – 100 = A
Skor maksimal 70 – 85 = B
76
≤ 69 = C
b. Penilaian pemahaman dan penerapan konsep Skor
1. Bahan pewarna alami apa yang menghasilkan warna …………
a. hijau 1 b. merah kecoklatan 1 c. kuning 1
2. Untuk membuat segelas teh manis, air teh dapat ditambahkan pemanis buatan, yaitu ………… 1
3. Jenis makanan dan minuman apa yang biasa ditambah
a. garam nitrat 1
b. asam benzoat 1
4. Mengapa pemakaian MSG harus dibatasi? 2
5. Bagaimana cara mengawetkan ikan? 2
Total Skor = 10
Nilai : Skor yang diperoleh x 100
10
G. Alat, bahan dan sumber belajar
1. Alat dan bahan:
- Beberapa kemasan kosong makanan dan minuman
- Beberapa bahan kimia alami: kunyit, daun suji, daun pandan dll.
2. Sumber belajar: buku IPA
Mengetahui, Jakarta, ……………………
Kepala SMP………
Guru IPA
77
Mata Pelajaran : IPA Satuan Pendidikan : SMP/MTs Kelas/Semester : VIII
Tema : Rokok dan Kesehatan
A. Standar Komptensi:
Materi dan Perubahannya (4): Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan
Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan (1): Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia
B. Komptensi Dasar dan Contoh Indikator: Materi dan Perubahannya (4.5) :
Menghindarkan diri dari pengaruh zat adiktif dan psikotropika
Menjelaskan dampak negatif rokok bagi kesehatan, ekonomi, dan sosial.
Menjelaskan cara menghindarkan diri dari rokok
Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan (1.5):
Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
Menjelaskan proses inspirasi dan ekspirasi pada proses pernapasan
Mendata contoh kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya
C. Tujuan :
Setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, peserta didik mampu:
1. Mengidentifikasi kandungan yang berbahaya dalam rokok dan pengaruhnya tehadap kesehatan, ekonomi, dan sosial
2. Mengindarkan diri dari pengaruh rokok
3. Mendeskripsikan penyakit pada sistem pernapasan yang disebabkan olah rokok
78
D. Pendekatan dan metode pembelajaran :
- Pendekatan : Kontekstual
- Metode : Diskusi
E. Langkah Pembelajaran :
Pengetahuan Prasyarat : kandungan zat yang terdapat dalam rokok dan zat adiktif lainnya
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal Mengadakan tanya jawab dengan anak tentang “siapa yang merokok, ciri-ciri fisik perokok, dan pengaruhnya terhadap kesehatan
Kegiatan Inti Guru memberikan tugas ke peserta didik secara berkolompok untuk mengidentifikasi zat adiktif dalam rokok berdasarkan buku-buku IPA atau sumber lainnya
Peserta didik mendiskusikan cara pencegahan dan akibat penggunaan zat adiktif dan psikotropika
Peserta didik mendiskusikan penyakit pada pernapasan yang disebabkan oleh rokok
Secara bekelompok peserta didik mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, dan kelompok lain menanggapinya.
Kegiatan Akhir/ Penutup
Peserta didik membuat kesimpulan dari hasil diskusi yang sudah dipresentasikan dan membuat leaflet
Contoh kesimpulan:
- zat adiktif adalah kelompok zat atau obat-obat keras yang mempengaruhi susunan saraf pusat, dan dapat menimbulkan ketergantungan dalam jangka panjang
- contoh zat adiktif adalah rokok, kopi, minuman keras
- rokok mengandung nikotin dalam tembakaunya dan asap hasil pembakaran mengandung gas
CO2, CO yang membahayakan kesehatan
79
Tahapan Kegiatan Kegiatan
- kopi, mengandung kafein yang dapat menimbulkan ketergantungan
- minuman keras adalah semua jenis minuman yang mempunyai kandungan alkohol
- akibat rokok, kopi, dan minuman keras bagi kesehatan diantaranya adalah:
1. asap rokok mengandung zat-zat penyebab kanker
2. rusaknya alveoli dalam paru-paru, karena endapan nikotin yang masuk bersama asap rokok, menyebabkan darah tidak dapat mengikatt oksigen (O2) dengan sempurna
3. bronkitis, merupakan peradangan pada bronkus atau saluran pernapasan yang terinfeksi oleh bakteri. Karena nikotin yang dihasilkan oleh rokok memperlemah syaraf bronkus sehingga mudah terkena infeksi
4. Jantung koroner, disebabkan oleh penimbunan lemak di dalam pembuluh darah. Nikotin mempengaruhi kerja lemak sehingga terjadi penimbunan lemak dalam pembuluh darah, sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah
5. imsomnia, atau sulit tidur disebabkan oleh kafein yang berlebihan
6. penyakit kekurangan gizi, disebabkan oleh alkohol karena sifat alkohol yang menghalangi penyerapan zat gizi. Pemakaian alkohol yang berlebihan menyebabkan timbulnya komplikasi pada hati, muntah darah, atau gangguan fungsi hati, koma dan bahkan meninggal dunia secara mendadak.
- Obat-obat psikotropika mempunyai pengaruh pada susunan syaraf pusat
- Ciri-ciri fisik korban ketergantungan zat adiktif dan psikotropika diantaranya adalah sebagai berikut:
Jenis zat akdiktif dan obat psikotropika dan ciri-ciri korban
Opioda
Sembelit
Mengurangi nafsu makan
80
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Ganja
Menurunkan kekebalan tubuh
Mengganggu keterampilan berbicara, membaca, dan berhitung
Keracunan pada janin
Menimbulkan bronkitis
Kokain
Menimbulkan gangguan pada jantung
Amfetamin
Menimbulkan gangguan pada jantung
F. Penilaian Pertemuan I .
1 Teknik : Tugas
2. Bentuk Instrumen : Hasil diskusi
3. Soal/Instrumen :
a. Materi presentasi
leaflet pangaruh zat adiktfif dan obat psikotropika bagi kesehatan
G. Sumber belajar: buku IPA
81
DAFTAR PUSTAKA
Fogarty, R. (1991). How to Integrate The Curricula. Illinois: IRI/Sky
Publishing Inc.
Rustaman, N.Y, Dirdjosaemarto S., Yudianto, S.A., Ahmad Y., Subekti R., Rochimtaniawati, D., dan Kusumawati,M.N. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Common Textbook (Edisi Revisi). Bandung: FPMIPA UPI.
UNESCO. (1973 – 1977). New trend in Integrated Science Teaching Vol. I – II
– III – IV. Paris:UNESCO.
41
MODEL PEMBELAJARAN SALINGTEMAS SMP
Mata pelajaran : IPA
Jenjang pendidikan : SMP/MTs
Materi pokok : Pemisahan Campuran
Kelas / Semester : VII / 1
Alokasi waktu : 6 jam pelajaran (6 x 40 menit)
1
A. Standar Kompetensi : Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
B. Kompetensi Dasar : Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan kimia
C. Indikator
Konsep
• Menentukan dan menjelaskan bahan-bahan yang terkandung dalam berbagai merk minuman ringan (soft drink) seperti coca cola.
• Menjelaskan dasar pemisahan campuran, berdasarkan ukuran partikel dan titik didih
• Melakukan percobaan untuk memisahkan campuran yang sesuai dengan metode yang dipilih.
Konteks
• Menentukan metode penjernihan air minum dengan teknik sederhana
• Menentukan metode pemisahan sederhana dalam berbagai sistem seperti
pemurnian garam dan destilasi minyak kayu putih.
Proses
• Memilih objek, menentukan topik dan menetapkan langkah-langkah penyelidikan.
• Mengkorelasikan data pengamatan untuk menafsirkan data pengamatan yang lain
• Menerapkan konsep yang telah diperoleh pada percobaan
• Meramalkan suatu keadaan yang belum diamati berdasarkan penggunaan
pola yang ditemukan pada hasil pengamatan
• Membuat prediksi/ramalan berdasarkan pengalaman sebelum melakukan
2
kegiatan.
• Menyimpulkan suatu percobaan dari data percobaan yang telah dilakukan.
Sikap dan Nilai
Sikap Terhadap Pembelajaran
• Ikut berpartisipasi dalam pembelajaran
• Mengikuti percobaan dengan sungguh-sungguh
• Melakukan kerjasama untuk memecahkan masalah
• Menyatakan pendapat dalam pembelajaran
• Merespon penjelasan guru pada pembelajaran
Kompetensi Afektif
Kesadaran Diri
• Menganalisis dan menentukan alasan mengapa orang memilih merk tertentu
dari minuman ringan.
Kecakapan Sosial
• Mengkomunikasikan pentingnya bersikap kritis pada iklan minuman ringan
berkaitan dengan fdaktor kesehatan.
D. Konsep dan Konteks Pembelajaran
1. Konsep
a. Campuran dan Pemisahannya
b. Titik didih
3
c. Ukuran partikel
2. Konteks
a. Minuman ringan dan kesehatan
b. Zat aditif dalam minuman
E. Strategi Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Salingtemas (Sains Lingkungan Teknologi dan
Masyarakat)
Metode : Diskusi, Percobaan, dan Ceramah
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahap
Deskripsi Kegiatan
Pembelajaran Guru Siswa
Tahap Kontak a. Sebelum Pembelajaran Memberikan tugas untuk menyiapkan berbagai iklan coca cola seperti Coca Cola: Segarnya Mantap, Diet Coke dan Mecca Cola serta komposisinya.
b. Di Kelas
Membimbing pelaksanaan diskusi mengenai isi iklan dan komposisinya.
Tahap Kuriositi Guru membawa beberapa botol coca cola dari beberapa merk dan meminta beberapa siswa mencicipi rasa minuman ringan tersebut.
Membangkitkan kuriositi dengan memberikan
Menyiapkan iklan coca cola dan komposisinya.
Melaksanakan diskusi tentang isi iklan dan komposisinya.
Ikut aktif dalam diskusi.
Mencicipi rasa berbagai coca cola.
Mencoba menjawab pertanyaan guru
Menyimak
4
Tahap
Deskripsi Kegiatan
Pembelajaran Guru Siswa
pertanyaan: “dapatkah kamu membedakan rasa dari berbagai coca cola yang kamu minum dan mengapa rasanya berbeda?”
Mengarahkan jawaban siswa dan mengaitkan jawaban dengan komposisi campuran dalam minuman coca cola.
penjelasan guru
Tahap Elaborasi dan Penemuan Konsep
a. Praktikum 1
(Penguapan: Metode Sederhana untuk Pemisahan Campuran Air dan Bahan Lainnya dalam Coca Cola)
Memberikan tugas untuk melakukan percobaan secara berkelompok tentang penguapan berbagai merk coca cola dengan bantuan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Mendorong interaksi siswa dalam diskusi kelompok dan menjadi nara sumber jika diperlukan
b) Diskusi hasil praktikum 1
Mendiskusikan penguapan sebagai metode pemisahan sederhana untuk memisahkan air dari bahan lainnya dalam coca cola.
Mendiskusikan konsep penguapan.
Melakukan percobaan secara berkrlompok dengan bantuan LKS
Mendiskusikan hasil pengamatan dan permasalahan- nya
Aktif dalam diskusi dan menyimak penjelasan guru
Melakukan percobaan secara berkelompok dengan bantuan LKS
Mendiskusikan hasil pengamatan dan permasalahan- nya
Aktif dalam diskusi dan menyimak penjelasan guru
Melakukan percobaan secara
5
Tahap
Deskripsi Kegiatan
Pembelajaran Guru Siswa
c) Praktikum 2
(Penyaringan: Metode Lain untuk Pemisahan Campuran)
Memberikan tugas secara berkelompok untuk melakukan percobaan membuat coca cola menjadi tak berwarna seperti
“sprite” dengan menambahkan karbon aktif (tablet norit) dan metode pemisahan campuran dengan penyaringan dengan bantuan LKS
Mendorong interaksi siswa dalam diskusi kelompok dan menjadi nara sumber jika diperlukan
d). Diskusi hasil praktikum 2
Mendiskusikan konsep pemisahan campuran berdasarkan perbedaan ukuran partikel
e) Praktikum 3
(Destilasi: Metode Pemisahan Campuran Berdasarkan Perbedaan Titik Didih)
Memberikan tugas untuk melakukan percobaan destilasi air suling dan coca cola dan melihat perbedaan kurva titik didihnya (temperatur versus waktu).
Mendorong interaksi siswa dalam diskusi kelompok dan
berkelompok dengan bantuan LKS
Mendiskusikan hasil pengamatan dan permasalahannya
Aktif dalam diskusi dan menyimak penjelasan guru
6
Tahap
Deskripsi Kegiatan
Pembelajaran Guru Siswa
menjadi nara sumber jika diperlukan
f). Diskusi hasil praktikum 3
Mendiskusikan konsep pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih.
Tahap Pengembangan Konsep dan Dekontekstualisasi
Diskusi tentang proses penjernihan air minum.
Diskusi tentang proses penjernihan garam.
Diskusi tentang proses destilasi minyak kayu putih.
Diskusi tentang perlunya sikap kritis terhadap iklan berkaitan dengan aspek kesehatan.
Aktif dalam diskusi dan menyimak penjelasan guru
G. Media dan Sumber Pembelajaran
Media pembelajaran
Transparansi
Overhead Projektor (OHP)
Alat dan bahan percobaan
Sumber pembelajaran
Chemie im Kontext, Ein Vorkoster in Not, Unit Pembelajaran dalam
Chemie im Kontext, Proyek Chemie im Kontext di Jerman, 2005.
Heikkinen, H. (Chief Editor), ChemCom: Chemistry in Community, Second Edition, American Chemical Society, 1993.
7
H. Penilaian
Aspek
Literasi sains meliputi aspek pengetahuan konsep, aplikasi konsep pada konteks tertentu, ketrampilan proses sains serta sikap dan nilai.
Bentuk
Tes tertulis untuk aspek konsep, konteks dan proses.
Unjuk kerja dan observasi untuk ketrampilan proses sains serta sikap dan nilai.
Skala sikap Likert untuk sikap dan nilai.
8
PANDUAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/ MADRASAH TSANAWIYAH
(SMP/MTs)
Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas
Jl. Gunung Sahari Raya No. 4, Jakarta Pusat
Telp. : (62-21)3804248,3453440,34834862
Fax. : (62-21) 3508084, 34834862
www.puskur.net
DAFTAR ISI
Daftar Isi
Halaman
Bab I. Pendahuluan 1
A. Latar Belakang .…………………………………………………………………………. 1
B. Tujuan ………………………………………………………………………………………… 2
C. Ruang Lingkup …………………………………………………………………………… 2
D. Sistematika 2
Bab II. Kerangka Berpikir 4
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam ………………………………………….. 4
B. Karakteristik Bidang kajian IPA …………………………………………………. 6
C. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu ……………………………………………. 7
D. Konsep Pembelajaran Keterpaduan dalam IPA …………………………. 8
Bab III. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu 13
A. Perencanaan ………………………………………………………………………………. 13
B. Model Pelaksanaan Pembelajaran ……………………………………………… 15
C. Penilaian …………………………………………………………………………………….. 17
Bab IV Implikasi Pembelajaran IPA Terpadu 20
A. Guru 20
B. Peserta Didik 22
C. Bahan Ajar 23
D. Sarana dan Prasarana 24
Lampiran:
1. Peta Kompetensi Dasar Yang Berpotensi IPA Terpadu …………………. 25
2. Contoh Silabus Pembelajaran IPA Terpadu ….......................... 27
3. Contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA Terpadu ……….... 35
i
A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar merupakan kurikulum hasil refleksi, pemikiran, dan pengkajian ulang dari kurikulum yang telah berlaku sebelumnya. Kurikulum baru ini diharapkan dapat membantu mempersiapkan peserta didik menghadapi tantangan di masa depan. Standar kompetensi dan kompetensi dasar diarahkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam kondisi yang penuh dengan berbagai perubahan, persaingan, ketidakpastian, dan kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum ini disusun untuk menciptakan tamatan yang kompeten, cerdas dalam membangun integritas sosial, serta mewujudkan karakter nasional.
Dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, telah dilakukan berbagai studi yang mengarah pada peningkatan efisiensi dan efektivitas layanan dan pengembangan sebagai konsekuensi dari suatu inovasi pendidikan. Sebagai salah satu bentuk efisiensi dan efektivitas implementasi kurikulum dikembangkan berbagai model implementasi kurikulum.
Model pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA). Model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud,
1996:3). Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan (Beane, 1995:615).
Melalui pembelajaran IPA terpadu, peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk mencari, menyimpan, dan menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik dan aktif. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman bagi para peserta didik. Pengalaman belajar yang lebih menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual akan menjadikan proses belajar lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan sisi bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang relevan akan membentuk skema kognitif, sehingga anak memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar IPA, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan, dunia nyata dan fenomena alam hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.
Pembelajaran terpadu dalam IPA dapat dikemas dengan TEMA atau TOPIK tentang suatu wacana yang dibahas dari berbagai sudut pandang atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal peserta didik. Dalam pembelajaran IPA terpadu, suatu konsep atau tema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian dalam bidang kajian IPA. Misalnya tema lingkungan dapat dibahas dari
1
sudut makhluk hidup dan proses kehidupan, energi dan perubahannya, dan materi dan sifatnya. Pembahasan tema juga dimungkinkan hanya dari aspek makhluk hidup dan proses kehidupan dan energi dan perubahannya, atau materi dan sifatnya dan makhluk hidup dan proses kehidupan, atau energi dan perubahannya dan materi dan sifatnya saja. Dengan demikian melalui pembelajaran terpadu ini beberapa konsep yang relevan untuk dijadikan tema tidak perlu dibahas berulang kali dalam bidang kajian yang berbeda, sehingga penggunaan waktu untuk pembahasannya lebih efisien dan pencapaian tujuan pembelajaran juga diharapkan akan lebih efektif.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan Model Pembelajaran IPA Terpadu untuk SMP/MTs ini pada dasarnya untuk memberikan pedoman yang dapat dijadikan sebagai kerangka acuan bagi guru dan pihak terkait. Secara rinci, penyusunan model ini di antaranya bertujuan untuk:
1. memberikan wawasan bagi guru tentang apa, mengapa, dan bagaimana pembelajaran IPA terpadu pada tingkat SMP/MTs;
2. memberikan bekal keterampilan kepada guru untuk dapat menyusun rencana pembelajaran (memetakan kompentensi, menyusun silabus, dan menjabarkan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran) dan penilaian;
3. memberikan bekal kemampuan kepada guru agar memiliki kemampuan melaksanakan pembelajaran IPA terpadu;
4. memberikan wawasan, pengetahuan, dan pemahaman bagi pihak terkait
(misalnya kepala sekolah dan pengawas), sehingga mereka dapat memberikan dukungan terhadap kelancaran dan ketepatan pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penyusunan Model ini meliputi pengertian IPA Terpadu, Karakteristik Pembelajarn IPA Terpadu, pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu dan penilaian di kelas sehingga dicapai tujuan yang diinginkan.
Pembelajaran IPA secara terpadu harus menggunakan tema yang relevan dan berkaitan. Materi yang dipadukan sebaiknya masih dalam lingkup bidang kajian IPA.
Tema yang dibahas disajikan dalam konteks IPA-lingkungan-teknologi- masyarakat, yang melibatkan aktivitas peserta didik secara berkelompok maupun mandiri. Aktivitas peserta didik perlu ditunjang oleh media pembelajaran yang memadai, agar peserta didik dapat memahami tema secara komprehensif dan mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
D. Sistematika
Model Pembelajaran IPA Terpadu memuat beberapa keterpaduan antar- Kompetensi Dasar. Model ini juga mencakup apa dan bagaimana seorang guru di SMP/MTs mengembangkan dan melaksanakan model tersebut. Sistematika
2
anduan pengembangan pembelajaran IPA Terpadu SMP/MTs terdiri atas bagian- bagian sebagai berikut.
Bab satu, merupakan pendahuluan yang memuat penjelasan tentang latar belakang serta pentingnya keberadaan panduan. Selain itu juga mengungkapkan tujuan serta sistematika sajian.
Bab dua, berisi penjelasan tentang kerangka berpikir yang mencakup tentang pengertian, karakteristik, tujuan, konsep keterpaduan IPA, dan model keterpaduan berdasarkan topik.
Bab tiga, berisi tentang strategi pelaksanaan pembelajaran IPA Terpadu, yang menjelaskan tahapan tentang perencanaan (meliputi pemetaan Kompetensi Dasar, pemilihan topik, penjabaran Kompetensi Dasar ke dalam indikator, penyusunan silabus, dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran), pelaksanaan pembelajaran (meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan akhir serta tindak lanjut), dan penilaian.
Bab empat, berisi tentang implikasi pembelajaran IPA Terpadu yang menjelaskan peran guru, peserta didik, serta sarana dan prasarana pembelajaran.
Lampiran:
Model pembelajaran IPA Terpadu SMP/MTs
3
BAB II KERANGKA BERPIKIR
A. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SMP/MTs, meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, bumi antariksa, makhluk hidup dan proses kehidupan, dan materi dan sifatnya yang sebenarnya sangat berperan dalam membantu peserta didik untuk memahami fenomena alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya.
Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.
Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA
meliputi empat unsur utama yaitu:
1. sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended;
2. proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan;
3. produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
4. aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari- hari.
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.
4
Kecenderungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep, teori dan hukum. Keadaan ini diperparah oleh pembelajaran yang beriorientasi pada tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap, dan aplikasi tidak tersentuh dalam pembelajaran.
Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk dan peserta didik menghafal informasi faktual. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah. Peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri. Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik per kelas yang terlalu banyak.
Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Dalam kenyataan, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai bidang kajian IPA, karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau karena mereka tak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap berharap agar pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien, dan efektif.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dicapai peserta didik yang dituangkan dalam empat aspek yaitu, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta.
Indikator pencapaian kompetensi dikembangkan oleh sekolah, disesuaikan dengan lingkungan setempat, dan media serta lingkungan belajar yang ada di sekolah. Semua ini ditujukan agar guru dapat lebih aktif, kreatif, dan melakukan inovasi dalam pembelajaran tanpa meninggalkan isi kurikulum.
Melalui pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi, serta bersikap ilmiah.
B. Karakteristik Bidang kajian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada tiga kemampuan dalam IPA yaitu: (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum terjadi, dan
5
kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, (3) dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk menguji prediksi, dan merumuskan prinsip umum yang sederhana yang diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen.
Dalam belajar IPA peserta didik diarahkan untuk membandingkan hasil prediksi peserta didik dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, yang didasarkan pada metode ilmiah. Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses penyelidikan atau “enquiry skills” yang meliputi mengamati, mengukur, menggolongkan, mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan, mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan, dan sebagainya. Melalui keterampilan proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar, terbuka, tidak percaya tahyul, kritis, tekun, ulet, cermat, disiplin, peduli terhadap lingkungan, memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.
Oleh karena itu pembelajaran IPA di sekolah sebaiknya: (1) memberikan pengalaman pada peserta didik sehingga mereka kompeten melakukan pengukuran berbagai besaran fisis, (2) menanamkan pada peserta didik pentingnya pengamatan empiris dalam menguji suatu pernyataan ilmiah
(hipotesis). Hipotesis ini dapat berasal dari pengamatan terhadap kejadian sehari-hari yang memerlukan pembuktian secara ilmiah, (3) latihan berpikir kuantitatif yang mendukung kegiatan belajar matematika, yaitu sebagai penerapan matematika pada masalah-masalah nyata yang berkaitan dengan peristiwa alam, (4) memperkenalkan dunia teknologi melalui kegiatan kreatif dalam kegiatan perancangan dan pembuatan alat-alat sederhana maupun penjelasan berbagai gejala dan keampuhan IPA dalam menjawab berbagai masalah.
6
C. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu
Tujuan pembelajaran IPA Terpadu adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang harus dicapai peserta didik masih dalam lingkup bidang kajian energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, dan makhluk hidup dan proses kehidupan. Banyak ahli yang menyatakan pembelajaran IPA yang disajikan secara disiplin keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7-14 tahun, karena anak pada usia ini masih dalam transisi dari tingkat berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Selain itu, peserta didik melihat dunia sekitarnya masih secara holistik. Atas dasar itu, pembelajaran IPA hendaknya disajikan dalam bentuk yang utuh dan tidak parsial. Di samping itu pembelajaran yang disajikan terpisah-pisah dalam energi dan perubahannya, makhluk hidup dan proses kehidupan, materi dan sifatnya, dan bumi-alam semesta memungkinkan adanya tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi peserta didik. Bila konsep yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan lebih efisien dan efektif.
Keterpaduan bidang kajian dapat mendorong guru untuk mengembangkan kreativitas tinggi karena adanya tuntutan untuk memahami keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain. Guru dituntut memiliki kecermatan, kemampuan analitik, dan kemampuan kategorik agar dapat memahami keterkaitan atau kesamaan materi maupun metodologi.
2. Meningkatkan minat dan motivasi
Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru untuk mengembangkan situasi pembelajaan yang utuh, menyeluruh, dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan dan kemampuan guru, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik. Dalam hal ini, pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema yang disampaikan.
Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, peserta didik digiring untuk berpikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistimik, dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar bila mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya.
3. Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus
Model pembelajaran IPA terpadu dapat menghemat waktu, tenaga, dan sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Di samping itu, pembelajaran terpadu juga
7
menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini terjadi karena adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan atau keterkaitan.
D. Konsep Pembelajaran Terpadu Dalam IPA
1. Konsep Pembelajaran IPA Terpadu
Dalam arti luas pembelajaran terpadu meliputi pembelajaran yang terpadu dalam satu disiplin ilmu, terpadu antarmata pelajaran, serta terpadu dalam dan lintas peserta didik (Fogarty,1991: xiii). Pembelajaran terpadu akan memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik, karena dalam pembelajaran terpadu peserta didik akan memahami konsep-konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep-konsep lain yang sudah dipahami yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Dari sejumlah model pembelajaran terpadu menurut Fogorty (1991) tiga diantaranya seseuai untuk dikembangkan dalam pembelajaran IPA ditingkat pendidikan di Indonesia. Ketiga model yang dimaksud adalah model keterhubungan (connected), model jaring laba-laba (webbad), dan model keterpaduan (integrated). Perbandingan deskripsi karakter, kelebihan dan keterbatasan ketiga model tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Perbandingan Diagram dan Deskripsi
Tiga Model Pembelajaran Terpadu
Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan
Model
Keterhubungan
(connected)
Model jaring laba-laba
(Webbed)
Menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain, ide yang satu dengan ide yang lain tetapi masih dalam lingkup satu bidang studi misalnya IPA atau IPS
Dimulai dengan menentukan tema yang kemudian dikembangkan subtemanya dengan
Peserta didik akan lebih mudah menemukan keterkaitan
karena masih dalam lingkup satu bidang studi
Tema yang familiar membuat motivasi belajar meningkat
Model ini kurang menampakkan keterkaitan interdisiplin
Sulit menemukan tema
8
Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan
memperhatikan kaitannya dengan disiplin ilmu atau bidang studi lain
Memberikan pengalaman berpikir serta bekerja interdisipliner
Model
Keterpaduan
(integrated)
Dimulai dengan identifikasi
konsep, keterampilan, sikap yang overlap pada beberapa disiplin ilmu atau beberapa bidang studi. Tema berfungsi sebagai konteks pembelajaran
Hubungan antarbidang studi jelas terlihat melalui kegiatan belajar
Fokus terhadap kegiatan
belajar, terkadang mengabaikan target penguasaan konsep
Menuntut wawasan yang luas dari guru
Sumber: Rustaman et al, 2003: 122 dan Fogarty, 1991: xv
2. Kekuatan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu
Walaupun standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA dikembangkan dalam bidang kajian, pada tingkat pelaksanaan guru memiliki keleluasaan dalam membelajarkan peserta didiknya untuk mencapai kompetensi tersebut. Salah satu contoh yang akan dikembangkan dalam model ini adalah guru dapat mengidentifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dekat dan relevan untuk dikemas dalam satu tema dan disajikan dalam kegiatan pembelajaran yang terpadu. Yang perlu dicatat ialah pemaduan kegiatan dalam bentuk tema sebaiknya dilakukan pada jenjang kelas yang sama dan masih dalam lingkup IPA sehingga memudahkan untuk penilaian.
Kekuatan/manfaat yang dapat dipetik melalui pelaksanaan pembelajaran terpadu antara lain sebagai berikut.
(a) Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan waktu, karena ketiga bidang kajian tersebut (Energi dan perubahannya, Materi dan sifatnya, dan Makhluk hidup dan proses kehidupan) dapat dibelajarkan sekaligus. Tumpang tindih materi juga dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
(b) Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antarkonsep Energi dan perubahannya, Materi dan sifatnya, dan Makhluk hidup dan proses kehidupan.
(c) Meningkatkan taraf kecakapan berpikir peserta didik, karena peserta didik dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika menghadapi situasi pembelajaran.
(d) Pembelajaran terpadu menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA.
(e) Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan.
9
(f) Pembelajaran terpadu membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait, sehingga pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam, dan memudahkan memahami hubungan materi IPA dari satu konteks ke konteks lainnya.
(g) Akan terjadi peningkatan kerja sama antarguru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan narasumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.
Di samping kekuatan/manfaat yang dikemukakan itu, model pembelajaran IPA Terpadu juga memiliki kelemahan. Perlu disadari, bahwa sebenarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk semua konsep, oleh karena itu model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang akan diajarkan. Begitu pula dengan pembelajaran terpadu dalam IPA memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut ini.
(a) Aspek Guru: berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi, bersedia mengembangkan diri untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja.
(b) Aspek peserta didik: Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan pada kemampuan analitik
(mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali).
(c) Aspek sarana dan sumber pembelajaran: Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, termasuk juga fasilitas internet untuk menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Semua ini dapat diatasi karena internet mudah diakses dan warnet mudah ditemukan.
(d) Aspek kurikulum: Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru mempunyai kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
(e) Aspek penilaian: Pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), dalam menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dengan penilaian yang bervariasi serta berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
10
Sekalipun pembelajaran terpadu mengandung beberapa kelemahan selain keunggulannya, sebagai sebuah bentuk inovasi dalam implementasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar perlu dikembangkan lebih lanjut. Untuk mengurangi kelemahan-kelemahan di atas, perlu dibahas bersama antara guru bidang kajian terkait dengan sikap terbuka. Kesemuanya ini ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pembelajaran IPA.
2. Pemaduan Konsep Dalam Pembelajaran IPA
Salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri atas beberapa bidang kajian adalah menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan peserta didik mendapat pengalaman belajar yang dapat menghubungkaitkan konsep- konsep dari berbagai bidang kajian. Pengertian terpadu di sini mengandung makna menghubungkan IPA dengan berbagai bidang kajian (Carin 1997;236). Lintas bidang kajian dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu seperti makhluk hidup dan proses kehidupan, energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, geologi, dan astronomi. Sebenarnya IPA dapat juga dipadukan dengan bidang kajian lain di luar bidang kajian IPA dan hal ini lebih sesuai untuk jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Mengingat pembahasan materi IPA pada tingkat lebih tinggi semakin luas dan mendalam, maka pada jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, akan lebih baik bila keterpaduan dibatasi pada bidang kajian yang termasuk bidang kajian IPA saja. Hal ini dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yang terlibat, yang akan membuka peluang timbulnya kesulitan dalam pembelajaran dan penilaian, mengingat semakin tinggi jenjang pendidikan, maka semakin dalam dan luas pula pemahaman konsep yang harus diserap oleh peserta didik.
Pembelajaran terpadu diawali dengan penentuan TEMA, karena penentuan tema akan membantu peserta didik dalam beberapa aspek yaitu:
(a) peserta didik yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri;
(b) peserta didik menjadi lebih percaya diri dan termotivas dalam belajar bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya;
(c) peserta didik lebih memahami dan lebih mudah mengingat karena mereka
‘mendengar’, ‘berbicara’, ‘membaca’, ‘menulis’ dan ‘melakukan’
kegiatan menyelidiki masalah yang sedang dipelajarinya;
(d) memperkuat kemampuan berbahasa peserta didik;
(e) belajar akan lebih baik bila peserta didik terlibat secara aktif melalui tugas proyek, kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru, dan dunia nyata.
Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan pembelajaran terpadu dalam IPA, sebaiknya memilih tema yang menghubungkaitkan antara IPA–lingkungan- teknologi-masyarakat.
Berikut ini diberikan contoh pembelajaran IPA Terpadu dengan tema yang bernuansa IPA-lingkungan-teknologi-masyarakat.
11
Contoh 1:
Pengaruh asap rokok terhadap lingkungan
(pencemaran udara)
Pengaruh bahan kimia dalam kehidupan sehari- hari
Lingkungan Materi dan sifatnya
Rokok
Perokok aktif
Pengaruh rokok bagi kesehatan
Gangguan pada sistem pernapasan
Perokok pasif
Kesehatan Makhluk hidup dan
proses kehidupan
Gambar 2.1. Jaringan tema rokok
Contoh 2:
Matahari sebagai sumber energi
Aliran Energi
ENERGI
Hukum Kekekalan Energi
Perubahan bentuk energi di alam
Gambar 2.2 Jaringan Tema Energi
Contoh 3:
Pembakaran bahan-bahan fosil
Penebangan pohon Pelapukan
12
Proses-proses Yang Terjadi di Lapisan Biosfer
Penipisan Ozon
Efek Rumah Kaca
Pemanasan Global
Gambar 2.3 Jaringan Tema Proses-proses Yang Terjadi di Lapisan Biosfer
13
BAB III
STARTEGI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU
A. PERENCANAAN
Secara konseptual yang dimaksud terpadu pada pengembangan pembelajaran IPA dapat berupa contoh, aplikasi, pemahaman, analisis, dan evaluasi dalam mata pelajaran IPA.
Konsep-konsep yang dapat dipadukan pada semester yang berlainan pembelajarannya dapat dilaksanakan pada semester yang sama (tertentu) dengan tidak meninggalkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada semester lainnya. Sebaiknya tidak memadukan standar komnpetensi dan kompetensi dasar karena akan menyulitkan dalam penilaian.
Keberhasilan pembelajaran terpadu akan lebih optimal jika perencanaan mempertimbangkan kondisi dan potensi peserta didik (minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan). Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik sudah tercantum dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA.
Ada berbagai model dalam mengembangkan pembelajaran IPA Terpadu yang dapat dilihat pada alur penyusunan perencanaan pembelajaran terpadu berikut ini:
Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan
Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema atau topik pemersatu
Mempelajari Standar kompetensi dan kompetensi dasar bidang kajian
Merumuskan indikator pembelajaran terpadu
Memilih/menetapkan tema atau topik pemersatu
Menyusun silabus pembelajaran terpadu
Memetakan KD dan tema pemersatu
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran terpadu
Gambar 3.1 Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu
14
Langkah (1):
Menetapkan bidang kajian yang akan dipadukan. Pada saat menetapkan beberapa bidang kajian yang akan dipadukan sebaiknya sudah disertai dengan alasan atau rasional yang berkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar oleh peserta didik dan kebermaknaan belajar. Contoh lihat lampiran.
Langkah (2):
Langkah berikutnya dalam pengembangan model pembelajaran terpadu adalah mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar dari bidang kajian yang akan dipadukan dan melakukan pemetaan pada semua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar bidang kajian IPA per kelas yang dapat dipadukan. Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh. Contoh lihat lempiran.
Beberapa ketentuan dalam pemetaan Kompetensi Dasar dalam pengembangan model pembelajaran IPA terpadu adalah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasikan beberapa Kompetensi Dasar dalam berbagai Standar
Kompetensi yang memiliki potensi untuk dipadukan.
b. Beberapa Kompetensi Dasar yang tidak berpotensi dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan dalam pembelajaran. Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan/disajikan secara tersendiri.
c. Kompetensi Dasar dipetakan tidak harus berasal dari semua Standar Kompetensi yang ada pada mata pelajaran IPA pada kelas yang sama, melainkan memungkinkan hanya dua atau tiga Kompetensi Dasar saja.
d. Kompetensi Dasar yang sudah dipetakan dalam satu topik/tema masih bisa dipetakan dengan topik/tema lainnya.
Langkah (3):
Setelah pemetaan Kompetensi Dasar selesai, langkah selanjutnya dilakukan penentuan tema pemersatu antar-Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Tema yang dipilih harus relevan dengan Kompetensi Dasar yang telah dipetakan dan dapat dirumuskan dengan melihat isu-isu yang terkini, misalnya penyakit demam berdarah, HIV/AIDS, dan lainnya, kemudian baru dilihat koneksitasnya dengan kompetensi dasar dari berbagai bidang kajian IPA. Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran IPA pada satu tingkatan kelas terdapat beberapa topik yang akan dibahas. Contoh lihat lampiran
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan topik/tema pada pembelajaran IPA Terpadu antara lain meliputi hal-hal berikut.
a. Tema, dalam pembelajaran IPA Terpadu, merupakan perekat antar- Kompetensi Dasar yang terdapat dalam bidang kajian IPA.
b. Tema yang ditentukan selain relevan dengan Kompetensi-kompetensi Dasar yang terdapat dalam satu tingkatan kelas, juga sebaiknya relevan dengan pengalaman pribadi peserta didik, dalam arti sesuai dengan keadaan lingkungan setempat.
c. Dalam menentukan topik, isu sentral yang sedang berkembang saat ini, dapat menjadi prioritas yang dipilih dengan tidak mengabaikan keterkaitan antar- Kompetensi Dasar pada bidang kajian yang telah dipetakan.
15
Langkah (4):
Membuat matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema/topik pemersatu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan kaitan antara tema/topik dengan kompetensi dasar yang dapat dipadukan. Contoh lihat lampiran.
Langkah (5):
Setelah membuat matriks keterhubungan kompetensi dasar dan tema pemersatu, maka Kompetensi-kompetensi Dasar tersebut dijabarkan ke dalam indikator pencapaian hasil belajar yang nantinya digunakan untuk penyusunan silabus. Contoh lihat lampiran.
Langkah (6):
Menyusun silabus pembelajaran IPA terpadu, dikembangkan dari berbagai indikator bidang kajian IPA menjadi beberapa kegiatan pembelajaran yang konsep keterpaduan atau keterkaitan menyatu antara beberapa bidang kajian IPA. Komponen penyusunan silabus terdiri dari Standar Kompetensi IPA, Kompetensi Dasar, Indikator, Kegiatan Pembelajaran, Alokasi Waktu, Penilaian, dan Sumber Belajar. Contoh lihat lampiran.
Langkah (7):
Setelah teridentifikasi peta Kompetensi Dasar dan tema yang terpadu, selanjutnya adalah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran. Pada pembelajaran IPA Terpadu, sesuai dengan Standar Isi, keterpaduan terletak pada strategi pembelajaran. Hal ini disebabkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar telah ditentukan dalam Standar Isi.
Rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut merupakan realisasi dari pengalaman belajar peserta didik yang telah ditentukan pada silabus pembelajaran terpadu. Komponennya terdiri atas: identitas mata pelajaran, Kompetensi Dasar yang hendak dicapai, materi pokok beserta uraiannya, langkah pembelajaran, alat media yang digunakan, penilaian dan tindak lanjut, serta sumber bahan yang digunakan. Contoh lihat lampiran.
B. MODEL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Model pembelajaran dalam hal ini adalah menjabarkan silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran terpadu, dikemas dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup/tindak lanjut.
1. Kegiatan Awal/Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan peserta didik pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran terpadu. Fungsinya terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif, yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisiensi waktu dalam kegiatan awal ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia relatif singkat yaitu antara 5-10 menit. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut, diharapkan guru dapat
16
menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik sehingga peserta didik siap mengikuti pembelajaran dengan seksama.
Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam pendahuluan pembelajaran ini di antaranya untuk menciptakan kondisi-kondisi awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi (apperception), dan penilaian awal (pre-test). Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara: mengecek atau memeriksa kehadiran peserta didik (presence, attendance), menumbuhkan kesiapan belajar peserta didik (readiness), menciptakan suasana belajar yang demokratis, membangkitkan motivasi belajar peserta didik, dan membangkitkan perhatian peserta didik. Melaksanakan apersepsi (apperception) dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban peserta didik, dilanjutkan dengan mengulas materi pelajaran yang akan dibahas. Melaksanakan penilaian awal dapat dilakukan dengan cara lisan pada beberapa peserta didik yang dianggap mewakili seluruh peserta didik, bisa juga penilaian awal ini dalam prosesnya dipadukan dengan kegiatan apersepsi.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran terpadu yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar peserta didik
(learning experience). Pengalaman belajar dapat terjadi melalui kegiatan tatap muka dan kegiatan non-tatap muka. Kegiatan tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang peserta didik dapat berinteraksi langsung dengan guru maupun dengan peserta didik lainnya. Kegiatan nontatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik dengan sumber belajar lain di luar kelas atau di luar sekolah.
Kegiatan inti pembelajaran terpadu bersifat situasional, yakni disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran terpadu, di antaranya adalah sebagai berikut ini.
a) Kegiatan yang paling awal: Guru memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik beserta garis besar materi yang akan disampaikan. Cara yang paling praktis adalah menuliskannya di papan tulis dengan penjelasan secara lisan mengenai pentingnya kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik tersebut.
b) Alternatif kegiatan belajar yang akan dialami peserta didik. Guru menyampaikan kepada peserta didik kegiatan belajar yang harus ditempuh peserta didik dalam mempelajari tema atau topik yang telah ditentukan. Kegiatan belajar hendaknya lebih mengutamakan aktivitas peserta didik, atau berorientasi pada aktivitas peserta didik. Guru sebagai fasilitator memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk belajar. Peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri apa yang dipelajarinya. Prinsip
17
belajar sesuai dengan ’konstruktivisme’ hendaknya dilaksanakan dalam pembelajaran terpadu
Dalam membahas dan menyajikan materi/bahan ajar terpadu, pembalajaran harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku peserta didik, penyajian dan perubahan konsep harus dilakukan secara terpadu melalui penghubungan konsep di bidang kajian yang satu dengan konsep di bidang kajian lainnya. Guru harus berupaya untuk menyajikan bahan ajar dengan strategi mengajar yang bervariasi, yang mendorong peserta didik pada upaya penemuan pengetahuan baru, melalui pembelajaran yang bersifat perorangan, kelompok, dan klasikal.
3. Kegiatan Akhir/Penutup dan tindak lanjut
Kegiatan akhir dalam pembelajaran terpadu tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar peserta didik dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh berdasarkan pada proses dan hasil belajar peserta didik. Waktu yang tersedia untuk kegiatan ini relatif singkat, oleh karena itu guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu seefisien mungkin. Secara umum kegiatan akhir dan tindak lanjut dalam pembelajaran terpadu di antaranya:
a) Mengajak peserta didik untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan.
b) Melaksanakan tindak lanjut pembelajaran dengan pemberian tugas atau latihan yang harus dikerjakan di rumah sebagai penerapan dan perluasan materi yang telah dipelajari, menjelaskan kembali bahan yang dianggap sulit oleh peserta didik, membaca materi pelajaran tertentu, memberikan motivasi atau bimbingan belajar.
c) Mengemukakan topik yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. d) Memberikan evaluasi lisan atau tertulis.
C. PENILAIAN
Objek dalam penilaian pembelajaran terpadu mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik. Dalam penilaian proses belajar upaya pemberian nilai terhadap kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru dan peserta didik, sedangkan dalam penilaian hasil belajar proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai dengan menggunakan kriteria tertentu. Hasil belajar tersebut pada hakikatnya merupakan pencapaian kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi tersebut dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat dilakukan, diukur, dan diamati. Penilaian proses dan hasil belajar itu saling berkaitan satu dengan lainnya, hasil belajar merupakan akibat dari suatu proses belajar.
Penilaian yang dikembangkan mencakup teknik, bentuk dan instrumen yang digunakan terdapat pada lampiran. Model penilaian ini disesuaikan dengan penilaian berbasis kelas pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Objek penilaian mencakup penilaian terhadap proses dan hasil belajar peserta didik.
18
1. Teknik Penilaian
Teknik penilaian merupakan cara yang digunakan dalam melaksanakan penilaian tersebut. Teknik-teknik yang dapat diterapkan untuk jenis tagihan tes meliputi: (1) Kuis dan (2) Tes Harian.
Untuk jenis tagihan nontes, teknik-teknik penilaian yang dapat diterapkan adalah: (1) observasi, (2) angket, (3) wawancara,(4) tugas, (5) proyek, dan
(6) portofolio.
2. Bentuk Instrumen
Bentuk instrumen merupakan alat yang digunakan dalam melakukan penilaian/pengukuran/evaluasi terhadap pencapaian kompetensi peserta didik. Bentuk-bentuk instrumen yang dikelompokkan menurut jenis tagihan dan teknik penilaian adalah:
Tes: isian, benar-salah, menjodohkan, pilihan ganda, uraian, dan unjuk kerja
Nontes: panduan dan lembar/format rambu-rambu observasi, kuesioner, rambu-rambu wawancara, dan rubrik.
3. Instrumen
Instrumen merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi untuk mengukur tingkat ketercapaian kompetensi atau pencapaian kompetensi.
Apabila penilaian menggunakan tehnik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja dan tugas rumah yang berupa proyek, harus disertai rubrik penilaian.
Jenis penilaian terpadu terdiri atas tes dan bukan tes. Sistem penilaian dengan menggunakan tes merupakan sistem penilaian konvensional. Sistem ini kurang dapat menggambarkan kemampuan peserta didik secara menyeluruh, sebab hasil belajar digambarkan dalam bentuk angka yang gambaran maknanya sangat abstrak. Oleh karena itu untuk melengkapi gambaran kemajuan belajar secara menyeluruh maka dilengkapi dengan non-tes, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
19
PENILAIAN
Non tes
Pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai
Tes
Tes lisan Tes tertulis Tes perbuatan
Skala sikap
Daftar periksa
Kuesioner
Catatan anekdot
Portofolio
Catatan sekolah
Tes tertulis/ uraian
Tertutup/ terbatas/ terstruktur
Bebas terbuka
Tes tertulis/
objektif
Pilihan ganda
Benar salah
Menjodohkan
Isian singkat
Isian panjang
Isian khusus
Gambar 3.2 Model penilaian pembelajaran terpadu
Guru dapat mempraktikkan beberapa teknik penilaian, baik yang termasuk dalam ranah kognitif, afektik, maupun psikomotor. Tugas berupa laporan baik secara individu maupun kelompok sebaiknya berupa tugas aplikasi, misalnya merupakan hasil pengamatan di luar kelas. Dapat pula berupa tugas sintesis dan evaluasi, misalnya tugas pemecahan masalah lingkungan dan usulan cara penanggulangannya. Melalui penugasan ini maka kemampuan berpikir dan kepekaan peserta didik akan terasah.
Untuk keperluan pelaporan hasil penilaian guru dapat memberikan bobot bagi setiap tugas yang diberikan tergantung pada pertimbangan guru sesuai dengan karakteristik tugas, baik tes maupun nontes. Penilaian untuk pelaporan mengacu pada pedoman penilaian. Oleh karena keterpaduan pembelajaran IPA meliputi bidang kajian energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, makhluk hidup dan proses kehidupan, maka dalam pelaporan hasil penilaian tidak menjadi masalah. Ketiganya akan dipadukan menjadi nilai bidang kajian IPA .
20
BAB IV
IMPLIKASI PEMBELAJARAN IPA TERPADU
Sesuatu yang baru diperkenalkan atau merupakan inovasi tentu tidak mudah untuk dilaksanakan, karena memerlukan penyesuaian diri dan kemauan untuk beradaptasi. Begitu pula dengan pembelajaran IPA Terpadu. Pembelajaran terpadu biasa dilakukan jenjang pendidikan usia dini dan/atau di Sekolah Dasar, namun tidak menutup kemungkinan untuk diterapkan di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu jenjang SMP/MTs dan SMA/MA. Hasil uji coba menunjukkan bahwa pembelajaran terpadu dapat dilaksanakan.
A. Guru
Pembelajaran IPA Terpadu merupakan pendekatan yang mencoba menggabungkan antara berbagai bidang kajian IPA, yaitu fisika, kimia, dan biologi, maka dalam pelaksanaannya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan. Hal ini memberikan implikasi terhadap guru yang mengajar di kelas.
Di sekolah pada umumnya guru-guru yang tersedia terdiri atas guru-guru disiplin ilmu seperti fisika, kimia, dan biologi. Guru dengan latar belakang tersebut tentunya sulit untuk beradaptasi ke dalam pengintegrasian bidang kajian IPA, karena mereka yang memiliki latar belakang fisika tidak memiliki kemampuan yang optimal pada Kimia dan Biologi, begitu pula sebaliknya. Di samping itu, pembelajaran IPA juga menimbulkan konsekuensi terhadap berkurangnya beban jam pelajaran yang diemban guru-guru yang tercakup ke dalam bidang kajian IPA, sementara ketentuan yang berkaitan dengan kewajiban atas beban jam mengajar untuk setiap guru masih tetap.
Untuk itu, dalam pembelajaran IPA terpadu dapat dilakukan dengan dua cara, yakni: (a) team teaching, dan (b) guru tunggal. Hal tersebut disesuaikan dengan keadaan guru dan kebijakan sekolah masing-masing.
1. Team Teaching
Pembelajaran terpadu dalam hal ini diajarkan dengan cara team teaching; satu topik pembelajaran dilakukan oleh lebih dari satu orang guru. Setiap guru memiliki tugas masing-masing sesuai dengan keahlian dan kesepakatan. Kelebihan sistem ini antara lain adalah: (1) pencapaian KD pada setiap topik efektif karena dalam tim terdiri atas beberapa guru yang ahli dalam masing- masing bidang kajian (Fisiska dan Biologi), (2) pengalaman dan pemahaman peserta didik lebih kaya daripada dilakukan oleh satu orang guru karena dalam satu tim dapat mengungkapkan berbagai konsep dan pengalaman, dan
(3) peserta didik akan lebih cepat memahami karena diskusi akan berjalan dengan nara sumber dari berbagai disiplin ilmu.
Kelemahan dari sistem ini antara lain adalah jika tidak ada koordinasi, maka setiap guru dalam tim akan saling mengandalkan sehingga pencapaian KD tidak akan terpenuhi. Selanjutnya, jika kurang persiapan, penampilan di kelas akan tersendat-sendat karena skenario tidak berjalan dengan semestinya, sehingga para guru tidak tahu apa yang akan dilakukan di dalam kelas.
21
Untuk itu maka diperlukan beberapa langkah seperti berikut.
(a) Dilakukan penelaahan untuk memastikan berapa KD dan SK yang harus dicapai dalam satu topik pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan berapa guru bidang studi IPA yang dapat dilibatkan dalam pembelajaran pada topik tersebut.
(b) Setiap guru bertanggung jawab atas tercapainya KD yang termasuk dalam SK yang ia mampu, seperti misalnya SK-1 oleh guru dengan latar belakang biologi, SK-2 oleh guru dengan latar belakang fisika, dan seterusnya.
(c) Disusun skenario pembelajaran dengan melibatkan semua guru yang termasuk ke dalam topik yang bersangkutan, sebagai koordinator dipilih sesuai dengan presentase materi tertinggi/terbanyak sehingga setiap anggota memahami apa yang harus dikerjakan dalam pembelajaran tersebut.
(d) Sebaiknya dilakukan simulasi terlebih dahulu jika pembelajaran dengan sistem ini merupakan hal yang baru, sehingga tidak terjadi kecanggungan di dalam kelas.
(e) Evaluasi menjadi tanggung jawab guru koordinator sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dicapai, sehingga nilai dari setiap Kompetensi Dasar dan Standar Kompetensi menjadi nilai mata pelajaran IPA, sedangkan guru yang lain diharapkan memberikan soal.
(f) Remedial menjadi tanggung jawab masing-masing guru sesuai dengan nilai yang diperoleh.
Dalam bab sebelumnya telah diuraikan, bahwa yang terpenting adalah kerja sama antarguru IPA yang ada di suatu sekolah dalam membuat perencanaan pembelajaran, mulai dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran hingga kesepakatan dalam bentuk penilaian. Bila hal ini dapat dilaksanakan, maka pembelajaran terpadu dapat meningkatkan kerja sama antar guru IPA, baik yang ada di sekolah maupun dalam lingkup MGMP. Kerja sama ini meliputi saling mempelajari materi dari bidang kajian yang lain. Selain meningkatkan kerja sama, pembelajaran terpadu juga meningkatkan keharusan bagi guru untuk memperluas wawasan pengetahuannya.
2. Guru Tunggal
Pembelajaran IPA dengan satu orang guru merupakan hal yang ideal dilakukan. Hal ini disebabkan: (1) IPA merupakan satu mata pelajaran, (2) guru dapat merancang skenario pembelajaran sesuai dengan topik yang ia kembangkan tanpa konsolidasi terlebih dahulu dengan guru yang lain, dan (3) oleh karena tanggung jawab dipikul seorang diri, maka potensi untuk saling mengandalkan tidak akan muncul.
Namun demikian, terdapat beberapa kelemahan dalam pembelajaran IPA terpadu yang dilakukan oleh guru tunggal, yakni: (1) oleh karena mata pelajaran IPA terpadu merupakan hal yang baru, sedangkan guru-guru yang tersedia merupakan guru bidang studi sehingga sangat sulit untuk melakukan
22
penggabungan terhadap berbagai bidang studi tersebut, (2) seorang guru bidang studi fisika tidak menguasai secara mendalam tentang kimia dan biologi sehingga dalam pembelajaran IPA terpadu akan didominasi oleh bidang studi yang selama ini diajarkannya (sesuai dengan latar belakangnya), serta (3) jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.
Untuk tercapainya pembelajaran IPA Terpadu yang dilakukan oleh guru tunggal tersebut, maka dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut.
(a) Guru-guru yang tercakup ke dalam mata pelajaran IPA diberikan pelatihan bidang-bidang studi di luar bidang keahliannya, seperti guru bidang studi Fisika diberikan pelatihan tentang bidang studi Kimia dan Biologi.
(b) Koordinasi antarbidang studi yang tercakup dalam mata pelajaran IPA tetap dilakukan, untuk mereviu apakah skenario yang disusun sudah dapat memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan bidang studi di luar yang ia mampu.
(c) Disusun skenario dengan metode pembelajaran yang inovatif dan memunculkan nalar para peserta didik sehingga guru tidak terjebak ke dalam pemaparan yang parsial bidang studi.
(d) Persiapan pembelajaran disusun dengan matang sesuai dengan target pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan topik yang dihasilkan dari pemetaan yang telah dilakukan.
Pembelajaran terpadu oleh guru tunggal dapat memperkecil masalah pelaksanaannya yang menyangkut jadwal pelajaran. Secara teknis, pengaturannya dapat dilakukan sejak awal semester atau awal tahun pelajaran. Hal yang perlu dihindarkan adalah pembahasan materi yang tidak seimbang karena wawasan pengetahuan tentang materi pelajaran yang lain kurang memadai. Hal utama yang harus dilakukan guru adalah memahami model pembelajaran terpadu secara konseptual maupun praktikal.
B. Peserta didik
Dilihat dari aspek peserta didik, pembelajaran IPA Terpadu memiliki peluang untuk pengembangan kreativitas akademik. Hal ini disebabkan model ini menekankan pada pengembangan kemampuan analitik terhadap konsep-konsep yang dipadukan, karena dapat mengembangkan kemampuan sintesis konsep dan aplikasi konsep, kemampuan asosiatif, serta kemampuan eksploratif dan elaboratif.
Selain itu, model pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa indikator dan Kompetensi Dasar. Dengan mempergunakan model pembelajaran IPA Terpadu, secara psikologik, peserta
23
didik digiring berpikir secara luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan-hubungan konseptual yang disajikan guru. Selanjutnya, peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistemik, dan analitik. Dengan demikian, pembelajaran model ini menuntun kemampuan belajar peserta didik lebih baik, baik dalam aspek intelegensi maupun kreativitas. Pembelajaran terpadu perlu dilakukan dengan variasi metode yang tidak membosankan. Aktivitas pembelajaran harus lebih banyak berpusat pada peserta didik agar dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.
C. Bahan Ajar
Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran termasuk dalam pembelajaran terpadu. Oleh karena pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam ilmu alam maka pembelajaran ini memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensif dibandingkan dengan pembelajaran monolitik. Dalam satu topik pembelajaran, diperlukan sejumlah sumber belajar yang sesuai dengan jumlah Standar Kompetensi yang merupakan jumlah bidang kajian yang tercakup di dalamnya.
Sumber belajar utama yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA Terpadu dapat berbentuk teks tertulis seperti buku, majalah, brosur, surat kabar, poster dan informasi lepas, atau berupa lingkungan sekitar seperti: lingkungan alam, lingkungan sosial sehari-hari. Seorang guru yang akan menyusun materi perlu mengumpulkan dan mempersiapkan bahan kepustakaan atau rujukan (buku dan pedoman yang berkaitan dan sesuai) untuk menyusun dan mengembangkan silabus. Pencarian informasi ini, sebenarnya dapat pula memanfaatkan perangkat teknologi informasi mutakhir seperti multimedia dan internet. Aktivitas peserta didik dalam penugasan dapat memberi nilai tambah yang menguntungkan.
Bahan yang akan digunakan dapat berbentuk buku sumber utama atau buku penunjang lainnya. Di samping itu, bahan bacaan penunjang seperti jurnal, hasil penelitian, majalah, koran, brosur, serta alat pembelajaran yang terkait dengan indikator dan Kompetensi Dasar ditetapkan. Sebagai bahan penunjang, dapat juga digunakan disket, kaset, atau CD yang berkaitan dengan bahan yang akan dipadukan. Guru, dalam hal ini, dituntut untuk rajin dan kreatif mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembelajaran. Keberhasilan seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran terpadu tergantung pada wawasan, pengetahuan, pemahaman, dan tingkat kreativitasnya dalam mengelola bahan ajar. Semakin lengkap bahan yang terkumpulkan dan semakin luas wawasan dan pemahaman guru terhadap materi tersebut maka berkecenderungan akan semakin baik pembelajaran yang dilaksanakan.
Bahan yang sudah terkumpul selanjutnya dipilah, dikelompokkan, dan disusun ke dalam indikator dari Kompetensi Dasar. Setelah bahan-bahan yang diperlukan terkumpul secara memadai, seorang guru selanjutnya perlu mempelajari secara cermat dan mendalam tentang isi bahan ajar yang berkaitan dengan langkah kegiatan berikutnya.
24
D. Sarana dan Prasarana
Dalam pembelajaran IPA terpadu diperlukan berbagai sarana dan prasarana pembelajaran yang pada dasarnya relatif sama dengan pembelajaran yang lainnya, hanya saja ia memiliki kekhasan tersendiri dalam beberapa hal. Dalam pembelajaran IPA Terpadu, guru harus memilih secara jeli media yang akan digunakan, dalam hal ini media tersebut harus memiliki kegunaan yang dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang studi yang terkait dan tentu saja terpadu. Karena digunakan untuk pembelajaran konsep yang direkatkan oleh tema, maka penggunaan sarana pembelajaran dapat lebih efisien jika dibandingkan dengan pemisahan bidang kajian.
Namun demikian, dalam pembelajaran ini tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan sarana yang relatif lebih banyak dari pembelajaran monolitik. Hal ini disebabkan untuk memberikan pengalaman yang terpadu, peserta didik harus diberikan ilustrasi dan demonstrasi yang komprehensif untuk satu topik tertentu. Guru dalam pembelajaran ini diharapkan dapat mengoptimalkan sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA Terpadu.
25
LAMPIRAN PETA STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR IPA TERPADU
A. PETA STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR YANG BERPOTENSI IPA TERPADU
Kelas VII Semester 1
Fisika Kimia Biologi Tema
STANDAR KOMPETENSI: 3
Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi Dasar: 3.1
Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
Kompetensi Dasar: 4.1
Membandingkan sifat fisika dan sifat kimia zat
Wujud Zat dan
Kelarutan
-
STANDAR KOMPETENSI: 3
Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi Dasar: 3.4
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
Kompetensi Dasar: 4.2
Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia
Kompetensi Dasar: 4.4
Mengidentifikasi terjadinya reaksi kimia melalui percobaan sederhana
Suhu, Kalor, dan
Penyulingan
-
26
Kelas VIII Semester 1
Fisika Kimia Biologi Tema
- STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan
Kompetensi Dasar: 4.3
Mendeskripsikan bahan kimia alami dan buatan dalam kemasan yang terdapat dalam bahan makanan
STANDAR KOMPETENSI: 4
- Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan
Kompetensi Dasar: 4.5
Menghindarkan diri dari pengaruh zat adiktif dan psikotropika.
STANDAR KOMPETENSI: 1
Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia
Kompetensi Dasar: 1.4
Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
STANDAR KOMPETENSI: 1
Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia
Kompetensi Dasar: 1.5
Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
Bahan Kimia dalam
Makanan
Rokok dan Kesehatan
27
LAMPIRAN PETA STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR IPA TERPADU
B. PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI, KOMPETENSI DASAR, DAN INDIKATOR IPA TERPADU
Kelas VII Semester 1
Fisika Kimia Biologi Tema indikator
Mengamati terjadinya
STANDAR KOMPETENSI: 3
Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi Dasar: 3.1
Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
Kompetensi Dasar: 4.1
Membandingkan sifat fisika dan sifat kimia zat
Wujud Zat dan
Kelarutan
-
perubahan wujud suatu zat
Menggambarkan susunan dan gerak partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran
Menentukan titik didih, titik leleh dan titik beku bahan- bahan materi dan sifatnya di rumah tangga berdasarkan data percobaan.
Menunjukkan perbedaan antara titik didih dan titik leleh.
Menyebutkan faktor- faktor yang mempengaruhi kelarutan zat berdasarkan data percobaan.
Menjelaskan variabel kontrol dan variabel
28
Fisika Kimia Biologi Tema indikator
manipulasi dalam proses pelarutan
29
Fisika Kimia Biologi Tema indikator
Menunjukkan pengaruh
STANDAR KOMPETENSI: 3
Memahami wujud zat dan perubahannya
Kompetensi Dasar: 3.4
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
Kompetensi Dasar: 4.2
Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia
Kompetensi Dasar: 4.4
Mengidentifikasi terjadinya reaksi kimia melalui percobaan sederhana
Suhu, Kalor, dan
Penyulingan
kalor terhadap:
- perubahan suhu benda
- perubahan wujud zat
Menyebutkan:
faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan
Menentukan banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat
Menentukan banyaknya kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih
dan melebur
Menerapkan hubungan
Q = m. C . ∆t;
Q = m. U dan
Q = m. L untuk memecahkan masalah sederhana
Merancang dan membuat peralatan sederhana yang memanfaatkan prinsip kalor *)
Menerapkan azas Black untuk menyelesaikan masalah sehubungan dengan kalor *)
Mengidentifikasi pemisahan
30campuran,
berdasarkan ukuran partikel dan titik didih.
Kelas VIII Semester 1
Fisika Kimia Biologi Tema Indikator
Mengidentifikasi
- STANDAR KOMPETENSI: 4
Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan
Kompetensi Dasar: 4.3
Mendeskripsikan bahan kimia alami dan buatan dalam kemasan yang terdapat dalam bahan makanan
STANDAR KOMPETENSI: 1
Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia
Kompetensi Dasar: 1.4
Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
Bahan Kimia dalam
Makanan
contoh bahan-bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap yang terdapat dalam bahan makanan dan minuman kemasan.
Mengidentifikasi contoh bahan-bahan kima buatan yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet, penyedap, dan pengembang) yang terdapat dalam bahan makanan kemasan.
Mendeskripsikan jenis makanan bagi bayi berdasar kandungan zat yang ada di dalamnya
STANDAR KOMPETENSI: 4
- Memahami kegunaan bahan
STANDAR KOMPETENSI: 1
Memahami berbagai
Rokok dan Kesehatan Menjelaskan dampak negatif rokok bagi
31
Fisika Kimia Biologi Tema Indikator
kimia dalam kehidupan
Kompetensi Dasar: 4.5
Menghindarkan diri dari pengaruh zat adiktif dan psikotropika.
sistem dalam kehidupan manusia
Kompetensi Dasar: 1.5
Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
kesehatan, ekonomi, dan sosial.
Menjelaskan cara menghindarkan diri dari rokok Menjelaskan proses inspirasi dan ekspirasi pada proses pernapasan
Mendata contoh kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan yang biasa dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari dan upaya mengatasinya
32
SILABUS PEMBELAJARAN IPA TERPADU
SATUAN PENDIDIKAN : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan Alam
KELAS : VII/1
TEMA : Wujud zat dan kelarutan
Bidang
Kajian
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Indikator Teknik Bentuk Instrumen Contoh
Instrumen
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Energi dan perubah annya
3.1 Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Melakukan percobaan untuk menyelidiki terjadinya perubahan wujud
Mendiskusikan susunan dan gerak partikel pada berbagai perubahan wujud
Mengamati terjadinya perubahan wujud suatu zat
Menggambarkan susunan dan gerak partikel pada berbagai wujud zat
melalui penalaran
Tes unjuk kerja
Tes tulis
Uji petik proses dan produk
Uraian
Rubrik (skala penilaian) Lakukan percobaan tentang terjadinya perubahan wujud zat dan kelarutan zat
Gambarkan susunan partikel zat padat
Berikan contoh penerapan perubahan wujud dalam kehidupan sehari-hari
4 jp Buku IPA
Bahan referensi lainnya
Lingkung- an sekitar
Materi dan sifatnya
4.1 Membanding- kan fisika dan kimia zat
Menganalisis data titik didih, titik leleh dan titik beku beberapa bahan
Menentukan titik didih, titik leleh dan titik
Tes tertulis Uraian Tuliskan perbedaan antara titik didih dengan
33
Bidang
Kajian
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran
Penilaian
Indikator Teknik Bentuk Instrumen Contoh
Instrumen
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
materi dan sifatnya di rumah tangga
Melakukan percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat dan menentukan variabel kontrol dan variabel manipulasinya
beku bahan- bahan materi dan sifatnya di rumah tangga berdasarkan data percobaan.
Menunjukkan perbedaan antara titik didih dan titik leleh.
Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat berdasarkan data percobaan.
Menjelaskan variabel kontrol dan variabel manipulasi dalam proses pelarutan
Tes harian Unjuk kerja
titik leleh Perhatikan data dalam tabel/grafik. Berikan kesimpulan berkenaan
dengan titik didih, titik leleh, dan titik beku
Ukur suhu air di gelas materi dan sifatnya I dan gelas materi dan sifatnya II menggunakan termometer. Apakah terjadi perubahan wujud ketika proses pelarutan.
34
SATUAN PENDIDIKAN : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan Alam
KELAS : VII/1
TEMA : Suhu, Kalor, dan Penyulingan
Bidang
Kajian
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Indikator
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Energi dan perubahan- nya
3.4 Mendeskripsi- kan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapan-nya dalam kehidupan sehari-hari
Melakukan percobaan untuk menyelidiki:
- Pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud zat
- Faktor-faktor yang mempercepat penguapan
- Cara memisahkan campuran
- Cara menjernihkan air
Mendiskusikan:
- Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
- Variabel kontrol, manipulasi
Menunjukkan pengaruh kalor terhadap:
- perubahan suhu benda
- perubahan wujud zat
Menyebutkan:
faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan
Menentukan banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat
Menentukan banyaknya kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur
Menerapkan hubungan Q
= m. C . ∆t;
Q = m. U dan
Q = m. L untuk memecahkan masalah sederhana
Merancang dan
Unjuk
Kerja
Tes tertulis
Uji petik prosedur dan produk
Uraian
Lakukan percobaan pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud zat
Apa hubungan antara titik didih, titik beku, dengan perubahan wujud? Jelaskan!
8 jp Buku IPA
Lingkungan
Sekitar
35
Bidang
Kajian
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Indikator
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
Materi dan sifatnya
4.2 Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia
4.4 Mengidentifi- kasi terjadinya reaksi kimia melalui percobaan sederhana
dalam proses kelarutan
- Pemisahan campuran berdasarkan ukuran partikel dan titik didih
Melakukan percobaan terjadinya reaksi kimia berdasarkan: perubahan warna, perubahan suhu, terbentuknya endapan, dan
membuat peralatan sederhana yang memanfaatkan prinsip kalor *)
Menerapkan azas Black untuk menyelesaikan masalah sehubungan dengan kalor *)
Mengidentifikasi pemisahan campuran, berdasarkan ukuran partikel dan titik didih.
Melakukan percobaan untuk memisahkan
campuran yang sesuai dengan metode yang dipilih (penyaringan, destilasi, penguapan, dan sublimasi).
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan perubahan warna.
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan perubahan suhu
Tes unjuk kerja
Tes unjuk kerja
Tes identifikasi
Unjuk kerja prosedur dan produk
Kelompokkan bahan berikut
(setelah didiskusikan) sesuai dengan: a. ukuran
partikel b. titik didih
Lakukan percobaan terjadinya reaksi kimia
Tuliskan langkah- langkah kerja
36
Bidang
Kajian
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Indikator
terbentuknya gas (reaksi eksoterm dan reaksi endoterm).
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan terbentuknya endapan.
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan terbentuknya gas.
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
yang dilakukan sampaikamu menyimpulkan. Petunjuk apa yang digunakan bahwa itu reaksi kimia?
Alokasi
Waktu
Sumber Belajar
37
SATUAN PENDIDIKAN : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan Alam
KELAS : VIII/1
TEMA : Bahan Kimia Dalam Makanan
Bidang
Kajian
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Indikator
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Materi dan sifatnya
4.3 Mendeskripsikan bahan kimia alami dan bahan kimia buatan dalam kemasan yang terdapat dalam bahan makanan
Mengklasifikasikan bahan kimia dalam makanan dan minuman dalam kemasan
Mengidentifikasi contoh bahan-bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap yang terdapat dalam bahan makanan dan minuman kemasan.
Mengidentifikasi contoh bahan-bahan kima buatan yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet, penyedap, dan pengembang) yang terdapat dalam bahan makanan kemasan.
Tes unjuk kerja
Tes identifikasi
Kelompokkan bahan-bahan makanan kemasan yang mengandung: a. bahan
pengawet b. bahan
penyedap c. bahan
pewarna Catatlah jenis- jenis bahan yang ditambahkan dalam makanan dan minuman kemasan minimal 10!
4 jp Buku IPA
Lingkungan sekitar
38
Bidang
Kajian
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Indikator
Mengidentifikasi bahan kimia dalam kemasan susu bayi dan kaitannya dengan kesehatan
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Uraian
Tes tertulis
Contoh
Instrumen
Kelompokkan bahantersebut termasuk bahan pengawet, penyedap, atau pewarna!
Sebutkan bahan- bahan kimia yang terdapat dalam kemasan makanan ringan, contoh: keripik kentang
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Makhluk hidup dan proses kehidupan
1.4 Mendeskripsi- kan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
Mendeskripsikan jenis makanan bayi berdasar kandungan zat yang ada di dalamnya
Jelaskan efek samping bahan kimia dalam kemasan susu bayi
39
oiSATUAN PENDIDIKAN : SMP/MTs
MATA PELAJARAN : Ilmu Pengetahuan Alam
KELAS : VIII/1
TEMA : Rokok dan Kesehatan
Bidang
Kajian
Kompetensi Dasar Kegiatan Pembelajaran Indikator
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
Alokasi
Waktu
Sumber
Belajar
Materi dan sifatnya
Makhluk hidup dan proses kehidupan
4.5 Menghindarkan diri dari pengaruh zat adiktif dan psikotropika.
1.5 Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya
dengan kesehatan
Menggali informasi dampak negatif rokok dan penyakit pada sistem pernapasan
Menulis artikel atau membuat leaflet tentang cara menghindarkan diri dari asap rokok
Menjelaskan dampak negatif rokok bagi kesehatan, ekonomi, dan sosial.
Menjelaskan cara menghindarkan diri dari rokok
Menjelaskan proses inspirasi dan ekspirasi pada proses pernapasan
Mendata contoh kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan yang biasa dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya
Tugas Tugas rumah
Buatlah kliping atau leaflet tentang bahaya rokok
Carilah informasi tentang bahaya rokok dari iklan-iklan yang dipasang atau ditayangkan di TV
Buat daftarnya secara berurut!
2 jp Buku IPA
Bahan referensi lainnya
40
Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas : VII/1
Tema : Wujud zat dan kelarutan
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran (2 kali pertemuan)
A. Standar Kompetensi:
Energi dan Perubahannya (3) : Memahami wujud zat dan perubahannya
Materi dan sifatnya (4) : Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
B. Kompetensi Dasar dan Contoh Indikator:
Energi dan Perubahannya (3.1):
Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Mengamati terjadinya perubahan wujud suatu zat
Menggambarkan susunan dan gerak partikel pada berbagai wujud zat melalui penalaran
Materi dan sifatnya (4.1):
Membandingkan sifat fisika dan sifat kimia zat
Menentukan titik didih, titik leleh, dan titik beku bahan-bahan materi dan sifatnya di rumah tangga berdasarkan data percobaan.
Menunjukkan perbedaan antara titik didih dan titik leleh.
Menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat berdasarkan data percobaan.
Menjelaskan variabel kontrol dan variabel manipulasi dalam proses pelarutan
C. Tujuan:
Setelah melakukan percobaan tentang wujud zat dan kelarutannya, peserta didik dapat:
1. menggambarkan susunan dan gerak paertikel berbagai wujud zat
2. menentukan titik didih, tiitk leleh, dan titik beku beberapa bahan kimia di rumah tangga
3. menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat
41
D. Pendekatan dan metode pembelajaran :
- Pendekatan : Kontekstual
- Metode : Diskusi kelompok
E. Langkah Pembelajaran:
Pertemuan I: Wujud zat dan kelarutan
Pengetahuan Prasyarat : Kelarutan zat dipengaruhi oleh beberapa faktor
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal Motivasi: Coba perhatikan bila satu sendok gula dimasukkan dalam segelas air dan diaduk! Apa yang terjadi pada gula tadi?
Kegiatan Inti Peserta didik secara berkelompok melakukan kegiatan percobaan perubahan wujud zat
Diskusi kelompok tentang perubahan gerak partikel pada berbagai perubahan wujud
Presentasi hasil kegiatan
Kegiatan Akhir/ Penutup
Guru dan peserta didik bersama-sama membuat rangkuman/kesimpulan dari kegiatan
Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik
Pertemuan II
Prasyarat pengetahuan: Perbedaan titik didih dan titik beku
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal Motivasi: Coba perhatikan apa yang dapat kamu lihat jika ke dalam gelas berisi es batu ini dimasukkan ke teh!
Kegiatan Inti Peserta didik secara berkelompok melakukan percobaan memasak agar-agar
Diskusi kelompok tentang hasil kegiatan memanaskan serbuk agar-agar yang dicampur gula dan air dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhinya
42
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Presentasi hasil kegiatan
Kegiatan Akhir/ Penutup
Guru dan peserta didik bersama-sama membuat rangkuman/kesimpulan dari kegiatan
Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik
G. Lembar Kerja
1. Mengamati perubahan wujud zat
Alat dan bahan:
- gelas, sendok
- air
- garam dapur kasar
- gula batu
- gula merah
- permen (gula-gula)
Langkah kerja:
a. Masukkan bahan-bahan tersebut ke dalam gelas yang berisi air secara terpisah
b. Amati bagaimana perubahan yang terjadi, catat keadaan awal dan keadaan akhir
c. Diskusikan hasil kegiatan dengan kelompok
2. Memasak agar-agar
Alat dan bahan:
- satu bungkus agar-agar
- panci
- kaki tiga
- asbes
- air menurut takaran
43
- pengaduk/sendok
Langkah kerja:
a. Masukkan agar-agar dengan segelas air, amati apa yang terjadi?
b. panaskan sampai mendidih, amati apa yang terjadi?
c. masukkan dalam wadah-wadah yang kecil
d. biarkan sampai dingin/mendingin, apa yang terjadi?
Bahan Diskusi:
1. Termasuk perubahan apakah kegiatan yang kalian lakukan?
2. Buatlah kesimpulan dari kegiatan tersebut!
F. Penilaian
1. Teknik : Tes harian
2. Bentuk Instrumen : Soal Uraian, unjuk kerja (performance)
Rubrik Penilaian (Mengamati Perubahan Wujud zat)
Nama peserta didik: .............................................
No Aspek
1 Ketepatan menggunakan bahan
2 Ketepatan membandingkan bahan dengan pelarut
3 Kerjasama dengan teman sekelompok
4 Berpartisipasi dalam membuat kesimpulan
5 Menghargai pendapat teman
Skor
5 4 3 2 1
44
No Aspek
1 Ketepatan menggunakan alat
2 Ketepatan melarutkan bahan
3 Memasukkan bahan yang sudah dilarutkan dalam wadah yang sesuai
4 Dapat bekerja sama antara teman kelompok
5 Berpartisipasi dalam kerja kelompok
6 Menghargai pendapat teman
7 Dapat menyumbangkan pendapat dan menyimpulkan hasil kegiatan
Skor
5 4 3 2 1
Jumlah Nilai
Nilai = Jumlah skor x 100
Skor maksimal
Uraian:
Jelaskan perbedaan tiitk didih dan tiitk leleh!
Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat!
G. Sumber belajar: buku IPA dan lingkungan sekitar
45
Mata Pelajaran : IPA Satuan Pendidikan : SMP/MTs Kelas/Semester : VII/1
Tema : Suhu, Kalor, dan Penyulingan
Alokasi Waktu : 8 jam pelajaran (4 kali pertemuan)
A. Standar Komptensi:
Energi dan Perubahannya (3) : Memahami wujud zat dan perubahannya
Materi dan sifatnya (4) : Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
B. Komptensi Dasar dan Contoh Indikator: Energi dan Perubahannya (3.4) :
Mendeskripsikan peran kalor dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya dalam kehidupan sehari- hari
Menunjukkan pengaruh kalor terhadap:
- perubahan suhu benda
- perubahan wujud zat
- perubahan ukuran/volume
Menyebutkan faktor-faktor yang dapat mempercepat penguapan
Menentukan banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu zat
Menentukan banyaknya kalor yang dibutuhkan pada saat mendidih dan melebur
Menerapkan hubungan Q = m. C . ∆t;
Q = m. U dan
Q = m. L untuk memecahkan masalah sederhana
Menerapkan azas Black untuk menyelesaikan masalah sehubungan dengan kalor *)
Materi dan Sifatnya: (4.2) :
Melakukan pemisahan campuran dengan beberapa cara berdasarkan sifat fisika dan kimia
46
Mengidentifikasi pemisahan campuran, berdasarkan ukuran partikel dan titik didih.
Melakukan percobaan untuk memisahkan campuran yang sesuai dengan metode yang dipilih (penyaringan, destilasi, penguapan, dan sublimasi).
Materi dan Sifatnya: (4.2):
Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan perubahan warna.
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan perubahan suhu (reaksi eksoterm dan reaksi endoterm).
Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan terbentuknya endapan. Menunjukkan terjadinya reaksi kimia berdasarkan terbentuknya gas.
C. Tujuan :
Setelah melakukan percobaan tentang pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan perubahan wujud, peserta didik dapat:
1. mendeskripsikan bahwa kalor yang diberikan pada suatu benda dapat menyebabkan terjadinya perubahan suhu maupun perubahan wujud suatu benda
2. menjelaskan bahwa pada saat terjadi perubahan wujud suhu zat tetap, karena kalor yang diterima tidak untuk menaikkan suhu melainkan untuk mengubah wujud zat.
3. menjelaskan perbedaan antara perubahan fisika dengan perubahan kimia
4. menjelaskan cara memisahkan campuran (penyaringan, destilasi, penguapan, dan sublimasi). Misalnya
untuk penjernihan air
5. menjelaskan bahwa reaksi kimia dapat menyebabkan terjadinya perubahan suhu, perubahan warna, terbentuknya endapan , dan terbentuknya gas, berdasarkan reaksi tersebut
6. menjelaskan faktor-faktor yang mempercepat penguapan
7. menerapkan hubungan Q = m. C . ∆t; Menerapkan azas Black untuk menyelesaikan masalah sehubungan dengan kalor
D. Pendekatan dan metode pembelajaran :
- Pendekatan : Kontekstual
- Metode : Diskusi kelompok
47
E. Langkah Pembelajaran :
Pertemuan 1 (Pengertian dan Pengaruh kalor) : 2 jam pelajaran
Pengetahuan Prasyarat : Kalor dapat menaikkan suhu dan mengubah wujud suatu benda
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal Motivasi : mengapa tangan terasa panas ketika menyentuh ceret panas ?
Kegiatan Inti Peserta didik dibentuk kelompok
Peserta didik diminta diskusi bahwa “secara alamiah kalor dapat berpindah dari benda bersuhu yang lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah” dan melakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa kalor yang diberikan zat padat dapat mengubah suhu dan mengubah wujud zat ”
Contoh LK ”Kalor yang diberikan pada zat padat dapat mengubah suhu dan wujud suatu zat”
Alat dan bahan :
Es
Kaki tiga
Pembakar spiritus
Termometer
Langkah kerja :
1. Masukkan air ledeng ke dalam bejana kaca tahan panas, kemudian masukkan es batu ke dalamnya.
2. Panaskan bagian dasar bejana dengan pembakar spiritus
3. Amati secara seksama angka yang ditunjukkan oleh termometer mulai dari es batu masih tampak, sampai beberapa saat setelah air mendidih. Cacat hasil pengamatan!
4. Nyatakan tentang pengaruh kalor pada suatu zat!
Secara kelompok peserta didik diminta untuk menyimpulkan hasil kegiatan di atas.
48
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Akhir/ Penutup
Guru membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan :
- Kalor merupakan bentuk energi yang berpindah dari benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah ketika kedua benda bersentuhan.
Contoh: Gelas akan menjadi panas ketika diisi air panas, karena ada energi yang berpindah dari air panas ke gelas, sebaliknya gelas menjadi dingin ketika diisi dengan air es, karena ada energi yang berpindah dari gelas ke air es yang mengalami kenaikan suhu.
- Kalor yang diberikan pada suatu benda dapat menyebabkan kenaikkan suhu atau dapat mengubah wujud suatu zat.
Contoh :
Es yang dipanaskan (diberi kalor) akan naik suhunya dan akhirnya mencair. Ketika es masih berbentuk padat suhunya masih di bawah 0⁰C, ketika melebur suhunya tepat pada
0⁰C (es berubah wujud menjadi cair)
Ketika air itu dipanaskan lagi, maka lama-kelamaan air akan mendidih, dsb
Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik
F. Penilaian Pertemuan I
1. Teknik : Tes harian
2. Bentuk Instrumen : Soal Uraian, unjuk kerja)
3. Soal/Instrumen :
a. Pemahaman dan penerapan konsep
Pemahaman konsep berkomunikasi :
49
No No
Nama Peserta
Aspek yang dinilai
Jumlah Skor
Urut
Induk
didik A B C D E F
01 0652 Tita 3 2 3 2 2 3 15
Keterangan aspek yang dinilai :
A. Kemampuan menyampaikan informasi, memberikan pendapat/ide, keruntutan, kejelasan
B. Kemampuan mengajukan pertanyaan
C. Kemampuan mengajukan argumentasi untuk menanggapi pendapat teman
D. Kemampuan menggunakan bahasa yang baku
E. Kelancaran berbicara
F. Keterbukaan terhadap saran/kritik
Cara Penilaian (Rubrik)
1. Tidak baik, jika salah, baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst
2. Baik, benar tetapi kurang jelas (jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst).
3. Sangat baik, benar dan sangat jelas(jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst)
b. Pemahaman dan penerapan konsep akademis:
a. Apakah yang dimaksud dengan kalor?
b. Dapatkah kamu memanaskan suatu benda tanpa menaikkan suhunya? Jelaskan!
c. Dapatkah kamu menaikkan suhu benda tanpa memanaskannya?
50
c. Penilaian kinerja ilmiah (performance/unjuk kerja )
No
Urut
No
Induk
Nama Peserta didik
ASPEK YANG DINILAI
A B C D Skor Maks
NO Penjelasan aspek yang dinilai
A Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan
B Cara memasukkan air dan es ke dalam bejana
C Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus
D Cara membaca skala termometer
Kriteria skor (Rubrik):
3: Tepat, jika:
a. Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan tepat cepat (terampil )
b. Cara memasukkan air dan es ke dalam bejana hati-hati (air tidak tumpah)
c. Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus (hati-hati dan menutup lampu spiritus ketika akan dimatikan)
d. Cara membaca skala termometer (pandangan mata tegak lurus)
2: Kurang tepat, jika:
a. Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan tepat dan tidak cepat (kurang terampil)
b. Cara memasukkan air dan es ke dalam bejana kurang hati-hati (air tumpah)
c. Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus (kurang hati-hati dan menutup lampu spiritus ketika akan dimatikan)
d. Cara membaca skala termometer (pandangan mata kurang tegak lurus)
51
1: Tidak Tepat, jika:
a. Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan tepat lambat (sama sekali tidak terampil)
b. Cara memasukkan air dan es ke dalam bejana tidak hati-hati (air tumpah)
c. Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus (tidak hati-hati dan tidak menutup lampu spiritus untuk mematikan, melainkan ditiup)
d. Cara membaca skala termometer (pandangan mata tidak tegak lurus/salah membaca)
Skor Yang diperoleh
NILAI = --------------------------- X 100
Skor Maksimal
G. Alat dan bahan:
Es
Kaki tiga
Bejana kaca tahan panas
Pembakar spiritus
Termometer
Air ledeng
H. Sumber Belajar:
Buku IPA, lingkungan sekitar
E. Langkah Pembelajaran:
Pertemuan 2 (Menguap, Mengembun dan Mendidih ) : 2 jam pelajaran
52
Pengetahuan Prasyarat : Kalor dapat menaikkan suhu dan mengubah wujud suatu benda
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal Motivasi : Peserta didik diminta diskusi Mengapa badan menjadi dingin sehabis mandi?
Kegiatan Inti Peserta didik dibentuk kelompok
Peserta didik diminta melakukan diskusi tentang “ Menguap, Mengembun dan Mendidih”
Peserta didik diminta melakukan demonstrasi. untuk menunjukkan bahwa “sewaktu menguap zat memerlukan kalor“
Contoh LK ”Kalor yang diberikan pada zat padat dapat mengubah suhu dan wujud suatu zat”
Alat dan bahan:
Bejana kaca dan larutan alkohol berkadar rendah secukupnya.
Langkah kerja :
a. Tuangkan alkohol ke dalam bejana kaca dan celupkan jari telunjuk ke dalam alkohol tersebut!
b. Angkat segera jarimu dan perhatikan keadaan pada jari telunjukmu!
Secara kelompok peserta didik diminta untuk menyimpulkan kegiatan di atas.
Kegiatan Akhir/ Penutup
Guru membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan :
- Kalor yang diberikan pada suatu benda dapat menyebabkan terjadinya perubahan wujud atau dapat juga menaikkan suhu.
- Pada saat terjadi perubahan wujud suhu zat tetap, hal ini disebabkan karena kalor yang diberikan tidak untuk menaikkan suhu tetapi untuk mengubah wujud dan ketika zat mengalami perubahan suhu, wujud zat tetap karena kalor yang diterima tidak untuk mengubah wujud tetapi untuk menaikkan suhu.
53
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Pengayaan:
Diagram perubahan wujud:
Gas
5
3 2
6
1
Padat Cair
4
Keterangan :
Perubahan wujud yang memerlukan kalor :
1. Melebur adalah mengubah wujud dari padat menjadi cair.
2. Menguap adalah mengubah wujud dari cair ke gas
3. Menyublim adalah mengubah wujud dari padat menjadi gas
Perubahan wujud yang melepaskan kalor :
4. Membeku mengubah wujud dari cair menjadi padat
5. Mengembun mengubah wujud dari cair menjadi gas.
6. Deposisi (mengkristal) adalah perubahan wujud dari gas menjadi padat
Guru membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan : Bukti pada waktu menguap zat memerlukan kalor adalah :
- jari tangan terasa dingin sehabis dicelupkan ke dalam alkohol, karena alkohol yang menempel pada tangan akan menguap, menguap memerlukan kalor, kalor diambil dari tangan sehingga tangan menjadi dingin.
- Badan terasa dingin sehabis mandi, karena air yang menempel pada badan akan menguap,
54
Tahapan Kegiatan Kegiatan
menguap memerlukan kalor, kalor diambil dari badan sehingga badan menjadi dingin.
Faktor-faktor yang mempercepat penguapan :
1. memanaskan
Dengan enrgi panas molekul-molekul akan lebih cepat bergerak, sehingga pakaian yang dijemur akan cepat kering.
2. memperluas permukaan
dengan memperluas permukaan berarti memperbanyak molekul-molekul yang zat cair yang dekat dengan permukaan, akibatnya molekul-molekul zat cair lebih mudah meninggalkan permukaan atau menguap.
3. meniupkan udara di atas permukaan
meniupkan udara di atas permukaan juga membawa molekul-molekul zat cair dekat ke permukaan, sehingga molekul-molekul tersebut lebih mudah meninggalkan permukaan dan menguap.
4. menyemburkan zat cair
semburan air memberikan suatu luas permukaan yang sangat besar, sehingga molekul- molekul mudah menguap.
5. mengurangi tekanan pada permukaan
dengan mengurangi tekanan di atas permukaan, berarti memberi jarak antarmolekul menjadi renggang.
Prinsip kerja lemari es menggunakan prinsip proses pendinginan yang disebabkan oleh penguapan.
- Freon digunakan sebagai zat cair yang menguap di dalam lemari es. Freon dipompa mengitari lingkaran pipa, di dalam pipa-pipa sebagian freon berwujud gas dan berwujud cair.
- Ketika freon melalui pipa di luar lemari es, freon dimampatkan dan diubah dari gas menjadi cair. Pada saat ini freon melepaskan kalor maka dinding lemari es terasa panas. Freon cair
55
Tahapan Kegiatan Kegiatan
kemudian disalurkan melalui rangkaian pipa di dalam ruang beku, freon cair menguap memerlukan kalor, kalor diambil dari ruang sekitar sehingga ruang beku terasa dingin dan makanan, minuman di dalam lemari es pun terasa dingin.
- Zat cair dikatakan mendidih apabila gelembung-gelembung uap terjadi di dalam seluruh zat cair dan dapat meninggalkan zat cair.
- Pada saat mendidih (terjadi perubahan wujud dari cair menjadi gas) suhu zat tetap, hal ini dibuktikan jika air dipanaskan hingga mendidih yaitu pada suhu 100⁰C suhu air tidak akan naik lagi meskipun dipanaskan terus-menerus. 100⁰C disebut titik didih air. Begitu juga jika gas berubah wujudnya menjadi cair (mengembun) saat melepaskan kalor, suhu juga tetap dan titik embun pun sama dengan titik didih. Jadi tepat pada suhu 100⁰C air berubah wujud dari cair menjadi gas sebaliknya tepat pada suhu 100⁰C gas berubah wujud menjadi cair
(mengembun). Akibatnya titik didih sama dengan titik embun dan kalor uap sama dengan kalor embun.
- Kalor yang diperlukan untuk mengubah wujud 1 kg zat cair menjadi uap pada titik didihnya disebut kalor uap.
- Besarnya kalor yang diperlukan oleh suatu zat cair bergantung pada massa dan besarnya kalor uap suatu zat cair. Dapat dirumuskan:
Q = m . U Keterangan:
Q = kalor yang diperlukan (menguap) atau dilepaskan (mengembun). Satuan: joule (J) M = massa zat cair, satuan: kg
U = kalor uap, satuan: J/kg
- Pengaruh tekanan terhadap titik didih, titik didih zat cair akan naik jika tekanan di atas permukaan dinaikkan.
Contoh: Panci pemasak bertekanan (pressure cooker) dapat memasak daging lebih cepat empuk, karena air dalam panci mendidih lebih dari 100⁰C atau kira-kira 120⁰C dan
56
Tahapan Kegiatan Kegiatan
tekanannya sampai 2 atm. Akibatnya daging cepat empuk
- Naiknya titik didih karena tekanan di atas permukaan diperbesar :
Otoklaf
ketel uap
- Penurunan tekanan di atas permukaan dapat menurunkan titik didih, oleh karena itu makin tinggi tempat di permukaan bumi suhunya makin rendah karena makin tinggi tempat tekanannya makin rendah.
- Ketidakmurnian zat dapat menaikan titik didih.
- Contoh : air gula, air garam mendidih lebih dari 100⁰C, oleh karena itu jika memasak sayuran menggunakan garam dimaksudkan selain gurih rasanya juga cepat empuk.
Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik
F. Penilaian Pertemuan II
1. Teknik : Tes harian
2. Bentuk Instrumen : Soal Uraian, unjuk kerja (performance)
3. Soal/Instrumen :
a. Pemahaman dan penerapan konsep
Pemahaman konsep berkomunikasi :
No
Urut
No
Induk Nama Peserta
Aspek yang dinilai
Jumlah Skor
didik A B C D E F
Keterangan aspek yang dinilai :
A Kemampuan menyampaikan informasi
57
B Kemampuan memberikan pendapat/ide
C Kemampuan mengajukan pertanyaan
D Kemampuan mengajukan argumentasi untuk menolak pendapat teman
E Kemampuan menggunakan bahan yang baku
F Kelancaran berbicara
Cara Penilaian (Rubrik)
1) Tidak baik, jika salah baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst
2) Baik , jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar tetapi kurang jelas.
3) Sangat baik, jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar dan sangat jelas
b. Pemahaman dan penerapan konsep akademis
Mengapa makanan yang simpan di lemari es tidak cepat busuk ?
c. Penilaian kinerja ilmiah (performance/unjuk kerja)
No
Urut
No
Induk Nama Peserta
ASPEK YANG DIUKUR
Skor Maks
didik A B C D
NO Penjelasan aspek yang dinilai
A Cara menuangkan alkohol ke dalam bejana
B Cara memasukkan jari ke dalam alkohol
Kriteria skor ( Rubrik ) :
2 : Tepat, jika:
cara menuangkan alkohol ke dalam bejana tepat (alkohol tidak tumpah) dan cara memasukkan jari ke dalam
58
alkohol tepat.
1 : Tidak tepat, jika:
cara menuangkan alkohol ke dalam bejana tidak rapi (alkohol tumpah) dan cara memasukkan jari ke dalam alkoholpun salah (tidak mengerti maksudnya)
Skor Yang diperoleh
NILAI = --------------------------- X 100
Skor Maxsimal
G. Alat dan bahan :
1 Bejana kaca
2 Alkohol berkadar rendah
H. Sumber Belajar :
1 Buku IPA, lingkungan sekitar
E. Langkah Pembelajaran:
Pertemuan 3 (Melebur, membeku dan Penyulingan Air) 2 jp
Pengetahuan Prasyarat :
1. Menguap adalah perubahan wujud dari cair menjadi gas.
2. Melebur adalah perubahan wujud dari padat menjadi cair
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal Motivasi : Bagaimana cara membuat air mawar yang seringdigunakan untuk kecantikan para wanita ?
Kegiatan Inti Peserta didik dibentuk kelompok
Peserta didik diminta melakukan demonstrasi atau percobaan ”Mengamati proses melebur dan mebeku “ , mengamati proses ketidakmurnian zat terhadap titik lebur zat “
59
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Peserta didik diminta melakukan diskusi tentang “ pemanfaatan sifat kalor ”
Contoh LK
1) Mengamati proses melebur dan mebeku
Alat dan bahan :
- Bejana, kaki tiga, lampu spiritus, air, lilin termometer, tabung reaksi dan penjepit.
Langkah kerja :
a. Melebur
Panaskan air dalam bejana kaca tahan panas, celupkan sebuah tabung yang mengandung lilin padat ke dalam air. Baca suhu lilin setiap setengah menit sampai semua lilin melebur.
b. Membeku
Keluarkan tabung yang telah berisi lilin cair dari air mendidih dalam bejana, biarkan lilin mendingin di udara an bacalah suhu lilin setiap setengah menit.
c. Mengamati proses ketidakmurnian zat terhadap titik lebur zat
- masukkan butir-butir es ke dalam gelas, tambahkan air ke dalam gelas sehingga es dan air kira-kira sama banyak
- aduk campuran es dan air, amati apa yang terjadi dan ukur suhunya!
- masukkan sesendok garam dapur ke dalam campuran air dan es itu, amati apa yang terjadi dan aduk hingá merata dan ukur kembali suhunya
- bandingkan suhu nomor 2 dengan nomor 3
2) Penyulingan air ( bisa didemontrasikan ) Alat dan bahan :
60
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Alat penylingan air yang terdiri atas:
- Labu didih
- Kondensator
- Bejana
- Thermometer
- Lampu spirtus
- Kaki tiga dan air tidak murni secukupnya
Urutan kerja :
(1) Pasanglah alat dan bahan seperti gambar !
(2) Iisi labu didih dengan air tidak murni kemudian dipanaskan di atas lampu spiritus sampai mendidih.
(3) Tampung uap air murni hasil sulingan ke dalam bejana ( gelas )
Secara kelompok peserta didik diminta untuk menyimpulkan dari kegiatan di atas.
Kegiatan Akhir/ Penutup
Guru membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan :
- Untuk melebur memerlukan kalor, pada saat melebur suhu zaat tetap. Sebaliknya untuk membeku zat melepaskan kalor dan pada saat membeku suhu zat tetap.
- Kalor yang diperlukan untuk meleburkan 1 kg zat padat menjadi 1 kg zat cair pada titik leburnya disebut kalor lebur, Sebaliknya kalor yang dilepaskan pada waktu 1 kg zat cair menjadi 1 kg zat padat pada titik bekunya disebut kalor beku.
- Untuk zat yang sama titik lebur sama dengan titik bekunya, sehingga kalor lebur sama dengan kalor beku.
- Kalor yang diperlukan untuk melebur sebanding dengan massa benda dan besarnya kalor lebur , sehingga dapat ditulis rumus :
Q = m x l
Keterangan :
61
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Q : banyaknya kalor untuk melebur, satuan = joule (J)
m : massa benda, satuan = kg
L : kalor lebur, satuan = J/kg
- Pengaruh tekanan terhadap titik lebur: Titik lebur zat akan turun jika tekanan di atas permukaan zat diperbesar
Contoh: Peristiwa regelasi (regelation), adalah meleburnya balok es yang diberi beban dan membeku kembali sesaat setelah beban dihilangkan
- Pengaruh ketidakmurnian terhadap titik lebur zat. Titik lebur zat akan turun dengan menambah garam pada campuran es dengan air hingga – 20⁰C.
Contoh: Pembuataan es krim, karena penambahan garam es melebur di bawah 0⁰C. Untuk melebur zat memerlukan kalor, kalor diambil dari dalam es itu sendiri karena tidak ada suplai dari luar. Akibatnya suhu es akan turun di bawah 0⁰C meskipun sudah dalam wujud cair, Penyulingan air
- Penyulingan (destilasi) memanfaatkan prinsip penguapan pada titik didihnya. Penyulingan termasuk cara memisahkan campuran melalui titik didihnya. Penyulingan dengan cara seperti dapat digunakan untuk membuat air mawar. Caranya air tidak murni tadi ditambah bunga mawar, maka uap air yang ditampung menjadi air mawar. Contoh lain penggunaan penguapan adalah cara membuat garam dari air laut. Cara membuat garam dari air laut:
Air laut dibendung di areal tertentu, kemuadian terkena sinar matahari
uap air menguap sehingga terjadilah garam yang dikenal dengan garam dapur.
- Azas Black
Apabila dua zat yang berbeda suhunya dicampur, maka kedua zat yang bercampur akan memiliki suhu yang sama. Hal ini disebabkan kalor akan berpindah dari zat yang suhunya lebih tinggi ke zat yang suhunya lebih rendah. Berdasarkan hukum kekekalan energi tidak ada energi yang hilang, sehingga dapat disimpulkan bahwa kalor yang
62
Tahapan Kegiatan Kegiatan
diperlukan sama dengan kalor yang diterima. Qterima = Qlepas
Azas ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah menghitung suhu akhir campuran, dan dapat dirumuskan:
Qterima = Qlepas
M x c x (ta – suhu awal zat yang suhunya lebih rendah) = m x c x (suhu awal zat yang suhunya lebih tinggi - ta )
Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik
F. Penilaian Pertemuan III
1. Teknik : Tes harian
2. Bentuk Instrumen : Soal Uraian, unjuk kerja (performance)
3. Soal/Instrumen :
a. Pemahaman dan penerapan konsep
Pemahaman konsep berkomunikasi :
No
Urut
No
Induk
Nama Peserta didik
Aspek yang dinilai
A B C D E F Jumlah Skor
Keterangan aspek yang dinilai :
A Kemampuan menyampaikan informasi
B Kemampuan memberikan pendapat/ide
C Kemampuan mengajukan pertanyaan
D Kemampuan mengajukan argumentasi untuk menolak pendapat teman
63
E Kemampuan menggunakan bahan yang baku
F Kelancaran berbicara
Cara Penilaian (Rubrik)
1 : Tidak baik, jika salah baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst
2 : Baik, jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar tetapi kurang jelas.
3 : Sangat baik, jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar dan sangat
jelas
b. Pemahaman dan penerapan konsep akademis
(1) Jelaskan bahwa penguapan dapat digunakan untuk memisahkan campuran!
(2) Apa pengaruh ketidakmurnian zat terhadap titik beku suatu zat?
(3) Bagaimana prinsip pembuatan es krim?
c. Penilaian kinerja ilmiah (performance/unjuk kerja)
No No
Nama Peserta
Aspek yang dinilai
Skors Maks
Urut
Induk
didik A B C D
Melebur dan membeku :
NO Penjelasan aspek yang dinilai
A Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan
B Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus
C Cara mencelupkan dan mengangkat tabung reaksi yang berisi lilin dari air dalam bejana
D Cara membaca skala thermometer
64
Kriteria skor (Rubrik) :
3 : Tepat, jika :
a Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan tepat terlihat terampil. b Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus tepat dengan aturan.
c Cara mencelupkan dan mengangkat tabung reaksi yang berisi lilin dari air dalam bejana, hati-hati dan
tidak salah atau tumpah
d Cara membaca skala thermometer, pandangan mata tegak lurus
2 : Kurang Tepat, jika :
a. Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan, kurang mantap (ragu-ragu)
b. Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus, kurang tepat
c. Cara mencelupkan dan mengangkat tabung reaksi yang berisi lilin dari air dalam bejana, kurang hati-hati sehingga ada air tumpah
d. Cara membaca skala thermometer, kurang tepat
1: Tidak Tepat, jika :
a. Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan, ada kesalahan b. Cara menyalakan dan mematikan lampu spiritus, salah
c. Cara mencelupkan dan mengangkat tabung reaksi yang berisi lilin dari air dalam bejana, tidak hati-hati sehingga ada air tumpah
d. Cara membaca skala thermometer, salah
Penyulingan:
No Penjelasan aspek yang dinilai
A Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan
65
B Cara memasukkan air tidak murni (air ledeng ke dalam labu didih)
C Cara membaca skala pada thermometer
D Cara menampung uap air murni dalam suatu wadah
Kriteria skor Rubrik) :
3: Tepat, jika :
a. Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan tepat dan terlihat terampil
(tidak ragu-ragu)
b. Cara memasukkan air tidak murni (air ledeng ke dalam labu didih), hati-hati tidak tumpah.
c. Cara membaca skala pada thermometer (pandangan tegak lurus ke arah skala thermometer.
d. Cara menampung uap air murni dalam suatu wadah dengan hati-hati tidak ada yang tumpah.
2 : Kurang Tepat, jika :
a. Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan kurang tepat dan terlihat kurang trampil (ragu-ragu), tetapi benar.
b. Cara memasukkan air tidak murni (air ledeng ke dalam labu didih), kurang hati-hati tidak tumpah-tumpah.
c. Cara membaca skala pada thermometer (pandangan tegak lurus kea rah skala thermometer tetapi tidak tepat).
d. Cara menampung uap air murni dalam suatu wadah dengan kurang hati-hati ada yang tumpah.
1 : Tidak Tepat, jika:
a. Cara menyiapkan dan memasang alat-alat dan bahan yang akan digunakan tidak tepat dan terlihat ragu-ragu dan salah.
b. Cara memasukkan air tidak murni (air ledeng ke dalam labu didih), tidak hati-hati sehingga ada yang tumpah- tumpah.
c. Cara membaca skala pada thermometer (pandangan tidak tegak lurus ke arah skala thermometer sehingga salah).
d. Cara menampung uap air murni dalam suatu wadah dengan cerobong ada yang tumpah.
Skor Yang diperoleh
NILAI = --------------------------- X 100
66
Skor Maksimal
G. Alat dan bahan:
Alat penylingan air yang terdiri atas:
1 Labu didih
2 Kondensator
3 Bejana
4 Thermometer
5 Lampu spirtus
6 Kaki tiga
7 Dan air tidak murni secukupnya
H. Sumber Belajar :
Buku IPA, lingkungan sekitar
I. Strategi Pembelajaran
Pertemuan 4 (Reaksi kimia): 2 jp
Pengetahuan Prasyarat: Sifat zat
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal Motivasi : Tahukah kamu bagaimana cara mempercepat kematangan buah, misalnya buah mangga, buah pisang sehingga selain warnanya menjadi bagus juga cepat matang?
Kegiatan Inti Peserta didik dibentuk kelompok
- Peserta didik diminta melakukan percobaan tentang “perubahan fisika dan perubahan kimia” serta ” Mengenal ciri-ciri reaksi kimia ”.
67
Tahapan Kegiatan Kegiatan
- Secara kelompok peserta didik diminta untuk menyimpulkan dari kegiatan di atas.
Contoh LK
1) Perubahan fisika dan perubahan kimia Alat dan bahan : lilin, kawat, lampu spiritus Langkah kerja :
a. Panaskan kawat dengan lampu spiritus, setelah beberapa saat biarkan kawat menjadi dingin!
b. Amati apa yang terjadi setelah kawat itu dingin kembali? Patahkan lilin menjadi beberapa potong, apakah fisik lilin berubah?
c. Bakarlah kertas, sampai menjadi abu, amati apa yang terjadi! Apakah menghasilkan zat yang baru?
d. Buat kesimpulan dari kegiatan di atas! Informasi :
Perubahan yang tidak menghasilkan zat baru atau tidak merubah identitas zat disebut perubahan fisika, sedangkan perubahan yang menghasilkan zat yang baru (berbeda) disebut perubahan kimia.
2) Mengenal ciri-ciri reaksi kimia
Alat dan bahan : Pb (NO3), KL, gelas kimia, karbit, air secukupnya, thermometer
Langkah kerja :
a. Reaksi antara Pb (NO3) dengan KL
1. Ambil 20 ml larutan Pb (NO3), masukkan dalam gelas kimia 100 ml
2. Ambil 20 ml larutan Kl , campurkan dengan larutan Pb (NO3) , dalam gelas kimia 100
ml
3. Amati perubahan yang terjadi!
b. Reaksi antara karbit dengan air
68
Tahapan Kegiatan Kegiatan
1. Ambil 20 ml air , masukkan dalam gelas kimia 100 ml
2. Ukur suhu air tersebut!
3. Ambil cuplikan karbit dan masukkan dalam air yang telah disiapkan
4. Amati perubahan yang terjadi dan ukur suhu air pada saat reaksi berlangsung!
3) Analisa :
a. Reaksi manakah yang menghasilkan endapan?
b. Reaksi manakah yang menghasilkan perubahan warna?
c. Reaksi manakah yang menghasilkan gas?
d. Apakah reaksi antara karbit dan air mengakibatkan perubahan suhu?
Kegiatan Akhir/ Penutup
Guru membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan :
1. Perubahan fisika adalah perubahan yang tidak menghasilkan zat baru atau tidak merubah identitas zat.
Contoh:
- Besi dipanaskan sampai membara, setelah dingin menjadi besi kembali
- Semua perubahan; membeku, mendidih, menguap, sublimasi, mengembun termasuk perubahan fisika.
2. Perubahan kimia adalah perubahan yang menghasilkan zat yang baru (berbeda).
- Contoh:
- Besi berkarat, telor membusuk, roti dibakar, kembang api meledak dst.
3. Ciri-ciri reaksi kimia:
a. menghasilkan endapan
Contoh: Air keruh diberi tawas, akan terjadi pengendapan, sehingga air menjadi jernih. b. menghasilkan perubahan warna
Contoh: Besi bereaksi dengan udara dan air warnanya berubah menjadi kehitaman. c. menghasilkan gas
Contoh: Karbit dicampur akan menghasilkan gas, gas ini yang digunakan untuk
69
Tahapan Kegiatan Kegiatan
mempercepat pemasakan buah. d. mengakibatkan perubahan suhu
Contoh: petasan yang meledak menghasilkan perubahan suhu, ledakan itulah hasil reaksi kimia.
4. Reaksi kimia yang menghasikan energi disebut reaksi eksoterm. Contoh: semua pembakaran
5. Reaksi kimia yang memerlukan energi disebut reaksi endoterm. Contoh: fotosintesis
Guru memberi penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik
F. Penilaian Pertemuan IV
1. Teknik : Tes harian
2. Bentuk Instrumen : Soal Uraian, unjuk kerja (performance)
3. Soal/Instrumen:
a. Pemahaman dan penerapan konsep
Pemahaman dan penerapan konsep berkomunikasi:
No No
Nama Peserta
Aspek yang dinilai
Jumlah Skor
Urut
Induk
didik A B C D E F
Keterangan aspek yang dinilai:
70
A. Kemampuan menyampaikan informasi B. Kemampuan memberikan pendapat/ide C. Kemampuan mengajukan pertanyaan
D. Kemampuan mengajukan argumentasi untuk menolak pendapat teman
E. Kemampuan menggunakan bahan yang baku
F. Kelancaran berbicara
Cara Penilaian (Rubrik)
1) Tidak baik, jika salah baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst
2) Baik, jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar tetapi kurang jelas.
3) Sangat baik, jika baik cara menyampaikan informasi maupun memberi ide dst sudah benar dan sangat jelas
Pemahaman dan penerapan konsep akademis
1. Sebutkan contoh sehari-hari yang termasuk perubahan fisika maupun perubahan kimia!
2. Jelaskan bagaimana cara agar buah cepat matang!
b. Penilaian kinerja ilmiah (performance/unjuk kerja)
Aspek yang dinilai
No
Urut
No
Induk
Nama Peserta didik
A B Jumlah Skor
No Penjelasan aspek yang dnilai
A Cara membakar kawat di atas lampu spiritus
B Cara membuat reaksi pada Pb (NO3) dengan KL
Kriteria skor (Rubrik):
71
3 : Tepat, jika:
1 Cara membakar kawat di atas lampu spiritus, benar baik cara memegang maupun cara mematikan dan menyalakan lampu spiritus.
2 Cara membuat reaksi pada Pb (NO3) dengan KL, terlihat terampil baik ukuran maupun cara mencampurnya.
2 : Kurang Tepat, jika:
1 Cara membakar kawat di atas lampu spiritus, benar baik cara memegang maupun cara mematikan sedangkan menyalakan lampu spiritus kurang tepat.
2 Cara membuat reaksi pada Pb (NO3) dengan KL, terlihat kurang terampil (ragu-ragu) baik ukuran maupun cara mencampurnya.
2 : Tidak Tepat, jika:
1 Cara membakar kawat di atas lampu spiritus, benar baik cara memegang maupun cara mematikan sedangkan menyalakan lampu spiritus salah.
2 Cara membuat reaksi pada Pb (NO3) dengan KL, terlihat tidak trampil (sangat ragu-ragu)
Skor Yang diperoleh
NILAI = --------------------------- X 100
Skor Maxsimal
G. Alat dan Bahan:
lilin, kawat, lampu spiritus, Pb (NO3) , KL, gelas kimia, karbit, air secukupnya, thermometer
H. Sumber Belajar:
Buku IPA, lingkungan sekitar
72
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas : VIII
Tema : Bahan Kimia dalam Makanan
A. Standar Kompetensi
Materi dan perubahannya (4) : Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan
Makhluk hidup dan proses kehidupan (1) : Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia
B. Kompetensi Dasar dan Contoh Indikator
Materi dan perubahannya (4.3):
Mendeskripsikan bahan kimia alami dan buatan dalam kemasan yang terdapat dalam bahan makanan
Mengidentifikasi contoh bahan-bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet, dan penyedap yang terdapat dalam bahan makanan dan minuman kemasan.
Mengidentifikasi contoh bahan-bahan kima buatan yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna, pemanis, pengawet, penyedap, dan pengembang) yang terdapat dalam bahan makanan kemasan.
Makhluk hidup dan Proses Kehidupan(1.4):
Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
Mendeskripsikan jenis makanan bagi bayi berdasar kandungan zat yang ada di dalamnya
C. Tujuan :
Setelah melakukan kegiatan belajar-mengajar, peserta didik dapat :
1. Mengidentifikasi bahan kimia alami.
2. mengidentifikasi bahan kimia buatan
3. membedakan bahan kimia alami dan bahan kimia buatan
73
D. Pendekatan dan metode pembelajaran
- Pendekatan : Kontekstual
- Metode : Diskusi
E. Langkah Pembelajaran
Prasyarat pengetahuan: Jenis zat yang dibutuhkan manusia
Tahap Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal Motivasi : Pernahkan kalian memperhatikan bahan apa saja yang terkandung dalam sebuah kemasan makanan atau minuman?
Kegiatan Inti Sebelum jam pelajaran/hari sebelumnya peserta didik perkelompok diberi tugas untuk membawa kemasan makanan dan minuman.
Setiap kelompok membawa kemasan kosong yang berbeda-beda.
Kegiatan di kelas :
a. Peserta didik perkelompok mengidentifikasi bahan kimia yang terdapat pada kemasan makanan dan minuman, mencatatnya dan mendiskusikan serta mempresentasikan, sehingga semua peserta didik memiliki data bahan kimia yang terkandung dalam semua kemasan makanan dan minuman.
b. Guru menunjukkan bahan-bahan kimia alami.
Kemudian peserta didik perkelompok mendiskusikan bahan kimia alami yang dapat digunakan pada bahan makanan. Dan menggantikan bahan kimia alami dan bahan kimia buatan
Peserta didik perkelompok mendiskusikan berbagai jenis makanan yang sehat.
Kegiatan Akhir / Penutup Peserta didik diminta membuat kesimpulan. Contoh kesimpulan :
I. Bahan kimia alami :
1. Bahan kimia alami yang dibuat sebagai pewarna:
a. Daun suji: warna hijau b. Kunyit: warna kuning
c. Daun Jati: warna merah kecoklatan
74
Tahap Kegiatan Kegiatan
d. Keluak: warna coklat kehitaman e. Bit: warna merah dll.
2. Bahan kimia alami sebagai pemanis:
a. gula pasir
b. gula jawa, gula aren c. gula batu
3. Bahan kimia alami sebagai pengawet:
a. gula
b. garam dapur dll
4. Bahan kimia alami sebagai penyedap:
a. kayu manis: biasanya untuk minuman
b. daun panda : membuat aroma dalam makanan kecil dll
II. Bahan kimia buatan dalam kemasan:
5. Bahan kimia kemasan sebagai pewarna:
a. Tartrazine b. Carmoisine
c. F D & C Yellow no.5
d. F D & C Red no.2
e. F D & C Blue no.1
f. F D & C Green no.2 dll
6. Bahan kimia kemasan sebagai pemanis a. Aspartam
b. Siklamat
c. Sakarin dll.
7. Bahan kimia kemasan sebagai pengawet
a. Asam benzoat: pengawet minuman sari buah, minuman karbonat, sambal botol dll. Sebagai anti mikroba.
b. Asam cuka 25% : pengawet acar, asinan dll. Menghambat pertumbuhan jamur.
c. Asam sorbat: pengawet minuman sari buah, produk keju dll. Mencegah pertumbuhan jamur.
75
Tahap Kegiatan Kegiatan
d. Garam nitrat dan nitrit: pengawet daging.
8. Bahan kimia kemasan sebagai penyedap:
a. monosodium glutamat (MSG)
MSG atau vetsin berasal dari glutamat yang terbuat dari sisa pembuatan gula tebu, jagung, tapioka. Komposisi MSG terdisi dari natrium, glutamat dan air.
F. Penilaian
1. Teknik : Tes kajian
2. Bentuk Instrumen : Soal uraian
3. Instrumen
a. Penilaian pemahaman konsep komunikasi
No
Urut
No
Induk Nama Peserta
Aspek yang Dinilai
Jumlah Skor
didik A B C D
Keterangan aspek yang dinilai:
A. Kemampuan menyampaikan informasi B. Kemampuan mengajukan pertanyaan C. Kemampuan mengajukan argumentasi D. Kelancaran berbicara
Cara penilaian:
3 : Sangat baik
2 : Baik
1 : Kurang baik
Nilai : Skor yang diperoleh x 100 Range nilai : 80 – 100 = A
Skor maksimal 70 – 85 = B
76
≤ 69 = C
b. Penilaian pemahaman dan penerapan konsep Skor
1. Bahan pewarna alami apa yang menghasilkan warna …………
a. hijau 1 b. merah kecoklatan 1 c. kuning 1
2. Untuk membuat segelas teh manis, air teh dapat ditambahkan pemanis buatan, yaitu ………… 1
3. Jenis makanan dan minuman apa yang biasa ditambah
a. garam nitrat 1
b. asam benzoat 1
4. Mengapa pemakaian MSG harus dibatasi? 2
5. Bagaimana cara mengawetkan ikan? 2
Total Skor = 10
Nilai : Skor yang diperoleh x 100
10
G. Alat, bahan dan sumber belajar
1. Alat dan bahan:
- Beberapa kemasan kosong makanan dan minuman
- Beberapa bahan kimia alami: kunyit, daun suji, daun pandan dll.
2. Sumber belajar: buku IPA
Mengetahui, Jakarta, ……………………
Kepala SMP………
Guru IPA
77
Mata Pelajaran : IPA Satuan Pendidikan : SMP/MTs Kelas/Semester : VIII
Tema : Rokok dan Kesehatan
A. Standar Komptensi:
Materi dan Perubahannya (4): Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan
Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan (1): Memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia
B. Komptensi Dasar dan Contoh Indikator: Materi dan Perubahannya (4.5) :
Menghindarkan diri dari pengaruh zat adiktif dan psikotropika
Menjelaskan dampak negatif rokok bagi kesehatan, ekonomi, dan sosial.
Menjelaskan cara menghindarkan diri dari rokok
Makhluk Hidup dan Proses Kehidupan (1.5):
Mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
Menjelaskan proses inspirasi dan ekspirasi pada proses pernapasan
Mendata contoh kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya
C. Tujuan :
Setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, peserta didik mampu:
1. Mengidentifikasi kandungan yang berbahaya dalam rokok dan pengaruhnya tehadap kesehatan, ekonomi, dan sosial
2. Mengindarkan diri dari pengaruh rokok
3. Mendeskripsikan penyakit pada sistem pernapasan yang disebabkan olah rokok
78
D. Pendekatan dan metode pembelajaran :
- Pendekatan : Kontekstual
- Metode : Diskusi
E. Langkah Pembelajaran :
Pengetahuan Prasyarat : kandungan zat yang terdapat dalam rokok dan zat adiktif lainnya
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Kegiatan Awal Mengadakan tanya jawab dengan anak tentang “siapa yang merokok, ciri-ciri fisik perokok, dan pengaruhnya terhadap kesehatan
Kegiatan Inti Guru memberikan tugas ke peserta didik secara berkolompok untuk mengidentifikasi zat adiktif dalam rokok berdasarkan buku-buku IPA atau sumber lainnya
Peserta didik mendiskusikan cara pencegahan dan akibat penggunaan zat adiktif dan psikotropika
Peserta didik mendiskusikan penyakit pada pernapasan yang disebabkan oleh rokok
Secara bekelompok peserta didik mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, dan kelompok lain menanggapinya.
Kegiatan Akhir/ Penutup
Peserta didik membuat kesimpulan dari hasil diskusi yang sudah dipresentasikan dan membuat leaflet
Contoh kesimpulan:
- zat adiktif adalah kelompok zat atau obat-obat keras yang mempengaruhi susunan saraf pusat, dan dapat menimbulkan ketergantungan dalam jangka panjang
- contoh zat adiktif adalah rokok, kopi, minuman keras
- rokok mengandung nikotin dalam tembakaunya dan asap hasil pembakaran mengandung gas
CO2, CO yang membahayakan kesehatan
79
Tahapan Kegiatan Kegiatan
- kopi, mengandung kafein yang dapat menimbulkan ketergantungan
- minuman keras adalah semua jenis minuman yang mempunyai kandungan alkohol
- akibat rokok, kopi, dan minuman keras bagi kesehatan diantaranya adalah:
1. asap rokok mengandung zat-zat penyebab kanker
2. rusaknya alveoli dalam paru-paru, karena endapan nikotin yang masuk bersama asap rokok, menyebabkan darah tidak dapat mengikatt oksigen (O2) dengan sempurna
3. bronkitis, merupakan peradangan pada bronkus atau saluran pernapasan yang terinfeksi oleh bakteri. Karena nikotin yang dihasilkan oleh rokok memperlemah syaraf bronkus sehingga mudah terkena infeksi
4. Jantung koroner, disebabkan oleh penimbunan lemak di dalam pembuluh darah. Nikotin mempengaruhi kerja lemak sehingga terjadi penimbunan lemak dalam pembuluh darah, sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah
5. imsomnia, atau sulit tidur disebabkan oleh kafein yang berlebihan
6. penyakit kekurangan gizi, disebabkan oleh alkohol karena sifat alkohol yang menghalangi penyerapan zat gizi. Pemakaian alkohol yang berlebihan menyebabkan timbulnya komplikasi pada hati, muntah darah, atau gangguan fungsi hati, koma dan bahkan meninggal dunia secara mendadak.
- Obat-obat psikotropika mempunyai pengaruh pada susunan syaraf pusat
- Ciri-ciri fisik korban ketergantungan zat adiktif dan psikotropika diantaranya adalah sebagai berikut:
Jenis zat akdiktif dan obat psikotropika dan ciri-ciri korban
Opioda
Sembelit
Mengurangi nafsu makan
80
Tahapan Kegiatan Kegiatan
Ganja
Menurunkan kekebalan tubuh
Mengganggu keterampilan berbicara, membaca, dan berhitung
Keracunan pada janin
Menimbulkan bronkitis
Kokain
Menimbulkan gangguan pada jantung
Amfetamin
Menimbulkan gangguan pada jantung
F. Penilaian Pertemuan I .
1 Teknik : Tugas
2. Bentuk Instrumen : Hasil diskusi
3. Soal/Instrumen :
a. Materi presentasi
leaflet pangaruh zat adiktfif dan obat psikotropika bagi kesehatan
G. Sumber belajar: buku IPA
81
DAFTAR PUSTAKA
Fogarty, R. (1991). How to Integrate The Curricula. Illinois: IRI/Sky
Publishing Inc.
Rustaman, N.Y, Dirdjosaemarto S., Yudianto, S.A., Ahmad Y., Subekti R., Rochimtaniawati, D., dan Kusumawati,M.N. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Common Textbook (Edisi Revisi). Bandung: FPMIPA UPI.
UNESCO. (1973 – 1977). New trend in Integrated Science Teaching Vol. I – II
– III – IV. Paris:UNESCO.
41
MODEL PEMBELAJARAN SALINGTEMAS SMP
Mata pelajaran : IPA
Jenjang pendidikan : SMP/MTs
Materi pokok : Pemisahan Campuran
Kelas / Semester : VII / 1
Alokasi waktu : 6 jam pelajaran (6 x 40 menit)
1
A. Standar Kompetensi : Memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia
B. Kompetensi Dasar : Melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan kimia
C. Indikator
Konsep
• Menentukan dan menjelaskan bahan-bahan yang terkandung dalam berbagai merk minuman ringan (soft drink) seperti coca cola.
• Menjelaskan dasar pemisahan campuran, berdasarkan ukuran partikel dan titik didih
• Melakukan percobaan untuk memisahkan campuran yang sesuai dengan metode yang dipilih.
Konteks
• Menentukan metode penjernihan air minum dengan teknik sederhana
• Menentukan metode pemisahan sederhana dalam berbagai sistem seperti
pemurnian garam dan destilasi minyak kayu putih.
Proses
• Memilih objek, menentukan topik dan menetapkan langkah-langkah penyelidikan.
• Mengkorelasikan data pengamatan untuk menafsirkan data pengamatan yang lain
• Menerapkan konsep yang telah diperoleh pada percobaan
• Meramalkan suatu keadaan yang belum diamati berdasarkan penggunaan
pola yang ditemukan pada hasil pengamatan
• Membuat prediksi/ramalan berdasarkan pengalaman sebelum melakukan
2
kegiatan.
• Menyimpulkan suatu percobaan dari data percobaan yang telah dilakukan.
Sikap dan Nilai
Sikap Terhadap Pembelajaran
• Ikut berpartisipasi dalam pembelajaran
• Mengikuti percobaan dengan sungguh-sungguh
• Melakukan kerjasama untuk memecahkan masalah
• Menyatakan pendapat dalam pembelajaran
• Merespon penjelasan guru pada pembelajaran
Kompetensi Afektif
Kesadaran Diri
• Menganalisis dan menentukan alasan mengapa orang memilih merk tertentu
dari minuman ringan.
Kecakapan Sosial
• Mengkomunikasikan pentingnya bersikap kritis pada iklan minuman ringan
berkaitan dengan fdaktor kesehatan.
D. Konsep dan Konteks Pembelajaran
1. Konsep
a. Campuran dan Pemisahannya
b. Titik didih
3
c. Ukuran partikel
2. Konteks
a. Minuman ringan dan kesehatan
b. Zat aditif dalam minuman
E. Strategi Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Salingtemas (Sains Lingkungan Teknologi dan
Masyarakat)
Metode : Diskusi, Percobaan, dan Ceramah
F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Tahap
Deskripsi Kegiatan
Pembelajaran Guru Siswa
Tahap Kontak a. Sebelum Pembelajaran Memberikan tugas untuk menyiapkan berbagai iklan coca cola seperti Coca Cola: Segarnya Mantap, Diet Coke dan Mecca Cola serta komposisinya.
b. Di Kelas
Membimbing pelaksanaan diskusi mengenai isi iklan dan komposisinya.
Tahap Kuriositi Guru membawa beberapa botol coca cola dari beberapa merk dan meminta beberapa siswa mencicipi rasa minuman ringan tersebut.
Membangkitkan kuriositi dengan memberikan
Menyiapkan iklan coca cola dan komposisinya.
Melaksanakan diskusi tentang isi iklan dan komposisinya.
Ikut aktif dalam diskusi.
Mencicipi rasa berbagai coca cola.
Mencoba menjawab pertanyaan guru
Menyimak
4
Tahap
Deskripsi Kegiatan
Pembelajaran Guru Siswa
pertanyaan: “dapatkah kamu membedakan rasa dari berbagai coca cola yang kamu minum dan mengapa rasanya berbeda?”
Mengarahkan jawaban siswa dan mengaitkan jawaban dengan komposisi campuran dalam minuman coca cola.
penjelasan guru
Tahap Elaborasi dan Penemuan Konsep
a. Praktikum 1
(Penguapan: Metode Sederhana untuk Pemisahan Campuran Air dan Bahan Lainnya dalam Coca Cola)
Memberikan tugas untuk melakukan percobaan secara berkelompok tentang penguapan berbagai merk coca cola dengan bantuan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Mendorong interaksi siswa dalam diskusi kelompok dan menjadi nara sumber jika diperlukan
b) Diskusi hasil praktikum 1
Mendiskusikan penguapan sebagai metode pemisahan sederhana untuk memisahkan air dari bahan lainnya dalam coca cola.
Mendiskusikan konsep penguapan.
Melakukan percobaan secara berkrlompok dengan bantuan LKS
Mendiskusikan hasil pengamatan dan permasalahan- nya
Aktif dalam diskusi dan menyimak penjelasan guru
Melakukan percobaan secara berkelompok dengan bantuan LKS
Mendiskusikan hasil pengamatan dan permasalahan- nya
Aktif dalam diskusi dan menyimak penjelasan guru
Melakukan percobaan secara
5
Tahap
Deskripsi Kegiatan
Pembelajaran Guru Siswa
c) Praktikum 2
(Penyaringan: Metode Lain untuk Pemisahan Campuran)
Memberikan tugas secara berkelompok untuk melakukan percobaan membuat coca cola menjadi tak berwarna seperti
“sprite” dengan menambahkan karbon aktif (tablet norit) dan metode pemisahan campuran dengan penyaringan dengan bantuan LKS
Mendorong interaksi siswa dalam diskusi kelompok dan menjadi nara sumber jika diperlukan
d). Diskusi hasil praktikum 2
Mendiskusikan konsep pemisahan campuran berdasarkan perbedaan ukuran partikel
e) Praktikum 3
(Destilasi: Metode Pemisahan Campuran Berdasarkan Perbedaan Titik Didih)
Memberikan tugas untuk melakukan percobaan destilasi air suling dan coca cola dan melihat perbedaan kurva titik didihnya (temperatur versus waktu).
Mendorong interaksi siswa dalam diskusi kelompok dan
berkelompok dengan bantuan LKS
Mendiskusikan hasil pengamatan dan permasalahannya
Aktif dalam diskusi dan menyimak penjelasan guru
6
Tahap
Deskripsi Kegiatan
Pembelajaran Guru Siswa
menjadi nara sumber jika diperlukan
f). Diskusi hasil praktikum 3
Mendiskusikan konsep pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih.
Tahap Pengembangan Konsep dan Dekontekstualisasi
Diskusi tentang proses penjernihan air minum.
Diskusi tentang proses penjernihan garam.
Diskusi tentang proses destilasi minyak kayu putih.
Diskusi tentang perlunya sikap kritis terhadap iklan berkaitan dengan aspek kesehatan.
Aktif dalam diskusi dan menyimak penjelasan guru
G. Media dan Sumber Pembelajaran
Media pembelajaran
Transparansi
Overhead Projektor (OHP)
Alat dan bahan percobaan
Sumber pembelajaran
Chemie im Kontext, Ein Vorkoster in Not, Unit Pembelajaran dalam
Chemie im Kontext, Proyek Chemie im Kontext di Jerman, 2005.
Heikkinen, H. (Chief Editor), ChemCom: Chemistry in Community, Second Edition, American Chemical Society, 1993.
7
H. Penilaian
Aspek
Literasi sains meliputi aspek pengetahuan konsep, aplikasi konsep pada konteks tertentu, ketrampilan proses sains serta sikap dan nilai.
Bentuk
Tes tertulis untuk aspek konsep, konteks dan proses.
Unjuk kerja dan observasi untuk ketrampilan proses sains serta sikap dan nilai.
Skala sikap Likert untuk sikap dan nilai.
8
Langganan:
Postingan (Atom)